Bab 46

33 10 0
                                    


Setalah Minghao membawanya berkeliling sebentar laki-laki itu meminta ijin meninggalkannya dengan alasan ada yang harus dia lakukan. Perempuan itu tidak mengatakan apapun dan memilih berkeliling sendiri melihat lukisan-lukisan yang terpajang disana karena Minghao berjanji akan menemuinya lagi nanti, ia memerhatikan deskripsi yang tertulis disana untuk setiap lukisannya dan menyadari beberapa lukisan disana dipajang untuk dilelang dan sedikit diantaranya hanya untuk dipamerkan disana. Setiap lukisan yang ada disana memiliki tanda yang mirip dengan angka 8. Mungkin itu tanda yang menjadi ciri khas dari pelukisnya.


Sekarang Eva berdiri cukup jauh di sudut ruangan, menjaga jarak agar dirinya tidak tanpa sengaja menyentuh lukisan yang dipajang, menatap kearah panggung kecil yang masih dapat ia lihat dengan jelas dari tempatnya berdiri sekarang, yang tidak hanya jadi pusat perhatiannya tapi juga hampir sebagian besar pengunjung pameran lukisan ini. Eva masih tidak mengetahui alasan Minghao mengajaknya kesini, tapi ia tetap berterima kasih atas apa yang dilakukan laki-laki itu dengan mengajaknya ke pameran ini.


Panggung itu terletak diantara dua lukisan yang masih tertutupi kain, tapi bukan itu yang membuat Eva terkejut, melainkan Minghao yang tiba-tiba berdiri atas panggung kecil itu sambil menggenggam pengeras suara yang membantu suaranya terdengar jelas.


"selamat datang dan terima kasih untuk tetap setia bersamaku." Ujarnya kemudian tertawa kecil menyadari betapa konyalnya ucapan pembuka yang ia lakukan. "aku mengadakan 5 pameran di dekat-dekat sini ..." Eva tahu kalau Minghao adalah pelukis, tapi sama sekali tidak menduga kalau laki-laki itu akan mengajaknya ke pameran lukisannya, dan lagi laki-laki itu mengadakan lima pameran serupa. "... yah aku menjual beberapa dengan harga yang pantas. Aku tahu beberapa dari kalian bahkan bertengkar untuk mendapatkan." Suara tawa terdengar dari orang-orang yang dengan jelas memberikan perhatian penuhnya pada laki-laki itu. Tawa-tawa itu secara tidak langsung membenarkan perkataan laki-laki itu.


"aku berterima kasih untuk itu. Dan seperti yang aku katakan sebelumnya, ini akan jadi pameran terakhirku, untuk koleksi yang kali ini. Dan hari ini aku akan menunjukkan dua lukisan baru. Tidak perlu bertengkar, karena aku tidak menjual lukisan-lukisan ini. Ini mungkin akan jadi pertama dan terakhir kalinya kalian akan melihat salah satu lukisan ini." Minghao menunjuk lukisan disisi kanannya.


"kenapa?" salah seorang yang berdiri cukup dekat dengan laki-laki itu bertanya.


"sebenarnya, aku tidak berencana melakukan pameran ini sendirian. Aku punya teman baik yang membantuku diawal-awal karirku. Dia tidak pernah ingin memamerkan lukisannya, tapi suatu hari dia datang padaku dan bilang ia ingin menunjukan lukisannya setidaknya pada satu orang. Tapi dia tidak percaya diri lukisannya bisa dipamerkan sendiri, begitu juga denganku. Karena itu kami sepakat untuk mengadakan pameran bersama. Aku dengan alasanku dan dia dengan alasannya yang bisa dikatakan cukup romantis. Tapi karena satu hal, kami tidak bisa melakukannya. Dan karena itu bukan lukisanku, jadi aku tidak tahu apakah lukisan ini bisa kalian lihat lagi nantinya. Jadi kalau kalian membawa kamera ambillah gambar sebanyak-banyaknya." Eva tidak ingin memikirkan apapun saat Minghao mengatakan hal tersebut sambil menatap lurus ke arahnya. Ia juga tidak ingin memikirkan siapa teman yang laki-laki itu maksudnkan meskipun secara tidak sadar ia sudah mempunyai gambaran tentang siapa yang sebenarnya Minghao bicarakan. "tapi mungkin kalian mungkin bisa melihat lukisan-lukisan dia suatu hari nanti, siapa yang tahu."


Dua orang petugas galeri datang mendekat menuju lukisan-lukisan yang tertutup tersebut. Minghao memberikan tanda pada mereka untuk membuka kedua lukisan itu. Eva menatap terkejut pada lukisan-lukisan itu terutama pada lukisan yang berada disebelah kanan Minghao.


