BRAKKK
"ARGH! Sialan!" umpatnya.
"TOLONG!"
"ADAKAH ORANG DI ATAS SANA?"
Belum lima menit ia membatin dan was-was jika ia akan terkena salah satu jebakan di hutan belantara ini dan benar terjadi, sekarang ia terperosok pada lubang yang agak dalam di bawah tanah.
"YA! Akhirnya aku mendapat hewan, eh ...."
Seseorang datang dari atas sana. Mungkin itu pemilik jebakan ini batin Ares. Sebentar lagi ia harus menghajar pemilik jebakan mengerikan yang membuat jantungnya berhenti bekerja. Namun, ia urungkan niatnya. Kan, dia tidak punya kekuatan sama sekali. Miris.
"Cepat raih tanganku!" Ujar pemuda yang sepertinya lebih muda dari Ares di atas sana.
Tak lama ia berhasil keluar dari bawah sana dengan bantuan seorang pemuda pemilik perangkap mematikan ini. Perasaannya kesal, kenapa dari tadi dia selalu ditimpa kesialan.
"Harusnya kau tidak lewat sini. Di sini banyak jebakan. Bahaya." tutur pemuda itu.
"Aku ingin mencari jalan keluar dari wilayah Canopus. Bisa kau tunjukkan?" pinta Ares.
Sontak yang ditanyai membulatkan mata.
Baru kali ini ia melihat orang yang ingin keluar dari Canopus yang dikenal dengan kesejahteraannya.
"Kau? Yakin?"
Ares mengangguk mantap. Ia tak ingin tertangkap para pesuruh dari Kerajaan Canopus. Bisa mati nanti jika tidak kabur.
"Aku tidak tahu."
"Maksudmu?"
"Tidak ada jalan keluar dari sini. Sebetulnya ada. Tapi hanya raja dan orang-orang penting yang tahu. Aku pergi dulu."
Nasib sialnya kini bertambah. Berarti pupus sudah harapannya untuk menghindar dari kejaran prajurit kejam.
Namun Ares tetaplah Ares yang tak pantang menyerah pada usahanya sebelum membuahkan hasil yang memuaskan bagi dirinya. Ia melanjutkan perjalanannya, mengacuhkan pemuda tadi yang pergi meninggalkannya.
Ares terus berjalan berhati-hati hingga bebaslah dia dari penampakan jebakan-jebakan mengerikan itu.
Bertemu sungai kembali membuat hatinya berseri. Rasa letihnya dari perjalanan panjangnya di hutan sekarang terbayar dengan air minum gratis alami.
Ares langsung menyambar air tersebut dan menangkupkan kedua tangannya untuk mengambil air yang ingin dia minum. Tak lupa ia membasuh wajahnya yang rupawan agar segar kembali. Bak pria keren lainnya, ia menyibakkan rambutnya kebelakang membiarkan jidat mulusnya tertimpa angin sepoi-sepoi.
"Hai, Eith.." Sebuah bisikan menyapu hangat telinganya.
Namun ia di sini hanya sendirian. Ia menoleh kesana kemari tak ada seorang pun. Mungkin hanya halusinasinya karena lelah berjalan jauh.
Entah tak ada angin topan maupun hujan, kepalanya terasa berat sekarang.
Bisikan tadi membuatnya gelisah. Napasnya memburu. Hingga kesadarannya terasa diambil setengah.
Ares terus melawan. Ada yang berusaha mengambil alih alam bawah sadarnya.
Tangannya mengepal erat pada tanah tak berbatu dan menjambak rumput-rumput liar yang tumbuh di atasnya. Dari hanya kepala yang terasa ingin meledak, sekarang sekujur tubuhnya kesakitan.
"Dia laki-laki."
"ARGH! CUKUP!" erangnya kesakitan.
"Kelahirannya pukul 12 tepat."
"BERHENTI ARGH!"
SREK
Sudah berakhir dan keadaan normal kembali. Kejadian tadi sangat aneh baginya. Ares langsung menetralkan napasnya kembali.
Namun ia kembali merasakan keanehan. Tangannya yang mengepal kuat dibelakang badan tadi menyentuh sesuatu.
"Es?"

KAMU SEDANG MEMBACA
ETHAN [✓]
Fantasy[DO NOT COPY!] [E-THEREALVERSE]¹ -the past side- Tentang dunia immortal yang selalu dianggap omong kosong belaka, dan tentang Ares yang hidup di dalamnya mencari jati dirinya.