Brakk!!Suara gebrakkan di atas meja membuat semua orang yang kini tengah menikmati sarapan di pagi hari itu terperanjat kaget.
"Abang gak mau!"
Ucapan seorang pemuda dengan rambut pirang itu, memenuhi ruang makan di kediaman Bagaspati.
Suasana seketika menghening penuh tegang menghiasi pagi hari di kediaman keluarga Bagaspati sekarang. Tatapan tajam & wajah menegas dari arah seberang meja makan terlihat dari kedua orang tuanya yang mencoba menahan kesal, karena tingkah sulung kembarnya yang baru saja menggebrak meja tersebut.
"Sit down!" Tegas sang ayah, yang masih dalam batas ke sabaran penuh.
Pria blasteran Chicago Jakarta yang akrab di sapa Jo itu, memiliki nama lengkap Johnattan Surya Bagaspati. Ia merupakan suami dari seorang wanita blasteran Thailand China Jakarta bernama Chitta Caya Sasmita.
Dari pernikahannya, mereka di karuniai dua orang anak laki-laki kembar bernama Jeano & Jino. Bernama lengkap Jeano Bimantara Bagaspati, ia merupakan anak laki-laki tertua di keluarga Bagaspati, karena lahir 10 menit lebih dulu dari Jino sang adik.
Meski anak sulung di kenal dengan sifat mengalah & dewasanya, justru hal itu tak berlaku bagi sulung keluarga Bagaspati. Jeano memiliki sifat yang cenderung agak egois & tempramen. Selain itu, ia pun memiliki sifat acuh tak acuh terhadap orang yang ia sayangi, sehingga banyak orang yang salah faham dengan dirinya.
Sementara sang adik yang bernama lengkap Jino Birendra Bagaspati yang akrab di panggil Jino, justru memiliki kepribadian yang berbanding terbalik dengan sang kakak. Jino memiliki sifat dewasa & tenang. Memiliki warna rambut yang sama-sama pirang & juga di anugerahi paras tampan serta tubuh ideal, membuat mereka jadi idola di kalangan para gadis baik di lingkungan kompleks tempat mereka tinggal maupun di Fakultas tempat mereka belajar.
Jeano terlihat masih berdiri dengan tangguhnya, meski sang ayah telah menyuruhnya duduk karena bukan ucapan itu yang ingin ia dengar dari mereka sekarang.
"Papi sama Mami serius mau sita kunci motor Abang, cuma gara-gara hal kemaren yang sama sekali bukan Abang yang mulai?!"
Sang Ibu kini hanya menghembuskan nafas, mendengar segala ucapan keberatan penuh kesal dari sang putra, seraya memegang keningnya.
"Ini udah jadi keputusan final dari Papi sama Mami, lagi pula kamu gak bakal sendirian ngejalanin hukuman ini, kok".
Jino yang semula santai saja menikmati sarapannya kini mulai agak gelisah begitu mendengar perkataan dari mulut sang ibu. Perasaannya mulai tak enak sekarang.
Setelah menghabiskan sarapannya, Jino pun mengais ranselnya dengan raut agak tegang & perasaan tak enak. "Ummm... kalo gitu Adek duluan, ya." Ucapnya, mencoba menghindari keterlibatan masalah yang di buat sang kakak.
Baru saja berdiri & membalikkan badannya dari meja makan, seketika langkah Jino ter urungkan begitu suara sang Ayah terdengar. "Kamu mau kemana?"
"Mampus...," gumamnya dengan suara pelan & mata terpejam rapat. Ia kemudian membalikkan badannya dengan ragu-ragu. "A-adek ada kelas, Pih." Balasnya dengan nada terbata.
Johnattan hanya menatap putra kembar keduanya, dengan posisi duduk santai di punggung kursi, sambil menyilangkan kedua tangannya di atas perut.
"Duduk!" perintahnya, seraya menggerakkan kepala ringan ke samping, mengisyaratkan ucapannya.
Dengan penuh ke terpaksaan Jino menurut & kembali duduk di kursi yang sempat ia tempati tadi.
"You too!" Perintah sang ibu pada Jeano.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELL LOVE CHOICE || (END) ✔
Fanfiction[END] Mari tentukan neraka seperti apa yang akan kita jalani. Kamu dapet janin yang di kandung Ayyara & saya dapet Ibunya. Gimana, deal? Mari bertemu di takdir selanjutnya sebagai apapun, 'MANTAN SUAMI' "Be my choice of love, not hell my choice. Se...