Eva tidak tahu sudah berapa lama ia memandangi kotak kecil didepannya. Mereka, dirinya dan Tern kini duduk dihadapannya terhalang oleh meja kecil, serta Daisy yang duduk sendiri di meja sebelah lengkap dengan earphone penyumpal kedua telinga perempuan itu. Mengingat sifat Daisy yang sangat pengertian terutama pada Eva, perempun itu jelas sengaja melakukannya agar Eva dan Tern bebas bicara tanpa takut mengatakan sesuatu yang tidak harus ia dengar.
Suasana café tempat ia duduk sekarang bisa dikatakan tenang meskipun bukan hanya mereka yang ada disana. Dan ini bukan pertama kalinya Eva kesini, Ten pernah mengajak beberapa kali ke sini untuk membeli cinnamon roll kesukaannya. Eva menahan napasnya saat ia menyadari dirinya tanpa sengaja memikirkan laki-laki itu lagi.
Ragu-ragu Eva menggapai kotak tersebut dan membukanya secara perlahan. Tidak banyak benda didalamnya. Perempuan itu tidak ingin memastikan benda apa saja yang ada disana, tidak hari ini dan tidak tahu dengan pasti pula kapan ia akan melakukannya, Eva mungkin tidak ingin membuka dan melihat kotak itu lagi setelah ini.
"orang itu pasti ingin kak Eva memiliknya." Tern tidak bisa membawa dirinya menyebut nama saudara laki-lakinya, dan itu dapat dipahami. "terima ya kak. Jangan dibalikin."
"ini kunci rumah Ten 'kan?"
Tern mengangguk pelan. "saat hari dia pergi, itu terakhir kali dia menelponku, dia bilang kalau ada barangnya yang tertinggal bersamanya, aku harus memberikannya padamu. Aku kira dia hanya salah bicara tapi setelahnya aku tahu dia benar-benar bermaksud mengatakan hal itu. Dia ingin kau memilikinya."
Ada tiga hal dalam kotak tersebut yang menarik perhatian Eva, "kukira handphone dia rusak? Dibanting sepupu kalian atau siapa." Selain sebuah benda yang ia yakini adalah batu beebrntuk tidak beraturan dan beberapa kunci yang tergabung dalam satu gantungan berbentuk kucing hitam, benda persegi panjang itu bisa dikatakan hal yang familiar untuknya dari beberapa hal yang ada dalam kotak itu.
Kerutan dan ekspresi bingung muncul dari wajah kelelahan Tern tapi hanya beberapa saat sebelum akhirnya perempuan lebih muda itu memberikan ekspresi mengejek yang Eva tahu itu bukan ditunjukan untuk dirinya. "dia bilang begitu ya ke kakak?" Eva mengangguk pelan, tapi tidak mengatakan apapun bahkan saat ia memerhatikan Tern menarik panas panjang mempersiapkan dirinya untuk mengatakan sesuatu yang belum Eva ketahui. "handphonenya rusak saat dia bertengkar dengan ayahku hari itu. Dia menolak pergi ke acara yang diadakan teman ayah. Ini bukan karena kak Eva sudah mengajaknya lebih dulu. Walaupun aku kira awalnya juga begitu. Setelah itu Mac memperbaiki handphone itu untuknya tapi tidak sempat dikembalikan pada orangnya langsung."
"dia menolak datang setelah ayah memberitahunya siapa saja yang datang." Lanjut Tern. "aku tidak tahu apa masalah dia dan teman-teman ayah. Tapi aku harusnya sadar ada yang salah. Harusnya aku sudah tahu sejak awal kenapa orang tuaku bilang dia sakit dan alasan aneh lainnya." Tern menundukkan kepalanya.
Eva mengepalkan tangannya dibawah meja. "Ten tidak pernah cerita banyak. Aku harusnya memaksa dia mengatakannya saat dia masih disini. Sejauh yang dapat aku pahami, karena satu dan lain hal dia bertemu sponsor, orang itu melukainya sampai dimana Ten tidak bisa melakukan apapun lagi. Secara kebetulan orang itu kenalan ayah kalian. Tapi aku tidak tahu apakah ayah kalian tahu hal itu atau tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night | Ten WayV ✔️
General Fiction"If anything happens, just remember i love you." But I could've told you, This world was never meant for one as beautiful as you Warning! - an AU - OOC - Slice of Life - angst - tragedy Start : 23/03/22 End : 15/05/23