Nyatanya, aku masih saja bimbang.
Perasaan ku ini untuk kamu atau untuk dia?-
Berakhir.
Mereka berdua sudah berakhir. Benar-benar saling melepaskan. Benar-benar saling merelakan. Namun, bukan lega yang Arumi dapatkan, melainkan penyesalan.
Andai saja, andai semalam dia mengikuti kata hatinya bukan logika, bersikap egois dengan menahan Erza untuk tetap di sisinya, mungkin sekarang ia tidak akan terus-menerus dihantui sesak yang tak berujung seperti saat ini. Ia ingin menemui Erza, membicarakan lagi semuanya dan kalau bisa kembali meminta Erza untuk tetap bersamanya.
Ia tidak ingin Erza menyerah secepat ini. Erza tidak boleh melepaskannya begitu saja.
Semalam, setelah pembicaraan tentang hubungannya dan Erza yang menemukan titik akhir, Erza memilih langsung mengantarkannya pulang. Mereka juga tidak banyak bicara lagi setelah itu. Arumi juga menyempatkan untuk mengobati lebam pada wajah Erza.
Awalnya, memang Arumi merasa setidaknya Erza mau menerima keputusannya walau nyatanya ia pun terluka. Namun, saat setelah ia selesai mengobati Erza dan pemuda itu pamit pulang, ia tiba-tiba saja merasa kekosongan melingkupi hatinya. Ada rasa tidak rela, sesak dan sesal menjadi satu.
Maka dari itu, Arumi sampai tidak bisa tidur semalaman hanya karena memikirkan cara baru untuk keduanya. Ia rasa, ia harus merubah keputusan awalnya, mencari cara lain untuk ia dan Erza. Untuk sekarang, Arumi tidak mau memikirkan hati orang lain dan ingin mementingkan perasaannya terlebih dahulu, sebelum Erza benar-benar meninggalkannya. Dan saat istirahat nanti, Arumi sudah berpikir untuk segera menemui Erza.
Suara decitan ban yang beradu dengan aspal jalanan, membuat pikiran Arumi yang sibuk berkelana kembali. Ia menatap gerbang hitam dengan gapura bertuliskan 'SMA BINA HARAPAN' di hadapannya yang sudah tampak ramai.
"Makasih, Bang." Arumi menyodorkan dua lembaran uang dengan pecahan berbeda pada ojol pesanannya, tanpa menunggu respons si abang ojol, ia buru-buru turun dan melangkah menuju gerbang sekolah.
Seperti perkataan Tala, pemuda itu benar-benar tidak menjemputnya hari ini. Arumi juga tidak mempermasalahkan hal tersebut, dan berpikir bagus juga jika Tala tidak menjemputnya untuk berangkat bersama seperti seminggu belakangan. Ia ingin pelan-pelan menjauhi Tala dan memperbaiki hubungannya dengan Erza, sedangkan urusan Kiran dia pikirkan nanti saja. Sudah ia katakan bukan? Ia ingin mengubah keputusan awalnya dan akan kembali pada keadaan semula.
Langkah Arumi memelan saat tiba di area parkir motor, wajahnya tanpa sadar mengeruh. Di sana, tidak jauh dari tempatnya berdiri, tampak Erza—yang di wajahnya masih terdapat memar hingga menarik perhatian murid sekitar—baru saja datang bersama Kiran. Sepertinya, Erza tidak main-main dengan ucapannya semalam. Arumi diam-diam mengepalkan tangan di kedua sisi tubuhnya, seraya menggit bibirnya dalam, mencoba untuk menahan gejolak tidak mengenakan pada hatinya.
Ia memilih mengambil langkah lebar, berpura-pura tidak melihat keberadaan dua orang itu. Arumi melangkah sembari menunduk, menyembunyikan sebagian wajah dengan rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai. Ia berharap Kiran ataupun Erza tidak melihatnya.
"RUM! ARUMI!"
Arumi mendesis dalam hati, sepertinya usahanya untuk bergegas menjauh sia-sia.
![](https://img.wattpad.com/cover/182778100-288-k748549.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
1432, Tala!
Novela Juvenil"Semua hal, pasti akan tiba pada akhirnya." Kotak berukuran sedang dengan warna putih-abu yang sudah bertahun-tahun tidak tersentuh, membuat Arumi mengenang kembali hari-harinya sebagai siswi SMA. Juga, orang-orang yang pernah hadir di masa putih ab...