Laki-laki itu mengangkat tangannya menunjuk lukisan sebelah kiri. Lukisan itu menggambarkan dua sosok tanpa wajah salah satunya mengenakan pakaian berwarna hitam dan yang satunya mengenakan pakaian berwarna putih. Pose keduanya cukup unik seperti gambar yang diambil saat keduanya tokoh itu sedang menari.


"aku menamai lukisan ini eight to Ten yang kalian ketahui juga jadi tema rangkaian pameran kali ini. Ada alasan khusus kenapa aku memilih kata-kata ini. Delapan sampai sepuluh tahun adalah umur dimana semuanya terasa menyenangkan dan kita bisa melakukan apapun tanpa merasa khawatir tentang apapun juga. Lukisan-lukisanku semuanya tentang itu , tentang ingatan yang menyenangkan, kebahagiaan. Karena itu aku memilih warna-warna cerah untuk koleksiku kali ini. Dan yang ini..." Minghao menatap lukisan itu. "... tentang kebebasan."


Minghao menatap lurus pada Eva lalu memberikan perempuan itu senyum kecil, lalu beralih pada lukisan di sebelah kanannya. Lukisan yang membuat tercengang. Lukisan itu tidak memiliki banyak warna dan banyak objek. Hanya seorang perempuan berambut panjang dengan bahunya tidak tertutup apapun, setengah tengkurap. Wajah perempuan itu menghadap ke samping jatuh diatas bantal yang memiliki warna yang sama dengan selimut yang menutupi punggung perempuan itu dan setangah wajah yang tertutupi rambut yang tergerai berantakan. Di depan wajah perempuan itu lebih tetapnya di dekat bibirnya terdapat bandul berwarna emas berbentuk unik yang tersambung pada rantai berwarna sama.


"so pretty." Seseorang berceletuk. Minghao mengangguk. Dan Eva mengakui kalau dirinya terlihat cantik dalam lukisan tersebut. Aku. Sosok yang ada dalam lukisan tersebut adalah dirinya, ia tahu itu dengan pasti itu karena banduk berbentuk unik itu adalah kalung milik Ten yang sempat ia kenakan saat ia menginap di rumah laki-laki itu.


Saat itu Eva pulang dari tempat kerjanya dan tidak merasa ingin pulang ke rumah. Ten mengundangnya untuk menginap di rumah laki-laki itu yang langsung disetujui oleh Eva. Perempuan itu menemukan kalung tersebut di kamar mandi Ten dan mengenakannya hanya untuk melihat apakah dirinya terlihat bagus menggenakan perhiasan dari emas. Kemudian laki-laki itu masuk ke dalam kamar mandi, dan ketika Ten melihat Eva mengenakan kalung itu, ia menggoda Eva dan memintanya untuk tetap mengenakan benda tersebut. Perempuan itu meminta maaf dan menuruti permintaan Ten tapi hanya selama beberapa hari. Ia mengembalikan kalung itu pada Ten dan meminta maaf padanya karena mengenakan barang laki-laki itu dengan semabarangan.


"Lukisan ini berjudul I was Born for You. ini bukan karyaku. Ini milik temanku, lukisan inilah yang ingin dia tunjukan setidaknya pada satu orang. Dan orang itu ada disini dan aku berterima kasih dia mau datang meskipun dia tidak tahu kalau dialah model utama untuk lukisan teman baikku ini. Temanku selalu bilang kalau gadis ini adalah gadis paling cantik yang pernah ia temui dan ketika aku melihat lukisan ini untuk pertama kalinya aku menyadari kalau seperti inilah gadis itu di mata temanku. Tadi seseorang berkata kalau ini cantik. Iya ini lukisan yang cantik dengan model yang cantik. Aku tidak tahu apakah kalian akan menganggap gadis ini secantik dilukisannya atau tidak. Tapi itu tidak penting, pelukisnya menganggap gadis ini cantik itulah yang paling penting. Dan gadis cantik itu berdiri disana." Minghao menunjuk kearah Eva. Ia menatap lurus pada perempuan itu. "terima kasih sudah datang. Jadi aku bisa memenuhi permintaannya untuk menunjukkan dan memberikan lukisan ini padamu. Aku tidak tahu apakah sudah tahu hal ini atau tidak. Tapi aku akan mengatakannya disini, aku mengatakan hal yang paling ini dia katakan padamu."


"I was born for you."


Eva mungkin gila, tapi sekarang yang ia lihat dan ia dengar mengatakan hal itu bukan Minghao tapi Ten. Ia tidak peduli kalau sekarang semua pandangan tertuju kepadanya. Tapi, dengan pandangan yang kabur karena air mata ia melihat Ten disana diatas panggung dan mengatakan hal tersebut padanya.




to be continue ...

Starry Night | Ten WayV ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang