Vampire

165 37 6
                                    

Penguburan Tuan Steve telah selesai. Walaupun Ethan sudah menawarkan untuk dibawa ke pemakaman, namun Stephen menolak dan memutuskan untuk meletakkan tempat peristirahatan terakhir ayahnya di belakang rumah milik Tuan Steve sendiri.

"Ayah, terima kasih, semoga tenang," ucap Stephen dengan berat hati sambil tersenyum ke arah kuburan ayahnya.

"Ayo, pergi," imbuhnya.

Ethan hanya mengangguk saja. Tentu saja dia juga ikut sedih mengingat betapa berjasanya ayah Stephen untuknya.

Rasanya kini ia mengemban dua tugas wajib. Menjaga Stephen dan juga kembali ke Canopus bertemu sang ayah.

"Kenapa kau jadi diam?" tanya Stephen.

Namun, bukannya menjawab pertanyaan Stephen, Ethan menghentikan langkahnya. Ia menyuruh Stephen untuk berhenti pula.

"Di depan sana ada orang," jawabnya begitu lirih.

Ethan berjalan dengan hati-hati disusul dengan Stephen di belakangnya yang sedang berwaspada.

Mulanya Stephen tak mendengar apa-apa, namun semakin berjalan ke depan ia juga mendengar sesuatu. Telinga Ethan benar-benar tajam, batin Stephen.

"Hah, menunduk!" ucap Ethan sambil menarik Stephen untuk berjongkok.

Orang tersebut hampir mengetahui Ethan dan Stephen yang sedari tadi mengendap-endap lalu mengawasi dari jauh.

Sekarang mereka berdua berada di balik tanaman semak lebat. Namun, keduanya masih bisa melihat aksi orang tersebut.

"Vampir," gumam Stephen.

Sebenarnya ia mual menyaksikan vampir yang sedang menyedot darah mangsanya dengan brutal sekarang. Apalagi kulit leher orang yang digigit hampir terkelupas.

"Ash! Mati kita!" gumam Ethan sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Kau pesimis sekali. Di sini ada werewolf," ujar Stephen.

Ethan yang melihat mata Stephen mulai berubah menjadi biru langsung berusaha menyadarkannya kembali.

"Jangan terburu-buru!" gumamnya sambil menggoyangkan bahu Stephen.

Ethan mengisyaratkan untuk berbalik ke belakang dengan berjalan jongkok. Tentunya dengan hati-hati.

Namun baru menolehkan kepala ke belakang sudah kena sial. Mereka terdiam membeku melihat vampir tadi berdiri tegap di belakang mereka.

"Mau dimakan juga?" ucapnya.

Stephen langsung menggelengkan kepala. Ia kemudian berdiri di depan Ethan mengambil posisi seperti ingin melindungi partnernya.

"Lawan aku. Jangan dia!" ucap Stephen tegas.

SRET

"AKH!"

Namun bagaikan kecepatan cahaya, vampir tersebut langsung bergerak dan memojokkan Stephen ke sebuah batu besar. Tak lupa dia memberikan hiasan sebuah cakaran pada leher Stephen.

Stephen tumbang, tak mampu berdiri. Rasanya sakit, perih seperti ingin mati. Stephen menahan rasa sakitnya ketika melihat vampir tersebut menuju ke arah Ethan yang masih diam.

Makhluk haus darah tersebut dengan cepat memojokkan Ethan pula, namun bedanya di tanah.

Tak main-main, tenaga makhluk itu sangat kuat. Ethan yang memberontak di bawahnya tak dapat berbuat banyak.

Dengan perlahan taring makhluk tersebut bersentuhan dengan leher mulus Ethan.

Ethan merasakan sakit yang luar biasa setelah taring tersebut berhasil menusuk lehernya. Ia tak dapat bergerak sedikitpun.

'Ethan, ingat nasib Canopus.'

Ethan kembali mendengar bisikan asing yang terdengar samar-samar di telinganya.

Namun, entah kekuatan dari mana yang membuat tubuhnya memanas. Vampir tersebut langsung mencabut gigi taringnya dari leher Ethan.

Sekarang ia balikkan posisi makhluk itu dan menahannya dari atas.

"KESALAHAN TERBESARMU ADALAH MEMBERIKANKU RASA SAKIT!" ucap Ethan sangat tegas.

Tangannya mengeluarkan api dan hendak mencekik vampir itu. Ia benar-benar dikuasai amarahnya.

"Kau tahu aku siapa?"

"Ethanova. AKULAH PUTRA MAHKOTA YANG HILANG!"

"DAN TAKDIR BURUK DI HADAPANMU!"



[Mmf lg erosi]

ETHAN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang