29. Terungkap

6 5 0
                                    

Rion mengacak rambutnya frustrasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rion mengacak rambutnya frustrasi. Setelah percakapannya kemarin bersama Ayu, gadis itu tidak pernah membalas chat-nya lagi. Bahkan ketika mereka berpapasan di koridor sekolah, Ayu memalingkan wajahnya dan bersikap tak acuh. Gadis itu benar-benar sangat marah padanya.

Namun, Rion tetap berpegang teguh pada keyakinannya. Dia yakin bahwa Benjiro telah membunuh kakaknya satu tahun lalu.

Rion menatap ke arah bawah, menyisir setiap penjuru sekolah. Dari atap semuanya terlihat jelas. Hingga tanpa sengaja, netranya berhenti di satu titik yang membuat dadanya terasa sesak. Tempat dimana ia kehilangan orang yang paling ia sayang.

"Ri."

Tiba-tiba tepukan pelan di pundaknya mengalihkan atensinya seketika. Rion membalikkan badannya, sedetik kemudian senyumnya mengembang.

"Ayu."

"Aku mau minta maaf sama kamu, Ri. Kemarin aku udah kelewatan," ucap Ayu.

"It's okay. Kamu gak salah kok, Yu."

Ayu tersenyum semringah, ia mengaitkan tangannya di lengan Rion. Cowok itu tersentak seketika. Kepalanya menoleh cepat. Kerutan terlihat jelas di keningnya.

"Tadi kamu lagi lihat apa?" tanya Ayu mengalihkan topik.

Rion menoleh ke arah gerbang sekolah. Bibirnya tak menjawab, namun matanya mengatakan segalanya.

"Ah! Kamu lagi kangen sama kakak kamu, ya?"

"Iya." jawab Rion singkat.

"Aku gak nyangka sih, kak Ben bisa ngelakuin itu sama pacarnya sendiri," ucap Ayu sambil menatap gerbang sekolah sangat lekat.

Lagi-lagi Rion dibuat bingung oleh perilaku Ayu hari ini. Ada apa sebenarnya dengan gadisnya ini?

"Oh ya, minggu depan kan turnamen asrama IPA 3. Kamu ikut kan?"

"Tentu saja. Aku harus segera mendapatkan ramuan ajaib itu," ucap Rion, tangannya terkepal kuat-kuat.

"Kalau kamu mendapatkan ramuan itu, permohonan apa yang ingin kamu ajukan?" tanya Ayu penasaran.

Rion terdiam sesaat, matanya menatap kosong ke arah depan.

"Aku ... ingin bertemu dengan kak Nanditya," lirihnya pelan.

Ayu mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Kemudian menyenderkan kepalanya di bahu Rion.

"Kalau aku dapat ramuan itu, aku ingin menguasai semua pemilik kekuatan. Aku ingin mereka tunduk kepadaku dan menuruti semua perintahku," sergah Ayu.

Rion melepaskan tangan Ayu yang melingkar di lengannya, segera menjauhkan dirinya dari Ayu.

"Siapa lo sebenarnya?"

Gadis yang ada di hadapannya ini menyeringai.

"Ah! Sial! Gue ketahuan," ucap gadis itu, suaranya berubah lebih berat dari sebelumnya.

REYUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang