Semua akan jauh lebih baik-baik saja,
ketika kamu mulai memahami, bahwa memang beginilah cara semesta bekerja.-
Arumi sedikit tersentak saat merasakan titik-titik air menyentuh punggung tangannya, sedikit demi sedikit juga mulai membasahi hoodie dan rok sekolahnya yang sedari pagi tadi belum diganti. Refleks membuatnya mendongak, menaikkan kaca helm hingga netranya memerangkap langit malam yang mendung. Ia tidak bertahan lama di posisi itu, hanya beberapa detik, karena air hujan mulai membasahi wajahnya dan membuatnya mengerjap beberapa kali.
Gerimis.
Arumi sadar, akhir-akhir ini cuaca memang sedang tidak menentu. Seperti saat ini, pagi hingga menjelang sore tadi rasa-rasanya cuaca sedang cerah, tetapi sekarang hujan sudah mengguyur setiap sudut ibu kota. Ya, sebenarnya Arumi sudah bisa menebak akan turun hujan, ketika ia sempat memerhatikan suasana langit malam yang kelabu saat masih di minimarket beberapa jam lalu.
Gadis itu mendesah pelan, bertepatan dengan motor yang dikendarai Tala menepi di depan halte yang tampak sepi.
Pemuda di hadapan Arumi itu sedikit menengok ke belakang. "Rum, neduh dulu, ya? Ini hujannya makin deras," ujarnya sambil membuka helm.
Arumi terdiam sejenak, ia berulang kali menatap aliran hujan yang semakin lebatㅡseperti perkataan Talaㅡdan halte bus secara bergantian selama beberapa saat. Ia menimbang-nimbang. Pikiran Arumi sedang kalut seharian ini, dan duduk diam sambil menunggu hujan reda yang-entah-kapan hanya akan membuat pikirannya semakin kacau. Arumi ingin melepas semua pikiran kacaunya itu malam ini juga, ia ingin sedikit saja melepas bebannya. Dan hujan yang semakin deras itu membuatnya tertarik.
Rasanya sudah lama sekali Arumi tidak hujan-hujanan, mungkin terakhir saat ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar? Arumi tidak ingat, tapi yang pasti, dulu rasanya ia sangat bahagia berlarian ke sana ke mari di bawah guyuran hujan. Jadi mungkin, jika sekarang Arumi hujan-hujanan lagi, apakah semua beban yang tengah ia pikirkan akan ikut meluruh bersama aliran air itu? Apakah setelah ini pikirannya akan terasa lebih ringan? Sepertinya begitu.
Maka berbekal harapan itu, Arumi mencengkeram ujung jaket Tala yang sedari tadi dijadikannya pegangan dengan semakin erat, menahan tubuh Tala yang baru saja hendak turun dari motor. Membuat Tala langsung menoleh dengan alis bertaut heran.
"Tala," panggilnya pelan, seraya membuka kaca helm yang sedari tadi senantiasa menutup wajahnya.
Tala semakin mengernyit. "Kenapa?"
"Bisa kita lanjut aja? Gue ... kayaknya pengen hujan-hujanan aja sekarang."
Setelah pintanya terucap, Arumi dapat merasakan tatapan intens yang Tala berikan padanya saat ini sebagai tanda tidak setuju. Pemuda itu hendak berucap, kala Arumi dengan segera sengaja mendahuluinya.
"Boleh, ya? Daya tahan tubuh gue bagus, kok. Jadi, walaupun kita hujan-hujanan nggak bakal sakit." Arumi berkata lirih dengan sedikit memelas, berharap Tala menyetujui keinginannya.
Tala menghela napas, tampak sekali enggan mengiakan usul Arumi. "Jangan aneh-aneh, Jingga. Kaki lo aja belum sembuh, jangan nyari penyakit lagi," tolaknya tegas. Ia lalu mengalihkan atensinya pada aliran air yang semakin deras, "lagian hujannya deras banget sekarang, bahaya kalau nerobos, jalanan licin." Tala mengembalikan tatapnya pada Arumi.
"Sekali ini aja, boleh ya?" Arumi tetap berusaha membujuk, kali ini dibarengi dengan goyangan kecil pada lengan Tala.
"Nggak. Ayo turun, kita neduh."
"Tala ...."
Arumi dapat melihat sudut bibir Tala yang berkedut, pemuda itu terlihat mati-matian menahan senyuman. Arumi tahu, Tala akan mudah ditaklukkan jika ia sudah memanggil namanya dengan nada memohon seperti ini, dan dalam hitungan detik pintanya akan segera mendapat persetujuanㅡ

KAMU SEDANG MEMBACA
1432, Tala!
Fiksi Remaja"Semua hal, pasti akan tiba pada akhirnya." Kotak berukuran sedang dengan warna putih-abu yang sudah bertahun-tahun tidak tersentuh, membuat Arumi mengenang kembali hari-harinya sebagai siswi SMA. Juga, orang-orang yang pernah hadir di masa putih ab...