Warning!!
Mengandung kata-kata kasar & kekerasan yang mungkin tidak patut di tiru!!
Dari lantai atas, terlihat Jeano tengah menuruni tiap anak tangga menuju arah Ruang Keluarga, dimana kini kedua orang tuanya & sang adik tengah berkumpul & bersantai dengan kegiatan masing-masing.
Ia sejenak berdiri tertegun, mengumpulkan segala keberanian untuk menghadapi segala resiko yang akan ia dapat saat mengatakan segala apa yang selama ini dirinya sembunyikan soal kehamilan Ayyara. Dengan mantap Jeano kemudian melanjutkan langkah kakinya & berdiri di hadapan layar TV.
Sikapnya yang tiba-tiba itu, membuat ibu & ayahnya mengernyit ke heranan.
"Kamu ngapain sih berdiri di situ, Bang? Mami sama Papi lagi nonton tau!" protes sang ayah.
"Abang.. Mau ngomong sesuatu."
Jo seketika mengernyit menatap bujang sulungnya yang kini terlihat serius. "About what?!"
"Soal...," ucapannya terhenti sejenak. Kemudian melirik sang adik yang kini tengah asyik tersenyum sendiri ke layar ponsel, "soal Ayyara." Lanjutnya, kembali menatap ke depan orang tuanya.
Jino tercekat begitu mendengar nama Ayyara keluar dari mulut sang kakak. "Kenapa sama Ayyara?"
"Ayyara... Neng Ayyara anak bungsu Jae, maksud kamu?" tanya sang ayah yang di balas anggukan Jeano.
"Terus, apa hubungannya sama kita?!"
Jeano mengepalkan tangannya & memejamkan kedua matanya rapat-rapat. "She is pregnant."
"What do you mean?!" Chitta menarik tubuhnya dari sofa, duduk menegak.
"Ayyara hamil anak Jeano, Mih."
Mendengar itu seketika semua yang ada di sana tercengang dengan pandangan membulat menatap Jeano. Untuk sejenak tak ada yang bersuara, seakan kini mereka tengah mencoba mencerna segala apa yang baru saja mereka dengar. Hingga Jino mendongak menatap sang kakak bulat-bulat, kemudian begitu sadar kepalan tangannya ia angkat ke udara.
Bugh!!
Sebuah tinjuan keras mendarat tepat di wajah tampan Jeano.
"BANG*AT!!" maki Jino.
Karena tak siap dengan respon itu, tubuh Jeano pun terhuyung hampir jatuh ke belakang. Sebuah noda darah menghiasi sudut bibirnya sekarang.
"BISA-BISANYA LO NGELAKUIN HAL SEMENJIJIKKAN ITU SAMA ORANG YANG GUE CINTAI! WHERE IS YOUR BRAIN, HUH??!!" teriak Jino memaki penuh emosi, seraya menarik kerah piyama sang kakak kuat-kuat.
Jeano hanya merunduk diam menerima semua makian dari sang adik. Sang ibu begitu shook dengan wajah tercengang, air mata pun jatuh di pipinya. Chitta benar-benar tak mampu berkata-kata sekarang. Sementara itu, Jo terlihat membungkuk frustasi dengan mata masih membulat, sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan sikap anak bujangnya itu.
"Apa yang ada di pikiran kamu sebenernya, Bang?!" ucap sang ibu dengan suara bergetar & pandangan masih membulat di penuhi air mata.
Jeano merunduk sedih melihat linangan air mata sang ibu, karena tak mampu melihat wajah penuh kecewa dari perempuan yang selama ini selalu jadi alasannya menghargai wanita. "Maafin Abang, Mih."
"PUAS LO?!" bentak Jino kembali, "LO UDAH BUAT MAMI NANGIS! PUAS LO, ANJ*NG?!"
"Maafin gue..." gumam Jeano dalam runduknya.
"Sorry you said?!" suara Jino terdengar melengking.
Setelah beberapa lama mencoba sadar dari rasa terkejutnya, Jo mulai berdiri & membuka suaranya. "JINO, STOP IT!!" tegas Jo, "tinggalin Abang kamu sama Mami, Papi. Sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HELL LOVE CHOICE || (END) ✔
Fanfic[END] Mari tentukan neraka seperti apa yang akan kita jalani. Kamu dapet janin yang di kandung Ayyara & saya dapet Ibunya. Gimana, deal? Mari bertemu di takdir selanjutnya sebagai apapun, 'MANTAN SUAMI' "Be my choice of love, not hell my choice. Se...