"Neng, Abang pinjem pulpen ya!" seru Dyaksa.
"Ambil aja Bang!"
Dyaksa kemudian berjalan memasuki kamar sang adik menuju arah meja belajarnya. Tanpa sengaja Ia menyenggol sebuah buku yang di simpan di ujung meja belajar. Dyaksa berdecak kemudian berjongkok untuk meletakkan kembali buku tersebut ke asalnya. Saat buku tersebut di balik, pandangan Dyaksa seketika terbuka lebar begitu melihat tulisan di cover buku tersebut.
"Buku panduan Ibu hamil? Ini buat riset Kuliah, atau.."
Ucapannya seketika terjeda, saat mendengar dering panggilan masuk di ponsel Ayyara yang berada tepat di atas meja belajarnya, Dyaksa pun mengambil ponsel tersebut dari tempatnya.
"Jeano?" sebuah kernyitan penuh penasaran kini tergambar menghiasi wajah Dyaksa, "sejak kapan, Neng sama Jeano..??" karena penasaran, ia pun menerima panggilan tersebut tanpa bersuara sedikit pun.
"Kenapa lo gak bales chat gue? Ini susu hamilnya udah gue beli dua-duanya, awas kalo lo gak mau minum!"
Sejenak ucapan Jeano terjeda karena dari panggilan tersebut tak terdengar suara apapun selain suara jaringan telpon.
"Halo, Kok lo diem sih?! Ya udah lah terserah lo, pokoknya pulang ngampus besok kita ketemu di tempat biasa."
Panggilan pun berakhir begitu saja.
Betapa terkejutnya Dyaksa, detak jantungnya seketika terasa terhenti saat mendengar hal yang begitu terasa bagaikan mimpi buruk itu.
"Ini... gak mungkin kan..??" gumamnya yang masih tak dapat mencerna apa yang baru saja ia dengar.
Tiba-tiba dadanya terasa sesak, rasanya ada sesuatu yang mencekik lehernya sekarang ada sesuatu yang mengganjal yang kini bersarang di dadanya saat mengingat hal yang baru saja Ia dengar. Dyaksa pun tertunduk membungkuk seraya meremas kedua sisi kepalanya, rasanya ia ingin berteriak sekuat tenaga untuk melepaskan rasa mengganjal di hatinya itu.
Saat tengah bergulat dengan batinnya, Ayyara yang baru saja selesai dari kamar mandinya itu pun keluar. Ia dibuat terheran dengan sang kakak yang terlihat duduk membungkuk di sisi ranjangnya. Ia kemudian berjalan perlahan mendekatinya.
"Abang.. kenapa?"
Begitu mendengar suara sang adik seketika raut Dyaksa berubah menajam. Tanpa bicara Ia kemudian mengangkat tegak tubuhnya lalu menoleh penuh tajam ke arah sang adik. Ayyara yang merasa bingung dengan sikap sang kakak pun menatapnya kikuk.
"Abang.. kenapa nangis?" tanya Ayyara yang melihat kedua mata sang kakak kini basah.
"Kenapa kamu sembunyiin semuanya dari Abang?!"
Ayyara mengernyit bingung dengan ucapan sang kakak yang tiba-tiba, "maksud Abang?"
Dyaksa mengacungkan buku panduan hamil yang sedari tadi ia pegang di tangannya, membuat Ayyara seketika tercengang sekarang. Ia pun sontak kaget & mulai memikirkan alasan untuk beralasan pada sang kakak. "Itu...,"
Belum selesai Ayyara berucap Dyaksa segera memotongnya, "kamu gak usah bohong sama Abang!" suaranya menegas sekarang.
Ayyara sontak tersentak, karena sang kakak tak pernah sekalipun bicara dengan nada tinggi atau menegas padanya, "Neng.. Gak bohong kok!"
Mendengar segala kebohongan adiknya Dyaksa seketika bangkit. "Terus buat apa Jeano beliin kamu susu Ibu hamil, huh?!" tegasnya dengan suara tertahan, seraya menggoyangkan bahu Ayyara kuat.
Ayyara sontak terkejut menatap bulat sang kakak, "Abang tau.. Dari mana?"
"ABANG TAU SEMUANYA!" bentak Dyaksa, "kenapa kamu lakuin ini sama keluarga kita, kenapa?!" ia memegang kepalanya dengan frustasi & suara tertahan. "Kamu itu kebanggan kita, kehormatan kita Ayyara!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HELL LOVE CHOICE || (END) ✔
Fanfiction[END] Mari tentukan neraka seperti apa yang akan kita jalani. Kamu dapet janin yang di kandung Ayyara & saya dapet Ibunya. Gimana, deal? Mari bertemu di takdir selanjutnya sebagai apapun, 'MANTAN SUAMI' "Be my choice of love, not hell my choice. Se...