Under the sun, I'm walking,
Hot like a wound,
turnaround time,
all the poems of my life,
Knocked past, then gone.
Then, all of my pains,
Sudden become a joy.
-E-•••
Gerbang besar tersebut terbuka sedikit demi sedikit menampakkan tempat kediaman megah milik Stephen.
Ternyata rumah Stephen jauh lebih besar dari yang Ares bayangkan. Namun, tak sebesar Istana Canopus.
"Ayo masuk," ajak Stephen.
Ares membuntutinya dari belakang. Ia dibuat takjub dengan halaman rumah yang amat luas. Belum lagi isi rumahnya nanti.
Sebenarnya dalam benaknya ia merasa tak pantas masuk ke sini. Bajunya yang sudah rusuh, robek-robek, penampilan yang berantakan membuatnya hanya merasa seperti noda kecil yang mengotori keindahan rumah ini.
"Aku sangat merepotkan dia rupanya," gumamnya masih terdengar di telinga Stephen.
"Tidak usah khawatir, di sini aku tinggal sendiri," ucap Stephen sambil menepuk bahu Ares.
Memasuki rumah besar tersebut, Ares tidak menyangka dengan semua pondasi-pondasi yang terbentuk.
Jadi seperti ini rasanya menginjakkan kaki di istana. Maksudnya rumah.
Sebentar, tujuannya disini mencari perlindungan bukan.
Namun ia malah membayangkan hidupnya selanjutnya. Menemukan nama baru untuknya. Ikut bekerja bersama Stephen, mungkin ia akan sedikit lebih pintar. Berlanjut ia mendapat uang sendiri dan tak akan menyusahkan Stephen, lalu pergi dari sini dengan kekayaan yang ia hasilkan sendiri. Atau mungkin menjalin kerja sama dengan si Stephen. Ya, benar, dengan begitu ia bisa menyogok raja bila ia tertangkap agar ia tidak dihukum. Paling tidak seperti itu.
"Hei, sedang apa disitu? Ayo kesini!" teriak Stephen yang ternyata sudah ada jauh di depan sana. Maklum, lorong rumahnya sangat panjang.
"Ini kamarmu dan ini kuncinya." Setelah memberi kunci kamar tersebut, Stephen pergi entah kemana. Ia memakai teleportasi. Ares baru tahu jika werewolf bisa teleportasi juga. Andai dia bisa seperti itu.
Harus sebesar inikah kamarnya? Ares tak memikirkannya. Ia langsung meloncat ke kasur empuk yang ada di sana. Ia melompat-lompat kegirangan diatasnya dan menjatuhkan dirinya. Rasanya agak lega.
Namun tak lama itu berlangsung rasa kantuknya menyerang dan, ya, tertidur.
"Eith, bangun sayang." Elusan tulus dari tangan seorang ibu menyambar kepalanya.
Anak itu terbangun dari pulau kapuknya. Sinar matahari yang hangat menyambut paginya.
Hari ini ia diliputi rasa senang.
Bagaimana tidak. Canopus akan mengadakan pesta bersama semua rakyatnya besar-besaran. Semuanya, mulai dari kaum penyihir, vampire, werewolf, elf, dan lainnya akan hadir di sini.
Akan ada banyak pertunjukan menarik. Semua makanan mewah tersedia. Bahkan anak itu menantikan saat-saat pertukaran hadiah, tradisi di Canopus.
Anak tersebut keluar bersama ayah dan ibunya. Menyambut semua rakyatnya dari atas balkon utama istana.
"Hari ini adalah hari kebahagiaanku, dan juga kita semua. Selamat hari jadi Canopus kita. Dan mari kita mulai festivalnya." Sambutan sang raja berakhir dan pesta resmi dimulai dengan pelepasan merpati-merpati putih.
Baju yang ia kenakan berwarna putih gading. Mata birunya, senyum taring kecilnya, membuat kesan elegan dirinya bertambah walau usianya masih 6 tahun.
Disepanjang pesta ia menikmatinya. Bahkan ia tertawa bahagia membuat seseorang disana tak sabar memilikinya.
Tibalah acara pertukaran hadiah. Senyumnya merekah. Ibunya memberikan sekotak hadiah kecil.
"Biarpun ini kecil, namun dewasa nanti kau akan membutuhkannya," ucap sang ibu.
Rakyat pun menantikan pangeran kecil tersebut membuka hadiahnya.
"Kalung!" ucapnya dengan sedikit melompat kegirangan.
SRAT
"IBU!"
Sekelompok penyihir datang mengacau. Entah darimana asalnya. Mereka memporak-porandakan pestanya.
"CEPAT SURUH SEMUANYA BERLINDUNG! DIA HANYA SATU. HATI-HATI DENGAN SEMUA ILUSINYA!"
Raja menggendong anaknya yang masih menangis melihat ibunya terkena tembakan anak panah beracun.
"Nak, berlindung di dalam." Raja langsung menutup pintu kamar anak itu rapat-rapat.
Suara teriakan kepanikan orang-orang di luar sana masih terdengar di telinganya. Ia memojok, memeluk lututnya.
Bagaimana keadaan ibunya diluar sana?
Pikirannya terus menerus mengulangi pertanyaan yang sama. Kalung tadi masih ia genggam rapat.
Entah sudah berapa lama ia meringkuk pada lantai kamarnya yang dingin. Satu-satunya harapannya sekarang hanyalah 'Tuhan, selamatkan ibuku.'
"Ethan, syutt."
Sebuah suara memanggilnya, lebih terdengar seperti bisikan baginya. Asalnya dari jendela luar.
Ia berjalan hati-hati menuju jendela tersebut.
BRAK
Ia buka jendelanya kasar. Tak ada seorang pun. Ia langsung buru-buru menutup jendelanya. Ia memundurkan langkahnya namun rasanya ada sesuatu di belakangnya. Badannya berbalik dan itulah orang tadi.
"Halo, Ethanova."
Penyihir tersebut langsung membekap mulut Ethan yang hendak berteriak dan ia membisikkan sesuatu pada telinga sucinya yang membuatnya langsung tak sadarkan diri.
Penyihir tersebut langsung menghilang membawa pergi Ethan tepat sebelum raja membuka pintu kamar tersebut.
"Ethan?" Ia cari kemana-mana ke semua sudut ruangan di kamar tersebut namun nihil, tak ada seorangpun disana.
"ETHANNN!!"
"HAH!" Ares terbangun dari tidurnya. Mimpi apa tadi dia? Bunga tidur yang sangat menyeramkan baginya.
Ia langsung berdiri dari kasur tersebut. Namun, ia malah kebingungan melihat dirinya masih tertidur lelap di atas kasur tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/305201201-288-k486702.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHAN [✓]
Fantasia[DO NOT COPY!] [E-THEREALVERSE]¹ -the past side- Tentang dunia immortal yang selalu dianggap omong kosong belaka, dan tentang Ares yang hidup di dalamnya mencari jati dirinya.