Di toilet ruang kesehatan, Ayyara terlihat tengah menangis hebat sambil mengunci dirinya di kamar mandi. Ia memegang sebuah alat test kehamilan yang sempat Jeano belikan untuknya tempo hari lalu, yang menunjukkan dua garis merah gelap pertanda jika kini dirinya tengah berbadan dua."Gimana aku jelasin semua ini...," ucapnya penuh frustasi dengan suara tertahan.
Saat tengah dalam ke frustasian, tiba-tiba sebuah pesan chat kini masuk di ponselnya. Ayyara kemudian memeriksa pesan yang ia dapat dari Jeano itu. Tanpa berniat membalas, ia mematikan ponselnya.
Sementara itu di koridor Kampus, Jeano yang belum mendapat kabar Ayyara setelah pembicaraannya tempo hari lalu, kini terus di hantui rasa resah & gelisah. Hingga akhirnya dirinya bertemu dengan sosok Ayuna yang tengah berjalan menuju kelas. Jeano segera berlari menyusul langkah Ayuna kemudian menjegalnya.
"Mana Ayyara?"
Ayuna seketika kaget, saat Jeano yang nota benenya tak pernah dekat dengan sahabatnya itu tiba-tiba saja belakangan ini sering menanyakan ke hadiran Ayyara. "Dia bilang hari ini gak enak badan,"
"Maksud lo?"
"Dia muntah-muntah tadi, katanya Maag-nya kambuh."
Mendengar perkataan Ayuna, Jeano mulai curiga & khawatir. "Terus, dia dimana sekarang?"
"Di ruang kesehatan."
Tanpa bertanya lagi, Jeano segera bergegas menuju ruang kesehatan. Begitu tiba di sana ia mendapati ruangan tersebut kosong. Saat hendak kembali keluar, tiba-tiba dari arah kamar mandi terdengar suara deburan air, pintu yang tadinya hendak di tutup kini kembali terbuka. Ia berjalan ke arah depan kamar mandi kemudian mengetuk pintu toilet yang ada di ruangan tersebut.
"Lo, di dalem?"
Tak ada jawaban dari dalam, hingga Jeano kembali membalikkan badannya hendak pergi dari sana. Namun tiba-tiba pintu pun terbuka, Ayyara muncul di balik pintu tersebut dengan wajah berantakan & mata sembab. Jeano menoleh, lalu segera menghampirinya penuh penasaran & khawatir.
"Temen lo bilang maag lo kambuh, lo sakit?" Tanya Jeano, seraya memegangi kedua sisi bahu Ayyara yang kini tertunduk diam.
Ayyara tak bicara apapun, membuat Jeano makin khawatir, "Gue tau lo jijik sama gue, tapi se enggaknya gue berhak tahu keadaan lo!" Pintanya, sambil menggoyangkan kedua bahu Ayyara.
Tiba-tiba sebuah benda kecil tipis terlepas dari tangan Ayyara. Jeano kemudian memungut & memeriksanya. Ia begitu terkejut saat melihat dua garis merah gelap yang terlihat berderet di benda tersebut, yang menandakan jika kini Ayyara tengah positif mengandung.
"Elo..?!" Jeano menatap Ayyara dengan mata membulat sempurna.
"Aku hamil." ucap Ayyara datar dengan wajah suram.
Jeano memegang kepalanya frustasi, "Jadi.. Lo muntah-muntah gara-gara.. Shit!" Makinya seraya mendongak memegangi kepala.
"Kamu gak usah khawatir, lagian aku udah putusin mau gugurin kandungan ini."
Sontak Jeano tersadar dari ke frustasiannya & kini mendelik mencengkram kedua bahu Ayyara kuat, "Are you kidding me?! lo mau bunuh nyawa yang gak berdosa? You think I'm that vile, where is your conscience. huh?" Pekik Jeano dengan suara tertahan.
"Kalau pun dia tetep hidup, ini bakalan memperumit semuanya!" Balas Ayyara dengan nanar, "apa Orang tua kita bakalan terima semuanya? inget, we are nothing. We don't even love each other at all!"
Sejenak ucapan Ayyara membuat Jeano tersadar akan status mereka, ia hanya diam dengan pikiran rumit yang kini memenuhi kepalanya. Namun mau bagaimana pun hal itu adalah murni kkesalahanya secara tidak langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELL LOVE CHOICE || (END) ✔
Fiksi Penggemar[END] Mari tentukan neraka seperti apa yang akan kita jalani. Kamu dapet janin yang di kandung Ayyara & saya dapet Ibunya. Gimana, deal? Mari bertemu di takdir selanjutnya sebagai apapun, 'MANTAN SUAMI' "Be my choice of love, not hell my choice. Se...