32. Akhir dari segalanya

5 4 2
                                    

Gemuruh terdengar memekik di tengah malam tanpa bintang bahkan sinar rembulan kini tertutup awan hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemuruh terdengar memekik di tengah malam tanpa bintang bahkan sinar rembulan kini tertutup awan hitam. Membuat malam ini semakin gelap. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Semua orang yang tengah terduduk mulai merasa tak nyaman dengan situasi saat ini. Apalagi setelah dua manusia licik di atas panggung menceritakan insiden satu tahun lalu yang mengakibatkan dua peserta meninggal.

Mereka benar-benar terkejut dengan kenyataan itu. Bahkan Rion yang sedari tadi hanya diam mulai berusaha untuk melepaskan ikatan di tangannya.

Ben yang menjadi korban dari rencana busuk Kelana tampak sangat murka. Rahangnya mengeras dan matanya menunjukkan amarah yang siap meluap kapan saja.

Siapa yang tidak marah bila ada yang mencelakai kekasihnya. Jika tangan Ben tidak diikat, dia sudah menghentikan waktu dan memanfaatkannya dengan melayangkan pukulan maut pada dua orang sialan itu.

"Apa sebenarnya tujuan lo ngelakuin itu semua?" tanyanya.

"Awalnya, gue cuma ingin memisahkan lo sama Nanditya. Tapi gue ngerasa kurang puas. Jadi gue tambahin lagi penderitaan lo dengan membuat skenario seakan-akan lo adalah dalang dari kematian Nanditya," jelas Kelana.

"Jadi selama ini dugaan gue bener, lo emang ada kaitannya sama kematian Nanditya." Ben tersenyum getir. "Awalnya gue sempat ragu kenapa di detik kematiannya, Tya menyebut nama lo tapi tangannya menunjuk ke gue. Gue pikir mungkin dia ingin memberi clue. Jadi, gue putuskan untuk menyelidiki lo berdua dengan dalih mengajak bekerjasama."

"Oh, jadi itu alasan lo ngajak kita nyari buku rahasia IPA 3 dan merundung Ayumi secara diam-diam, supaya gue gak macem macem sama dia begitu?"

Kelana tersenyum sinis.

"Pantesan aja lo sempet tarik ulur pas gue ngejebak dia masuk hutan. Sampe lo bela-belain menghentikan waktu dan membawa dia keluar dari sana. Lo kira kita gak tahu apa?"

"Iya, lo bener. Gue gak mau adek gue berada dalam bahaya. Makanya gue berusaha bikin dia gak betah di asrama supaya dia pergi dari tempat ini," jelas Ben.

Ayu membulatkan matanya. Jadi selama ini dia salah paham pada Kakaknya. Ben hanya berpura-pura merundungnya untuk melindunginya.

Ayu merasa lega. Itu tandanya Kakak kesayangannya itu tidak berubah.

"Well, udah selesai ya nostalgianya. Mendingan sekarang lo semua fokus sama anak itu. Bentar lagi dia mau sekarat," celetuk Bara. Tangannya menunjuk seorang gadis yang terduduk di bawah pohon.

Semua mata mengikuti telunjuk Bara. Benar saja, gadis itu tampak hampir sekarat. Wajahnya pucat, bibirnya membiru dan napasnya terengah-engah. Satu tangannya memegang ramuan ajaib dan satunya lagi memegang dadanya erat.

Kelana berjalan ke arah Bintang. Namun, saat langkahnya hampir sampai, tiba-tiba saja bola api kecil menghantamnya dari belakang.

Buk

REYUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang