11. I will be there for you

8 5 0
                                    

Sawat dee kha ^_^
Apa kabar kalian?
Terima kasih ya sudah mampir di ceritaku ^^
Selamat membaca dan semoga kalian suka \^^/

Sawat dee kha ^_^Apa kabar kalian?Terima kasih ya sudah mampir di ceritaku ^^Selamat membaca dan semoga kalian suka \^^/

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terik matahari semakin menyengat di atas langit biru. Memberikan kesan bahagia pada setiap orang. Seorang gadis tengah bermain ayunan. Menikmati hari-hari yang penuh ceria. Gadis itu bersenandung ria sambil mengayun-ayunkan kakinya.

Beberapa anak laki-laki menghampiri gadis itu lalu mendorongnya dari ayunan hingga terjatuh. Kemudian mereka tertawa dengan keras. Seakan itu adalah hiburan bagi mereka.

Gadis itu menangis memegangi lututnya yang sedikit tergores.

"Kok kalian jahat sih sama aku. Aku kan gak jahat sama kalian," ucap gadis itu.

"Karena kamu gak punya orang tua," ejek salah seorang anak laki-laki.

"Iya, kita punya ayah sama ibu. Kamu nggak." Anak lain menimpali.

"Katanya, orang tua kamu aneh. Mereka jelmaan hantu. Hahaha."

"Nggak ! Orang tua aku bukan hantu, mereka manusia." Gadis itu menangis semakin keras. Sedangkan sekumpulan anak laki-laki itu tertawa saling bersahutan. Gadis itu terduduk memeluk kedua kakinya. Merengkuh dalam tangisan. Tak berdaya.

Sedetik kemudian seorang anak laki-laki dengan tubuh yang tinggi dibanding anak seumurannya berlari mendekati gadis itu.

"Heh ! Kalian bikin adikku nangis ya?" ucap anak laki-laki itu nanar. Dia mendorong ketiga anak laki-laki di depannya hingga terjatuh. Lalu berlari sambil menangis.

"Kamu gak apa-apa kan, Yumi?" Gadis yang kini tengah terduduk sambil menangis sesenggukan, tak menjawab pertanyaan dari anak laki-laki yang ternyata adalah kakaknya.

Menilik ke lutut sang adik. Darah mengucur hingga betis. Sang kakak mendengus kesal. Seharusnya dia menghajar ketiga anak laki-laki tadi. Anak laki-laki itu memapah sang adik ke teras rumah. Dia membersihkan darah yang ada di lutut sang adik, menempelkan plester untuk menutupi lukanya.

Sang kakak menatap adiknya heran. Kenapa gadis itu tak henti-hentinya menangis. Pasti lukanya masih terasa perih.

"Yumi, masih sakit ya lututnya?" tanya sang kakak lembut. Gadis itu hanya menggeleng.

Tak puas dengan respon sang adik, anak laki-laki itu terus bertanya apakah ada luka lain yang dirasa sakit. Namun jawaban sang adik di luar dugaan anak laki-laki itu.

"Nggak ada kok, Kak. Aku cuma sedih, kenapa anak-anak lain benci sama aku? Kata mereka aku gak punya orang tua. Mereka juga bilang bunda sama ayah bukan manusia."

Anak laki-laki itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia membuang napasnya kasar. Beberapa detik kemudian ia memposisikan tubuhnya berhadapan dengan sang adik, kedua tangannya memegangi kedua lengan sang adik erat.

REYUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang