06. si pencari perhatian

2.9K 180 7
                                    

"nnggghh..." Lenguhan kecil terdengar dari bibir tipis Kenzie.

dapat ia lihat langit-langit ruangan dengan lampu yang tepat mengarah ke mata nya saat matanya terbuka secara perlahan.

Ia menajamkan indera penciuman nya dan ya.. bau obat-obatan langsung menyeruak.

"Yetsh.... Rumah tsakit" pekik nya lirih.
Raut muka nya berubah sendu saat tak mendapati siapapun di ruangannya.

"Kok mama nggak ada?" Tanyanya entah pada siapa.

Cklek!!!! Seseorang membuka pintu dari luar.

Kenzie langsung menangis begitu tahu seorang dokter dan perawat berjalan kearah nya berbaring.

"Eh.. kenapa adik manis?.. " tanya ramah perawat muda itu sembari mendekati Kenzie yang berusaha menjauh dari jangkauan mereka.

"Nji nggak mau di tsuntik... Ampun... Nji nggak nakal ibu doktel...." Nah. Kumat kan cadel huruf R nya kalau Kenzie Takut.

Kenzie memang baru bisa mengucapkan huruf R dengan benar setelah berlatih hampir setiap hari dengan Abel.. namun cadel huruf R nya masih sering kumat di keadaan tertentu. Lain dengan huruf S, yang seperti nya Kenzie memang susah mengucapkan dengan benar meski sudah berlatih setiap hari.

"Oh.. enggak sayang.. disini ibu dokter sama kakak perawat cuma mau ngecek adek ganteng aja kok.. lihat.. ibu dokter nya nggak bawa suntikan kan?" Jelas dokter wanita dengan name tag Andriana tersebut dengan kekehan melihat raut menggemaskan Kenzie.

Pipinya masih nampak bercak merah dan di beberapa bagian tubuhnya yang lain.

"Ibu dokterrrr nya nggak nakal?" Tanya Kenzie memastikan. Sengaja ia menekan huruf R agar tidak cadel lagi.

"Aduuh ... Kamu kok lucu banget sih?" Perawat itu tak tahan bila tidak mencubit sayang pipi Kenzie yang sayang nya makin lucu dengan semburat merah.

"Terus.. mama nji mana?"

" Loh.. emang kemana mamanya?"

" Nji nggak tau.. bangun-bangun nji udah tsendirian..." Jelas Kenzie dengan raut mendung.

"Oh.. mungkin mamanya lagi ke toilet kali ya.. apa lagi beli permen buat adek manis... Nggak apa-apa, sini Bu dokter periksa dulu ya.." jelas dokter sembari mengeluarkan stetoskop dari kantong jas nya.

"Nggak mau...." Tangis Kenzie kembali pecah saat perawat itu mencoba membuka kancing atas piyama bergambar boneka kecil-kecil Kenzie.

"Eh.. nggak apa-apa sayang... Dokter nya cuma lihat doang.. nggak di suntik kok.." si perawat masih mencoba menenangkan Kenzie yang justru mendapat perlawanan dari bocah enam tahun itu.

Tubuhnya bergerak brutal mencoba melepaskan diri dari jangkauan dua manusia paling ia benci selama ini.

Bukan ini rencana Kenzie. Ia nekat merasakan kesakitan agar mendapat perhatian dari ibu nya. Bukan untuk bertemu dokter dengan segala peralatan yang Kenzie musuhi.

Darah mulai naik dari selang infus karena pergerakan Kenzie. Ia menangis karena mulai merasa ngilu di tangan kirinya juga sesak yang kembali menghampirinya.

Selama ini Kenzie memang tipe anak yang sehat, jarang berurusan dengan dokter dan rumah sakit karena dia juga anak yang cerdas meski terbilang masih muda tapi ia selalu mendengarkan nasehat orang tuanya agar tidak meminum atau memakan makanan yang mengandung susu.

Sehari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang