H L C 35

19 3 0
                                    







Ayyara menatap layar ponselnya yang dari tadi terus berdering, sambil menggigit ujung jarinya penuh bimbang saat mendapat telepon dari Jeano.

"Aduh... gimana nih, angkat gak ya?"

Semenjak kejadian memalukannya di apartement, Ayyara tak kunjung memberi kabar pada Jeano. Bukan sengaja, namun Ayyara amat malu & merasa belum siap untuk sekedar bicara dengan sosok mantan suaminya tersebut sekarang. Karena tak kunjung ada jawaban atau kabar, Jeano yang kini tengah di liputi rasa penasaran langsung saja membawa kendaraannya berbelok menuju arah rumah Ayyara.

Tak butuh waktu lama, kini mobilnya sudah terlihat berada di pintu pagar kompleks rumah tempat Ayyara tinggal.

Tanpa buang waktu ia langsung saja keluar dari mobil & segera berjalan masuk menuju pintu rumah. Karena pintu tak kunjung terbuka meski telah beberapa kali memencet bel, akhirnya Jeano mengirim pesan chat untuk memberitahu Ayyara jika kini ia tengah berada di pintu depan. Setelah beberapa menit pesan chatnya terkirim, kini pintu rumah perlahan terbuka.

"Lama banget sih. Lo ngapain aja?" gerutu Jeano, begitu Ayyara muncul di celah pintu dengan wajah menahan malu.

"Kamu mau ngapain? Jane lagi nginep di rumah Ibu."

"Iya tahu."

"Terus, ngapain ke sini? Mana masih pake seragam lagi."

"Gue gak di suruh masuk dulu gitu? Ya udah kalo gitu, gue pulang aja."

"E-eh...!" Ayyara menarik tangan Jeano, "ya udah masuk, deh."

Jeano berjalan masuk dengan santainya, mengikuti langkah Ayyara sambil melonggarkan kerah seragam yang sedari tadi terlilit dasi itu. Kemudian ia duduk di sofa ruang tamu.

"Kamu mau minum apa?"

"Gak usah, lagian gue gak lama kok. Sini duduk!" Jeano menepuk sisi sofa yang berada di sampingnya, "gue mau ngomong." lanjutnya.

"Ngomong aja." ucap Ayyara yang terlihat berdiri beberapa meter jauh dari Jeano.

"Ya kali gue mesti tereak. Lo tenang aja gue gak bakalan gigit kayak lo, kok."

"Apaan sih, aku kan udah minta maaf!"

"Makanya sini duduk, gue mau ngomong. Jangan sampe gue nyamperin ke sana & gigit lo, ya?"

"Iya, iya!" Ayyara pun berjalan menghampiri Jeano & duduk di dekatnya, "mau ngomong apa?"

"Besok kan gue off. Gue mau bawa elo ke rumah Orang tua gue."

Ayyara sontak mendelik kaget. "Ngapain?!"

"Gue mau minta tanggung jawab."

"T-tanggung jawab? Maksudnya?"

"Tanggung jawab karena lo udah buat gue di cap sering bawa cewek kencan di apartement."

"Lho, kok aku sih?"

"Iya lah, siapa suruh lo gigit gue?"

"Tapi kan kita nggak, tidur bareng...?" ucap Ayyara dengan suara memelan di akhir kalimatnya.

"Lo mau gue ngelakuin itu dulu, baru gue boleh lamar lo? Ok, kalau itu mau lo. Lagian di rumah ini sekarang cuma ada kita berdua," Jeano melonggarkan dasinya.

Melihat itu, Ayyara seketika mengangkat vas bunga yang berada di atas meja. "Kamu macem-macem, vas bunga ini bakalan melayang ke kepala kamu!"

Jeano pun tertawa lebar melihat ketakutan yang kini tergambar jelas di wajah Ayyara. "Becanda heh, busett! Galak banget sih. Baru aja kemaren-kemaren ketagihan ciuman gue, eh sekarang udah mau nyambit aja."

"JEANO DIEM!" tegas Ayyara dengan kesal karena merasa malu.

"Iya deh, sorry. Jadi gimana?"

"Ini maksudnya, kamu mau nyeriusin ke deketan di antara kita?" Ayyara menunjuk dirinya & Jeano bergantian.

"Emang lo gak mau, gue seriusin?"

"Tapi kita kan cuma..??"

"Temen?!"

Ayyara mengangguk ragu-ragu.

"Lo yakin? Setelah apa yang kita lakuin kemaren, hubungan kita cuma sebatas temenan?"

Ayyara terdiam dengan segala perasaan yang selalu membingungkannya terhadap Jeano.

"Ya... kalo lo kekeh sama anggapan lo gak pa-pa sih, gue paling nanti tinggal nyari yang mau serius aja sama gue."

"GAK!" sambar Ayyara cepat & lantang, sambil memegang kuat kedua tangan Jeano. "Kamu gak boleh deket sama cewek lain! Pokoknya nggak!"

Jeano sontak tercekat kaget sambil mengedipkan matanya beberapa kali. "Biasa aja dong bilang nggaknya. Lagian kenapa gak boleh, lo kan cuma anggap kedeketan kita sebatas temen?"

