SREKKK
"Serahkan benda itu!"
Dengan sigap Ares berdiri dari duduknya lalu dengan hati-hati mengeluarkan healing diamond dari sakunya.
Dengan kasar pemuda di depannya langsung merebutnya. Wajahnya yang tegas setidaknya membuat nyali Ares ciut.
Ares nampak setengah mati menahan ketakutannya. Bayang-bayang penjara di istana pun mulai terlintas di kepalanya. Apalagi yang dihadapannya ini salah satu sosok yang dihormati di wilayah Kerajaan Canopus. Siapa lagi kalau bukan Pangeran Dave yang merupakan satu-satunya keturunan Raja Thrimson, atau mungkin bukan.
Dave mengangkat kerah baju Ares kuat-kuat. Nampak para prajurit di belakang berdatangan. Jumlahnya mungkin kurang lebih dari hanya 6 orang saja.
Ares tak memberontak, toh juga kalau dia melawan berakhir pedang dihunus napas terhenti.
Tangannya diborgol sekarang. Ia pasti akan dibawa kehadapan sang raja. Dan Ares hanya bisa pasrah.
Ia digiring melewati desa. Banyak pasang mata melihatnya sinis. Bahkan ia mendengar banyak warga melontarkan kata-kata ejekan atau yang lainnya. Apalagi dirinya ini hanya makhluk biasa tanpa kekuatan apapun yang dianggap berderajat rendah di Kerajaan Canopus.
Pintu gerbang istana mulai terbuka. Sedikit demi sedikit dan tak memberi celah napas untuk sang Ares yang malang.
BRUK
Tanpa belas kasihan, prajurit itu mendorongnya hingga tersungkur.
"Berlututlah pada raja!" Ucapnya.
"Ayah, keparat ini harus dihukum! Berani-beraninya dia!" Tutur Dave sembari menunjuk-nunjuk Ares.
"Kau tahu bukan kalau mencuri itu dilarang di Kerajaan Canopus ini. Apalagi setelah aku mendengar kematian salah satu warga penyelinap atau ibumu itu, si penyihir kegelapan." Ucap sang raja tegas diatas singgasananya.
"Aku tak peduli, pokoknya dia harus lenyap dari hadapanku!" Lanjutnya.
Mati sudah nasib Ares hari ini. Mengapa buruk sekali takdirnya. Apalagi kematiannya ditangan para algojo-algojo kerajaan.
Ah, ternyata ia dibawa ke tempat hukum pancung. Ini gila, tapi lebih baik begini daripada kesakitan dihukum dengan minum racun.
"Ada kata lain sebelum terlepas dari kepala bodohmu itu?"
Ares menggeleng. Ia benar-benar sudah kesal dengan dunia ini. Lebih baik mungkin berlutut dihadapan Tuhan daripada raja.
1
2
3
CRASH
"HEH! Kau tak apa?"
Ares tersadar dari lamunannya. Ternyata hanya bayang-bayangnya saja. Tapi apa selanjutnya? Apalagi yang dihadapannya ini sekarang si pangeran.
"Kau takut aku adukan? Aku tak sejahat itu."
Kekehan muncul dari seorang Pangeran Dave. Ternyata ia tak buruk juga, yang tadi cuma bayang-bayang, ya, batin Ares.
"Maaf atas kelakuanku yang menodongkan pedang tadi."
"T-tidak apa-apa." Ucap Ares sambil terbata-bata.
"Oh iya siapa namamu?"
"Aku? Aku ... Ares? Mungkin?" Jawab Ares agak tidak yakin juga setelah mendengar tutur ibu tirinya.
"Kenapa tak yakin? Ah sudahlah si tua bangka itu akan mencariku jika berlama-lama keluar dari wilayah istana. Sebaiknya kau pergi dari sini, karena pesuruh kerajaan sudah mulai mencarimu kemana-mana. Aku pergi."
Dave langsung berbalik menunggangi kuda putihnya. Jubah merahnya mulai berkobar ketika ia dan kudanya mulai melesat.
Dan semua itu hanya kebohongan belaka. Yang mana Dave sedang mempersiapkan segalanya untuk menangkap Ares di lain waktu seraya menunggu saat yang tepat dengan membuatkan poster buron wajah Ares. Sebegitu liciknya hanya karena suatu takhta yang ingin dikuasainya.
Ia tak salah dengar kan? Harus lari lagi dari para prajurit-prajurit sialan itu? Tapi ke mana dia akan pergi?
Ia langsung berjalan lurus mengikuti hilir sungai yang berlawanan dari wilayah Kerajaan Canopus.
Dan mulai sekarang, ia juga harus mencari tahu dirinya.
Semakin dalam ia menembus hutan, dan semakin banyak pula jebakan dari para pemburu binatang liar di sini. Ares nampaknya harus memelankan langkahnya atau akan kena salah satu dari jebakan itu.
BRAK
"Akh!"
Atau mungkin tidak.
2 characters revealed!
ARES LEOVARDO
PRINCE ANDREANNO DAVE THRIMSON
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHAN [✓]
Fantasy[DO NOT COPY!] [E-THEREALVERSE]¹ -the past side- Tentang dunia immortal yang selalu dianggap omong kosong belaka, dan tentang Ares yang hidup di dalamnya mencari jati dirinya.