15. Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan

66 3 2
                                    

Disarankan buat play media on mulmed, ya. Anggap aja itu suara Tala kalau lagi nyanyi wkwkwk.

-

Senyummu membuatku jatuh, suaramu membuatku candu, membawaku dalam dimensi waktu, di mana hanya hadirmu yang membuatku utuh.

-

Pada sore menjelang malam di hari sabtu itu, lapangan utama SMA Bina Harapan yang luas telah disulap sedemikian rupa sebagai penunjang puncak acara. Kerlap-kerlip lampu memancar dan menyorot dari panggung utama, riuh suara bersahutan terdengar dari segala penjuru, berpadu bersama lagu-lagu upbeat dari pengeras suara yang dimainkan secara acak, juga keberadaan tenda-tenda tempat stand-stand bazar berdiri berderetan di berbagai sisi lapangan.

Namun dari semua hiruk-pikuk yang terjadi, Arumi memilih menarik diri dari Kiran yang tak bisa diam karena tidak berhenti menyeretnya ke sana kemari, meloncat dari satu stand ke stand yang lain, dan hanya akan menepi sebentar untuk cekakak-cekikik jika bertemu dengan salah seorang teman. Arumi lelah, tungkainya minta diistirahatkan setelah berputar-putar selama kurang-lebih setengah jam lamanya. Maka sekarang, setelah berhasil mengelabui Kiran, Arumi harus berusaha menyelipkan diri dari lalu-lalang pengunjung yang semakin lama semakin memadat, dan stand bazar kelas pun menjadi tujuannya. Mengingat ketika membuka gawainya beberapa menit yang lalu, teman-temannya yang kebagian menjaga stand pertama kali sudah ribut mengingatkan soal pergantian shift jaga, di mana Arumi menjadi salah satu anggota untuk kloter kedua. 

Maka setelah melawati satu menit yang serasa seperti seabad, Arumi dapat berbaur bersama beberapa teman-teman perempuan yang sudah berganti shift jaga dan sibuk menjajakan aneka pernak-pernik perhiasan handmade yang tampaknya sudah terjual beberapa, dibantu oleh teriakan beberapa teman laki-laki yang ketika Arumi pertanyakan untuk apa, jawabnya; biar narik perhatian konsumen, Rum.

Dan Arumi hanya dapat menggeleng sebagai respons tak habis pikir dengan kelakuan mereka. Sambil bergumam kata, "Emang ada aja kelakuan lo semua." Yang kemudian disambut gelak tawa geli dari teman-teman perempuan.

Sebenarnya, acara ini merupakan puncak dari Pameran Seni yang sudah berakhir pada sore hari tadi. Dan setahu Arumi, Pameran Seni ini memang diadakan rutin oleh sekolah setahun sekali, biasanya satu bulan menjelang UAS di akhir semester satu. Bertujuan memfasilitasi klub-klub seni, seperti klub melukis ataupun fotografi untuk memperkenalkan karya mereka, juga merangkap sebagai ajang lomba dengan mengundang klub seni dari berbagai sekolah di Ibu Kota. Dan bazar sendiri merupakan penghujung dari acara Pameran Seni, di mana masing-masing kelas dari semua tingkatan diwajibkan untuk menjajakan apa saja, entah itu kerajinan tangan maupun kuliner. Hal wajib yang harus dilaksanakan dan melibatkan semua murid sebagai penunjang nilai mata pelajaran PKWU.

Di panggung utama sana, tampak dua orang MC mulai membuka kegiatan. Musik-musik upbeat telah dimatikan, berganti dengan interaksi MC yang selalu diselingi banyolan-banyolan ringan yang membuat pengunjung tergelitik. Arumi dari tempatnya melayani beberapa pelanggan yang mampir, ikut menarik senyum tipisnya. Menikmati alunan musik yang kembali terdengar setelah MC mempersilakan salah satu band dari sekolah tetangga untuk tampil sebagai pembuka.

"Wah, rame, ya! Ini acara kayaknya lebih sukses dari tahun kemarin," celetuk Nasya berdecak kagum, tatapannya tak lepas dari kerumunan orang-orang yang mulai memadati tengah lapangan, tepatnya di depan panggung. Teman sebangku Arumi itu memang menjadi salah satu anggota kloter kedua juga, sama sepertinya.

Arumi yang duduk di sebelahnya mengganguk setuju, ikut mengamati pengunjung yang terus berdatangan. "Kayaknya OSIS ngundang lebih banyak sekolah dibanding tahun kemarin, bukan cuma sekolah tetangga aja," tuturnya menanggapi.

1432, Tala!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang