Ragamu tak tampak, namun rasa yang kau
tawarkan begitu berdampak. Kubiarkan mengendap sekian waktu, lantas dengan lancangnya menyelinap, mendekap jiwa yang hampir lelap hanya dengan
sebait ucap; bahwa kamu, ingin menetap.-
"Arumi!"
Langkah Arumi yang sedang berjalan bersama Kiran di selasar dekat lobi otomatis berhenti kala seruan nyaring itu menyapa pendengarannya, disusul Kiran yang juga ikut menoleh pada si pemanggil. Kedua gadis yang juga baru tiba di sekolah itu tadinya sibuk mengobrol perilah bazar sekolah yang akan dilaksanakan malam nanti. Namun, sepertinya pembahasan itu harus tertunda, sebab atensi keduanya kini berpusat pada sosok pemuda beransel biru yang menghampiri dengan terburu, terlihat sebuah tas kertas ukuran sedang berada di genggamannya.
"Tio?" sapa Arumi, ketika pemuda itu tinggal beberapa langkah menuju tempatnya berdiri saat ini. "Ada apa?"
Bukannya menjawab, Tio malah mengulurkan tas kertas dalam genggamannya ke hadapan Arumi, membuat Arumi menaikkan kedua alisnya dengan maksud bertanya. "Biasa," katanya merujuk pada tas kertas tersebut.
"Tala, ya?" Kali ini Kiran yang bersuara, seolah dapat menebak maksud Tio.
Mendengar nama itu disebut, Arumi yang tadinya masih diam mendengarkan lantas mengangkat pandangan, mengarahkan obsidiannya segera pada manik Tio. "Tala? Dia udah balik? Kenapa nggak langsung masuk sekolah? Sekarang dia di mana?" tanyanya beruntun, sembari menyambut tas kertas yang masih menggantung di hadapannya itu ke dalam genggaman.
Pasalnya selepas acara hujan-hujanan mereka dua minggu yang lalu, keesokan harinya Tala tidak menjemputnya untuk berangkat bersama seperti biasa, pemuda itu juga tak terlihat di sekolah. Bahkan, Tala sama sekali tidak memberi Arumi kabar. Tak ada pesan maupun telepon singkat seperti yang biasa Tala lakukan. Tala seakan-akan menghilang dari radar Arumi selama dua minggu belakangan. Membuat Arumi sempat uring-uringan. Pikirnya, setelah malam itu hubungannya dan Tala akan lebih dekat, karena Arumi sudah berjanji untuk lebih menghargai eksistensi seorang Harsa Dewa Nabastala. Namun lagi-lagi, inginnya tidak terwujud.
Arumi bukan tidak berusaha mencari tahu di mana Tala dan ke mana pemuda itu pergi. Hanya saja, acapkali ia membuka gawai dan berniat menghubungi, rasa gengsi yang besar mendera dan berujung semua kalimat yang telah disusun sedemikian rupa dihapus begitu saja tanpa sempat sampai pada yang bersangkutan. Siklusnya terus berulang-ulang, hingga Arumi kesal pada dirinya sendiri, tetapi keengganan untuk menunjukan bahwa dirinya peduli juga tidak bisa disingkirkan dengan mudah.
Mulanya, pada seminggu awal Arumi mampu menekan rasa ingin tahunya, berpikir bahwa Tala memang sudah terbiasa punya jadwal tersendiri untuk absen dari sekolahㅡentah karena kepentingan apa Arumi tidak pernah tahuㅡsejak masih duduk di kelas sepuluh dulu. Kemudian hari-hari terus berlalu begitu saja, masih dengan Tala yang setia tanpa kabar. Menjelang sepuluh hari sejak Tala menghilang, rasa penasaran yang Arumi tekan dalam-dalam semakin mencuat. Tala tidak pernah absen selama itu sebelumnya, paling tidak pemuda itu akan absen tiga hari lamanya, itu juga tetap memberi kabar dan tidak benar-benar menghilang seperti saat ini.
Mungkin seantero SMA Bina Harapan sama bingungnya dengan Arumi, menebak-nebak tak pasti pada ketiadaan Tala di beberapa minggu terakhir. Sebab beberapa kali Arumi mencuri dengar obrolan-obrolan singkat para murid perempuan yang bergerombol di selasar, atau kelompok siswa di kantin dan bahkan ada juga yang tak segan bertanya langsung padanya, yang tentu saja hanya dibalas dengan senyum simpul atau sedikit karangan, bahwa Tala sedang ada urusan yang mengharuskannya tidak bersekolah. Pamor Tala memang tak terbantahkan, membuat Arumi kewalahan.
Jadi setelah ia berhasil menekan segala macam bentuk rasa gengsi, tepatnya kemarin, Arumi memilih mendatangi kelas Tala setelah jam istirahat berbunyi dan mencari Tio yang merupakan tetangga Tala untuk menanyakan keberadaan pemuda itu, alih-alih menghubungi Tala langsung. Untungnya saat itu, Erza yang juga sekelas dengan Tala sudah terlebih dahulu pergi, membuat Arumi bisa dengan leluasa berbincang mengenai Tala bersama Tio tanpa harus merasa canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
1432, Tala!
Teen Fiction"Semua hal, pasti akan tiba pada akhirnya." Kotak berukuran sedang dengan warna putih-abu yang sudah bertahun-tahun tidak tersentuh, membuat Arumi mengenang kembali hari-harinya sebagai siswi SMA. Juga, orang-orang yang pernah hadir di masa putih ab...