Tanpa diduga perempuan itu berhenti di depan bangunan berwarna kream. Ia tidak perlu melihat lagi ke kanan dan kiri untuk memastikan bangunan ini jelas berbeda dari bangunan lainnya yang berada dalam satu lingkup yang sama. Dengan kaca besar yang hampir memenuhi semua sisi depannya, perempuan itu dapat melihat langsung isi ruangan yang diterangi oleh lampu dari dalam. Canvas kosong yang tersandar berjejer dengan lukisan yang tidak dapat ia pastikan gambar apa, kemudian kaleng-kaleng dan botol-botol yang pinggir dan sisinya sudah bercoreng tumpahan cat juga tidak luput dari matanya.
Ia tidak menyadari karena terlalu sibuk memerhatikan isi studio kalau ada seseorang berdiri dalam studio dan kini tengah memandang ke arahnya. Laki-laki itu sekarang berdiri pada sisi kaca besar yang dengan jelas memperlihatkan seluruh tubuhnya termasuk pakaian kotor penuh cat yang sedang ia kenakan.
Ia tidak tahu apa yang membuatnya menurut saat laki-laki itu memanggil dengan tangannya, memintanya untuk mendekat kearah laki-laki itu. Tapi ia tetap melangkah ke depan laki-laki itu, sementara laki-laki itu mendorong kaca di depan dadanya yang ternyata bisa dibuka.
"kau baru selesai bicara dengan dokter Han kurasa." Katanya sambil menurunkan sedikit tubuhnya dan melipat tangannya pada jendela yang telah ia buka. "aku melihatmu datang tadi." Lanjutnya. "siapa namamu?"
Perempuan itu mengangguk pelan. "Eva. Irene Alieva Suh."
"Ten. Ten Lee." Eva menatap uluran tangan laki-laki itu kemudian mengalihkan pandangannya kembali pada Ten melemparinya dengan tatapan penuh tanya. "ahh... maafkan aku. Aku lupa tanganku sedang kotor sekarang." Dia menatap telapak tangannya yang penuh cat yang sudah bercampur dan kering.
"apa yang kau lakukan disini.. hmm Ten?"
"bekerja." Jawabnya riang.
Eva menengok pada jam tangannya. "sekarang?"
Ten mengerutkan hidungnya sambil tersenyum. "itulah bagian yang paling menyenangkan dari ini. Kau bisa bekerja kapanpun kau mau."
"aku tidak mengerti."
"terkadang kau tidak perlu mengerti, cukup jalani." Ujarnya. "jadi apa yang dokter Han katakan padamu? Apakah wanita itu yang memerintahkanmu kesini?"
Eva mendengus menahan tawanya. "kau sendiri kenapa ada disini? Apa dokter Han juga memaksamu?"
Ten tersenyum lebar lalu menggeleng pelan. "kalau benar dokter Han yang memintamu kesini, berarti aku akan jadi gurumu."
"kau pelatih lukis?"
Ten tidak menjawab tapi tersenyum, menatap Eva dengan kilatan jahil di matanya. "datang saja ke sini kapan pun kau mau, aku akan mengajari dengan baik. Kita bisa memulai dengan melukis hal-hal yang ada disini, contohnya seperti langit malam ini."
Eva secara spontan mendongakkan kepalanya menatap langit malam yang sama-sekali tidak tertutupi awan tapi ditaburi titik-titik kecil bercahaya. "Starry, Starry night..." Gumannya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night | Ten WayV ✔️
General Fiction"If anything happens, just remember i love you." But I could've told you, This world was never meant for one as beautiful as you Warning! - an AU - OOC - Slice of Life - angst - tragedy Start : 23/03/22 End : 15/05/23