"masuklah!" Ten mendorong pintu rumahnya terbuka dan membiarkan Eva masuk terlebih dahulu lalu mengikuti perempuan itu setelah mengunci lagi pintu rumahnya.
Eva menyapukan pandangannya pada isi rumah Ten, sambil tetap mengikuti laki-laki itu menuju ruang tengah. Sofa besar berwarna abu-abu berhadapan dengan televisi manjadi pemandangan pertama yang Eva lihat. Meja kecil di depan sofa, dan beberapa piala tersusun di kiri dan kanan televisi menjadi hal berikutnya yang menarik perhatian Eva.
"kau manis sekali." Guman Eva sambil menatap lurus ke depan.
"hah?"
Tangan Eva terangkat menunjuk sebuah foto besar terbingkai diatas televisi. Foto itu menampilkan Ten dan Tern kecil, juga kedua orang tua mereka. Foto itu gambaran keluarga bahagia yang sesungguhnya, hal yang tidak akan pernah bisa dimiliki oleh Eva.
Ten tersenyum ikut memandang foto itu, tidak menyembunyikan rasa cinta yang terpancar dari matanya. Ia kemudian beralih pada Eva. "apa sekarang aku tidak manis lagi?"
Eva memandang Ten yang tengah tersenyum padanya sambil mengerutkan dahinya. "hmm... kau terlihat cantik di mataku." Ia dengan sengaja mengulang perkataan Ten padanya waktu itu.
"YA!"
Eva tertawa lalu berjalan kearah sofa. "boleh aku duduk?" Ten mengangguk.
Ten meletakkan tas Eva di dekat kaki perempuan itu lalu menjulurkan remot padanya. "itu pintu dapur aku punya makanan di kulkas, belok saja ke kiri kalau kau perlu ke kamar kecil. Nyamankan dirimu, aku harus mandi dan ganti baju."
Eva mengangguk lalu Ten meninggalkannya.
Perempuan itu tidak lapar dan juga tidak ingin ke kamar kecil, karena itu ia menyalakan televisi dan memilih secara acak acara yang diputar lalu meletakkan remote diatas meja, ia melakukannya hanya agar ada suara yang memenuhi di ruangan ini. Sambil menunggu Ten, ia kemudian mengambil handphonenya, mengabaikan pesan dari Jeffrey dan membalas pesan Daisy.
Setelah ia tidak lagi menemukan hal yang bisa ia lakukan di handphonenya, Eva meletakkan benda persegi itu di samping remote diatas meja. Sekali lagi memandangi isi rumah Ten kali ini mencoba mencari hal yang bisa menarik perhatiannya. Pandangannya terhenti pada pintu kamar Ten yang tertutup. Perlu beberapa saat untuk Eva menyadari kalau Ten hanya memiliki satu kamar. Tangan Eva mengusap sofa berbahan lembut yang tengah ia duduki, sofa ini cukup nyaman dan cukup besar, perempuan itu sudah memutuskan ia akan tidur di sofa. Ia tidak akan membiarkan laki-laki memberikan kamarnya untuk Eva.
"kau benar-benar tidak perlu baju ganti?" Eva tidak menyadari kapan Ten keluar dari kamarnya. Ten mengenakan kaus putih tipis dengan lengan panjang dan juga celana pendek hitam. Kedua tangannya memeluk dua buah bantal dan selimut berwarna krem. "kita bisa membelinya kalau kau tidak mau pulang. Aku punya uang, kalau itu yang jadi perkara. kau tenang saja."
Eva tertawa sambil mengambil bantal yang diulurkan padanya dan memeluknya di depan dada sambil tertawa. "tentu saja kau punya uang. Black card bukan untuk orang miskin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night | Ten WayV ✔️
General Fiction"If anything happens, just remember i love you." But I could've told you, This world was never meant for one as beautiful as you Warning! - an AU - OOC - Slice of Life - angst - tragedy Start : 23/03/22 End : 15/05/23