Kenzie masuk ke dalam rumah sederhana Raya. Temboknya dominan biru muda, warna kesukaannya.. sama seperti warna kamarnya dahulu di rumah Atung.
Dilihatnya sekeliling ruang tamu, tidak banyak perabot. Bahkan tidak ada sofa di ruangan ini, lalu Kenzie harus duduk di mana pikirnya.
"Yayah mana no?" Tanya Raya pada bocah yang sedang asik memakan cokelat sisa Kenzie semalam.
"Nom nom nom.... " Suara kunyahan dari anak itu sebelum menjawab si ibu. "Yayah di dapul, masak nasi oyeng buat salapan." Jawabnya dengan gigi yang berubah menjadi hitam karena cokelat yang menempel pada sebagian giginya.
"Nasi oyeng?" Tanya Kenzie
"Hu.um.. enyak yayah masak."
"Nasi goreng nji.." Raya yang paham dengan raut Kenzie yang masih bingung langsung memperjelas.
Sedang Kenzie hanya ber oh ria saja.. "mbak.. nji mau pipis.." ucapnya kemudian. Ayolah Kenzie sudah menahannya sedari terminal tadi.
"Ooh.. oke oke. No.. bisa anterin bang ji ke toilet nak?" Tanya Raya pada bocah yang kini menjilati sisa cokelat di jari-jarinya.
"Siap bos." Jawabnya. "Ayo banci. Ikutin no." Sebentar.. ucapan bocah itu membuat bingung Raya dan Kenzie. Apa tadi? Ia menyebut nama Kenzie dengan sebutan banci? Bukan Kenzie yang salah dengar kan?
Sedang Raya masih cengo. "Siapa no?" Tanyanya.
"No antelin banci ini kan.. ke toilet. Ayok." Jawabnya santai sambil menunjuk Kenzie yang auranya sudah berubah menjadi suram.
"Bang nji no.. bukan banci." Raya terkekeh.. anaknya memang belum begitu fasih mengucapkan semua kata. Namun dari semua yang ia belum bisa lafal kan, mengapa menyebut nama Kenzie begitu lucu di pendengarannya?
"Bang ci?"
"Udah cil. Panggil nji Abang aja dari pada ribet. "
"Ooh.. oke. Abang banci.. ayok."
"Ya nggak usah pake embel-embel banci nya juga dong cil... Abang aja.." sementara Raya masih sambil merapihkan bawaannya dan mengeluarkan karpet yang tergulung rapih di sudut ruangan semakin terbahak-bahak.
"Ooh. Oke. Ayo babang..." Jawab bocah itu masih dengan santainya. Tak lama kemudian Kenzie mengikuti langkah bocah itu, dari ruang tamu tadi ia hanya berjalan lurus ke belakang sebelum akhirnya bocah yang menuntunnya itu sampai di pintu pembatas antara ruang tengah dan dapur.
"Halo yayah... Selamat pagi " sapa bocah itu pada seseorang. Kenzie meyakini bahwa orang itu adalah suami mbak Aya.
"Ayo bang.. toilet nya di sana." Ucap bocah itu sambil menunjuk sebelah kiri, sementara ia sedang bercengkrama dengan ayahnya di dapur yang berada di sebelah kanan.
Karena sudah menahan sedari tadi, tanpa ba-bi-bu dan permisi ia langsung memasuki toilet. Setelah urusannya selesai Kenzie berniat ingin menyapa suami mbak Aya. Kali ini ia membuka pintu toilet yang langsung menghadap dapur.
Dan betapa kagetnya Kenzie saat melihat sosok yang selama ini menjadi suami mbak Aya. Lelaki itu sedang menuang nasi goreng dari penggorengan ke piring saji. Namun bukan itu yang membuat Kenzie sampai mematung dan tak dapat berkata-kata. Kenyataan di depan matanya, bahwa lelaki yang Reno panggil Yayah itu berdiri dengan satu kaki. Tidak. Bahkan ia hanya memiliki satu kaki sempurna, sedang kaki satunya lagi ia tak melihatnya karena tertutup kain sarung yang dikenakannya, tak jauh dari lelaki itu bertengger satu kruk yang sudah pasti untuk membantunya berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehari Untuk Selamanya
General Fiction"pokoknya nji mau nya mama yang suapin" _kenzie "Kamu apa-apaan sih Kenzie? Udah gede gitu emang nggak malu?" _Riana "Tapi mama kan udah janji seharian bakal turutin permintaan nji?" _kenzie "Iya tapi hari ini kamu tuh aneh. Manja banget. Mama juga...