"Gak tahu. Pokoknya aku gak suka kalo denger kamu deket sama cewek, titik!"

Tiba-tiba Jeano tersenyum kemudian menarik dagu Ayyara & mengecupnya. Kembali Ayyara tak memberikan penolakkan & justru malah memejam merasakan perasaannya yang bak roller coaster. Jeano pun menarik kembali bibirnya menjauh.

"Are you really we are just friend? But friend don't no way that the taste." tutur Jeano lembut, di hadapan wajah Ayyara.

Ayyara menatap Jeano dengan pandangan sayunya. "Again."

Jeano mengernyitkan kedua ujung alisnya, kemudian kembali memenuhi permintaan Ayyara seperti kejadian beberapa hari lalu. Ayyara pun memegang bibir bawahnya begitu Jeano menarik bibirnya kembali.

"Aneh."

"Kenapa?" Jeano menatap Ayyara dengan tatapan teduh menyayu.

Ayyara menaikkan pandangannya pada Jeano dengan telunjuk yang masih tertempel di bibir bawahnya. "Badanku tiba-tiba nerima gitu aja kalo aku kontak fisik sama kamu. Beda sama Mas Agha, rasanya badan aku bener-bener nolak kontak sama dia."

"Let's try again?" Jeano yang masih menginginkan lebih kembali menawari Ayyara.

Ayyara pun mengangguk agak ragu.

Adegan di apartement kembali terulangi di sofa ruang tamu kediaman Ayyara yang terlihat begitu sunyi senyap. Temperatur ruangan yang sejuk kini berubah memanas di buat Jeano.

Setelah puas bermain kecupan, Jeano pun berdiri dari sofa sambil melirik arloji di pergelangan tangannya. "Kalo gitu gue pamit, ya?"

Ayyara ikut berdiri kemudian mengangguk.

"Gak mau ngasih kiss lagi, nih?" goda Jeano sambil memegang ujung dagu Ayyara.

Ayyara mengambil sandal yang tengah ia pakai & mengacungkannya ke depan Jeano. "Nih, kiss!"

Jeano tertawa sampai mendongak saking puasnya. "Ya udah kalo gitu, gue cabut dulu ya. Sampai ketemu di acara lamaran ya, mantan istri!?"



**



Satu bulan setelah mendapat restu dari orang tua masing-masing, kini Jeano & Ayyara telah resmi menyandang status sebagai calon istri & calon suami lewat acara lamaran yang beberapa waktu lalu mereka selenggarakan.

Kini mereka mulai di sibukkan dengan persiapan-persiapan menjelang hari bahagia yang tinggal hitungan minggu saja. Berbeda dengan dulu, kini ada perasaan rindu yang begitu berat di rasakan Jeano saat harus berjauhan dengan sosok Ayyara.

Hari ini tepat 2 hari Jeano absen dari penerbangan di karenakan tubuhnya yang kurang fit. Di temani adik kembarnya yang sengaja di kirim sang ibu untuk mengurusi Jeano selama sakit. Mereka terlihat menghabiskan waktunya dengan bermain game.

"Lo gak ngasih tahu Ayyara, kalo lo lagi sakit?"

"No. " jawabnya lugas sambil fokus dengan game.

"Kenapa?"

"Ya kali calon manten yang lagi kangen berat ketemuan, bahaya dong. Lagian Ayyara lagi pms, males gue ngeladenin chat-nya nge-gas mulu."

"Seriusan? Wah... enak dong, lo nanti bisa langsung goal ngasih Adek buat Jane."

Jeano melirik tajam ke arah sang adik. "Lo jomblo, tapi otak lo isinya cabul mulu. Curiga gue."

"Wajar dong, gue kan cowok normal. Lagian siapa bilang gue jomblo, gue juga punya cewek kali."

"Syukur deh, se enggaknya Adek gue normal sekarang."

"Yeee.. Brengs*k lo!" Jino memukul pelan belikat sang kakak yang kini tengah tertawa lebar.

"Gue kaget loh, Bang."

Jeano menoleh. "Kaget kenapa?"

"Ternyata dengan lahirnya Jane ke dunia ini, dia udah buat perubahan buat semua orang."

Jeano pun tersenyum & menyimpan stick PS5 di salah satu pahanya, kemudian mendongak. "Semenjak adanya Jane, gue juga ngerasa kalo ternyata gak selamanya kesalahan itu harus di buat penyesalan. Gue malah makasih banget karena dulu udah ngelakuin kesalahan."

"Kok bisa?"

"Iya, karena dari kesalahan itu gue punya Jane & belajar banyak hal dari dia. Baik itu tentang cinta, tanggung jawab, kedewasaan & juga pengorbanan. Jane bener-bener udah ngajarin gue banyak hal sampai gue bisa jadi Jeano yang sekarang."

Jino tersenyum miring sambil menatap wajah sang kakak. Saat melihat metamorfosa sang kakak, Jino benar-benar mendapat pembuktian dari ucapan yang mengatakan jika keadaan dapat menuntun seseorang menjadi sosok yang lebih dewasa. Sikap tempramen & egoisnya benar-benar tak pernah ia lihat lagi semenjak Jane lahir, ia benar-benar jadi pria yang berbeda.







HELL LOVE CHOICE  || (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang