08. Di Antara Mereka

44 6 3
                                    

Seharusnya aku tahu, bahwa setiap perkataan yang terucap, merupakan pertanda akan seperti apa akhir kisah kita.

-

"Congrats, Rum! Congrats, Ran!"

Kata-kata serta ucapan selamat terus bergilir tertuju pada Arumi serta Kiran. Hari Rabu ini, seperti biasanya, setelah bel pulang berbunyi beberapa ekstrakurikuler melakukan pertemuan atau pelatihan wajib. Tidak terkecuali klub cheerleaders, yang hari ini menjadi hari pelantikan pengurus inti baru.

Dan coba tebak, mengapa Arumi dan Kiran mendapatkan kalimat-kalimat selamat? Ya, tepat, mereka berdua terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua periode baru. Arumi menempati posisi ketua, sedangkan Kiran menempati posisi Wakil. Sebenarnya, sudah jauh hari pengurus inti baru dibentuk, tetapi pelantikan baru dilakukan hari ini bersamaan dengan pembina mereka mengumumkan perlombaan yang akan diadakan tiga bulan mendatang. Tentu saja, Arumi  bisa langsung merasakan beban seolah terpikul di pundaknya.

Sejujurnya, Arumi tidak mengharapkan posisi ini, karena ia tergabung dalam klub hanya untuk mencari kesibukan lain dan menyalurkan hobi, bukan menambah beban. Namun ia pasrah saja, sekalipun ingin menolak tetap tidak bisa, ia tidak mau mengecewakan pembina serta para senior yang sudah sangat baik membimbingnya selama di klub. Lagi pula, ada Kiran yang akan membantunya. Kiran, gadis berambut sebahu yang senang bercanda dan merupakan sahabat kecilnya itu, jika sudah berurusan dengan hobi akan sangat serius, tentu tidak ada lagi alasan untuk Arumi menolak.

"Gue aja yang kunci, Rum." Kiran dengan segera menutup ruangan klub setelah anggota lain sudah melangkah keluar, menyisakan mereka berdua.

Koridor lengang, kemungkin beberapa klub yang berkegiatan hari ini masih berada di ruangan mereka masing-masing. Kedua gadis itu kini berjalan bersisian, turun menyebrangi lapangan basket outdoor.

Baru selangkah menapaki lapangan, Kiran sudah lebih dulu mengamit lengan Arumi. "Rum, Rum, nontonin Erza latihan, yuk? Duh, tiga bulan lagi katanya dia turnamen bareng sama lomba kita." Dan tanpa menunggu jawaban Arumi, Kiran sudah menggeretnya menuju tepi lapangan, mengelilingi jaring-jaring yang membatasi menuju mimbar bagian atas.

Kiran tampak antusias, sedangkan Arumi yang pasrah-pasrah saja jika ditarik mau tidak mau mengikuti. Maniknya dengan cepat menelusuri lapangan, di mana anggota tim basket sekolah sedang berlarian sembari melakukan dribble dengan gerakan cepat.

Pandangan Arumi terus menatap lurus pada satu sosok yang sekarang menggiring bola oranyeㅡcenderung kecokelatanㅡdengan gesit, jersey tanpa lengan berwarna hitam melekat apik di tubuh pemuda itu. Di tengah lapangan sana, Erza tengah bersiap-siap melakukan three point shoot, beberapa detik setelah bola ditembakan, benda bulat itu melesat dengan cepat menuju ring dan dalam hitungan detik pula sudah mendarat mulus untuk kembali diperebutkan. Arumi terdiam, Erza tidak pernah gagal membuatnya terkesima atas permainan basketnya.

Fokus Arumi buyar saat Kiran di sebelahnya sudah berteriak, bersorak menyemangati latihan Erza sebelum akhirnya merapat pada Arumi. Gadis itu berbisik pelan, "ganteng banget ya, Rum, Erza kalau main basket gini? Eh sumpah, dia keringetan gitu kenapa makin cakep aja, sih?"

"Kalau gini caranya, gue bisa makin cinta sama dia!" Kiran sudah kembali heboh saat Erza lagi-lagi menguasai bola.

Arumi tidak menanggapi Kiran, tetap fokus menatap pemuda berlesung pipit itu. Mungkin, jika saat ini bukan waktu khusus kegiatan ekstrakurikuler melainkan masih dalam waktu KBM, murid-murid perempuan lainnya sudah pasti akan berkerumun memenuhi mimbar dan berteriak heboh menatap latihan anggota tim basket seperti yang dilakukan Kiran sekarang.

1432, Tala!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang