H L C 01

125 4 0
                                    


Dari ruang tengah terlihat Jayendra tengah mondar-mandir seraya fokus pada ponselnya dengan raut wajah yang dongkol. Berkali-kali Ia menempelkan ponselnya ke telinga untuk menghubungi nomor bujang keduanya yaitu Chandra, yang sedari makan malam belum juga menunjukkan batang hidungnya. Suara decakan kesal tak hentinya keluar dari mulut Jayendra, hingga kini darahnya naik ke kepala karena kesabarannya yang mulai habis di permainkan.

"Bang ... !!" teriaknya, dengan nada agak ngegas memanggil sang sulung yang sekarang telah bersarang di kamarnya.

Suara berat ayah 3 anak, berdarah blasteran Belanda Bandung itu, kini menggaung memenuhi ruangan. hingga gemanya dapat terdengar jelas sampai ke kamar sang anak.

"Kenapa, Yah?" pria dengan kisaran usia kurang lebih 26 tahun, bernama lengkap Dhana shaka dyaksa itu, memunculkan kepalanya dari balik celah pintu.

"Aa ada bilang gak, mau kemana gitu tadi sama kamu?"

Dyaksa mengernyit. "Nggak tuh, Aa cuma bilang mau nugas kelompok bareng sama temennya," Jawab Dyaksa.

Mendengar jawaban sang sulung, seketika Jayendra pun memijat pangkal hidungnya. "Ya, ampuuun! kamu ini gimana sih Bang?!"

Suara Jayendra terkesan agak kesal & meninggi sekarang, membuat Dyaksa tak mengerti.

"Kamu kok mau-mauan sih, di kibulin bocah kayak A Chan? Kamu itu Sarjana loh Bang, kamu juga udah dewasa. Je zou gevoelig moeten zijn, gimana sih ah!"

Dyaksa mendelik seraya memunculkan seluruh badannya berdiri di depan pintu kamarnya yang kini terbuka lebar. "Lho? Kok, Ayah malah marahin abang, sih?!"

Meski tak begitu fasih dalam berbahasa Belanda, Ia tahu betul dengan kebiasaan sang ayah jika sedang dalam ambang ke sabaran yang hampir hilang.

"Jelas lah, kamu 'kan anak Ayah paling tua Bang. Udah tugas kamu bantuin Ayah jaga adek-adek kamu, bukan malah nutupin terus kesalahan adek kamu!"

Suara keributan itu pun mulai memancing Tyas keluar dari kamarnya & turun menghampiri mereka untuk melihat apa yang mereka perdebatkan sekarang.

"Ini kenapa sih Mas, kok ribut-ribut segala?!"

"Tanya aja sama anak kamu, tuh!" Jayendra menunjuk Dyaksa dengan pandangan matanya.

"Lho, kok Abang? Yang bikin rusuh kan A Chan, kok Abang kena juga sih?!" Protes Dyaksa, merasa tak terima karena di jadikan kambing hitam untuk setiap keributan yang di buat sang adik tersebut.

"A Chan lagi, A Chan lagi...." Tyas memegang dahinya, mendengar biang dari perdebatan anak sulung & suaminya sekarang adalah anak bujang keduanya, yang tidak lain adalah pemuda berusia kurang lebih 22 tahun bernama lengkap Chandra Shaka Kananta.

"Udah lah Mas... nanti juga dia pulang kok, kalo Mas terus kayak gini, A Chan makin liar yang ada."

Jayendra mendelik tajam ke arah sang istri yang terkesan satu frekuensi dengan sulungnya. "Ini Ibu sama anak sama aja, hobi bener manjain kesalahan anaknya."

Tyas pun menggaruk kepalanya asal saat sang suami memprotes tindakannya pada sang anak.

"Salah lagi...," Gumamnya.

Mendengar keluhan sang istri Jayendra pun merasa tak senang. "Wat? Wil je ook gestraft worden?!" Delik Jayendra.

"Apa sih, orang gak bilang apa-apa juga!"

"Ah udah ah, capek ngomong sama kalian. Gak ada yang bisa di andelin!"

Jayendra pun angkat kaki meninggalakan istri & anak sulungnya yang kini tengah saling lempar tatapan satu sama lain dengan wajah datar.

Suasana hening untuk sejenak. Tyas kemudian berjalan mendekati sang sulung yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

HELL LOVE CHOICE  || (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang