18. Asa Yang Usai

76 2 0
                                    

Kita telah sampai pada penghujung usai. Kini, lembaran kisah telah menemui tepi. Tak akan ada lagi aku, kamu, maupun rangkaian asa baru.

-

Jika dihadapkan pada dua pilihan; melepaskan atau dilepaskan, Arumi tentu akan memilih opsi kedua. Menjadi pihak yang dilepaskan merupakan inginnya.

Jawabnya sederhana, Arumi sudah terbiasa diacuhkan, dicampakkan, dan ditinggalkan sejak segala sesuatu di hidupnya menjadi porak-poranda. Melakoni seseorang yang 'terbuang' berkat keegoisan orang tua sudah lama ia mainkan. Walau pada akhirnya, tertatih-tatih ia bangkit menguatkan hati, mengarungi petak-petak emosi tak stabil hingga nyaris depresi, membersamai waktu berlalu sampai pada titik di mana ia bisa pulih lagi, meskipun dengan lara yang tak sepenuhnya terbalut rapi. Arumi tidak akan pernah merubah pilihannya. Tidak akan mau menjadi pihak pemberi luka. Sedikit pun.

Maka ketika ia diharuskan memilih opsi pertama, mengambil peran sebagai pihak yang kejam, Arumi kacau.

Sementara berbagai macam pengandaian memenuhi benaknya; andai ia bisa dengan tegas menyangkal, andai ia dapat menolak, andai ia tak perlu memilih, andai ia sanggup mempertahankan segalanya, dan masih banyak pengandaian lain berkeliaran mengharap nyata.

Namun percuma, semacam sebuah keharusan, inginnya hanya akan menjelma luka. Keberadaan dua hati yang menggantungkan harap tak pasti, menanti diri dipilih merangkai asa bersama kembali, mengharuskan Arumi untuk memilih. Mungkin saat ini, Arumi masih belum bisa sepenuhnya menyeret diri untuk menerima nasib, tetapi ia akan mencoba. Arumi akan melangkah, meski tertatih, terseret-seret, berusaha meraih tepi pulih untuk kesekian kali, berbekal harap bahagia menanti bersama barisan luka yang berhasil terobati.

Netra kecokelatan Arumi larut pada kelam langit mendung malam itu, tak tampak sedikit pun pendar cahaya rembulan di atas sana, pun dengan hawa dingin kian menggigit. Suasana sendu lagi-lagi memeluk. Entah semesta yang terlalu paham akan ia yang sedang berantakan, sampai-sampai langit pun seolah siap menangis bersamanya, menumpahkan segala keluh-kesah, segala luka-luka baru tak kasat mata yang masih basah. Segera, sesak yang sedari tadi bergumul menjelma lapisan bening menggenangi tiap-tiap sudut matanya, mendesak keluar yang kemudian berusaha ia tahan mati-matian. Sebab, ketika jemari dingin milik Erza membungkus tangannya, Arumi tersadar dari lamunan panjang menyesakkan itu.

"Kamu kenapa?" Jemari Erza perlahan mengusap lembut punggung tangan Arumi. "Dari tadi diam aja. Nggak mau ngobrol sama aku?"

Arumi menoleh, mengarahkan penuh atensinya pada wajah penuh lebam Erza, lalu perlahan memindai tautan tangan mereka. Katakan saja Arumi plin-plan, tetapi sentuhan Erza membawa memorinya berkelana pada saat-saat kebersamaannya dengan seseorang yang beberapa waktu lalu ia lukai. Dalang yang membuat rasa bersalah kembali memupuk sesak. Walaupun pada nyatanya ini merupakan kemauan Arumi sendiri, tetapi bukan situasi ini yang ia harapkan. Arumi memang ingin berbicara empat mata bersama Erza, hanya saja bukan berakhir pertengkaran dengan Tala.

Masih teringat raut kesakitan pemuda itu, bagaimana netra kelamnya memancar lara, bagaimana ego Tala terluka berkat perkataan tajamnya. Semua masih terekam jelas di benak Arumi, mengukung beribu makian untuk diri sendiri. Sungguh, setelah segala sesuatu di antara dirinya dan Erza selesai malam ini, Arumi akan menemui Tala, membawa permohonan maaf atas apa yang sudah ia lakukan, kembali berikrar bahwasanya ia tetap ingin mencoba.

Lewat sebuah lengkungan senyum tipis yang susah payah ia tarik, Arumi pelan-pelan dan hati-hati menarik tangannya dari genggaman Erza. Arumi tak akan mengulang kesalahan yang sama, tak mau Erza ikut terluka akan sikap penolakannya seperti yang telah terjadi pada Tala. Sekali pun tindakan ini hanya berperan sebagai penunda, karena nantinya, pembicaraan mereka akan tetap berujung memberi lebam di hati pemuda itu. Arumi hanya sedang meminimalisir, tak ingin memperparah kesakitan yang akan ia torehkan sebentar lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

1432, Tala!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang