Pengakuan

726 65 6
                                    







"Aku tak enak sebenarnya harus semobil bersama anda lagi Presdir,"

"Aku lelah dengan rasa sikap tidak enakmu tahu. Kenapa memangnya harus semobil? Mobil ku akan rusak kalau kau menaikinya?"

"Kalau benar rusak, aku tak mau lagi naik mobil anda,"

"Terus tak enaknya itu karena apa?"

"Yaa.. tak enak saja di antar pulang. "
Seokjin itu bukan seseorang yang sering mendapat kebaikan secara beruntun. Ia lebih terbiasa di abaikan .

"Kau ini lucu sekali. Aku malah senang bisa mengantar mu pulang. Biasanya kau pulang naik kendaraan umum?"

"Iya. "

"Lagipula.. kau hari ini pulang selarut ini kan itu juga karena ku," Tentu saja gara-gara membantunya menuntaskan hasrat seksnya .

"Ehmm,, ya.. sudahlah.. tak apa-apa" Seokjin tidak tahu harus menanggapinya seperti apa. Semua sudah terjadi meski agak sedikit memalukan kalau di ingat lagi. Harus Seokjin akui, kemampuan Namjoon dalam melawan hasratnya sangat bagus sekali.

"Kenapa akhirnya kau mau membantu ku melakukannya?"

"Tak tahu. Saya rasa semua hal tak perlu di jabarkan alasannya,"

"Baiklah.. " Namjoon tersenyum sendiri melihat ekspresi Seokjin.

Tak butuh waktu lama akhirnya Seokjin sampai di taman dekat gang masuk rumah susunnya.

"Terimakasih sudah mau repot mengantarkanku,"

"Aku tak merasa repot," Namjoon dengan cepat menyangkal karena memang ia tak merasa di repotkan. Sebelum Seokjin berjalan menuju rumah susunnya, bahkan bibir mereka kembali bertemu dalam sebuah ciuman seakan ciuman yang beberapa jam lalu mereka lakukan terasa kurang.

Selebihnya Seokjin berjalan seorang diri melintasi gang rumah susunnya dan ia harus di pertemukan dengan Seunghyun, salah satu pria di lingkungannya yang hobi mabuk-masukkan juga berjudi. Ia menggandeng mesra Saera, putri pemilik rumah susunnya.

"Hei Seokjin, kau sudah selangkah lebih maju ya sekarang,"

"Apa maksudmu?"

"Kau pikir kita tak melihat apa yang kau lakukan tadi bersama pria yang membawa mobil itu?" Saera membuka percakapan.
"Sepertinya dia pria kaya raya? Apa sekarang kau juga menjual dirimu pada pria kaya? Mobilnya boleh juga,"

"Kenapa? Kau tak terima melihat ku bersama pria kaya? Mintalah Seunghyun juga membelikannya untuk mu," Seokjin menyerang balik.

Saera menatap sengit pada Seokjin.

"Sudahlah sayang, jangan dengar perkataan pria tak tahu diri sepertinya" Seunghyun berujar.

Ke dua pasangan ini memang kadang-kadang suka menyenggol Seokjin tapi Seokjin tak pernah ambil pusing. Semuanya berawal dari Saera. Seokjin pernah menitipkan uang untuk bayar sewa rumahnya pada Saera agar Saera serahkan pada ibunya tapi tak lama kemudian ibu Saera mendatangi Seokjin dan menagih uang sewa. Rupanya uang yang Seokjin titipkan tak pernah Saera berikan pada ibunya. Kemungkinan uang itu Saera berikan pada
Seunghyun untuk berjudi. Seokjin yang tak terima otomatis mencari Saera dan menagih uangnya kembali tapi wanita itu malah menangis dan berpura seolah olah Seokjin memfitnahnya . Meskipun sangat kesal tapi Seokjin akhirnya merelakan uang tersebut dan semenjak itu juga Saera sering menyenggolnya jika mereka bertemu secara tak sengaja.

Aku yang tak di inginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang