Namjoon bahkan keluar dari mobilnya hanya untuk melihat Seokjin yang berjalan memasuki gang perumahannya. Memastikan Seokjin pulang dengan aman.
Sebenarnya ia berniat mencium bibir Seokjin tadi di dalam mobilnya namun niatnya ia urungkan dan justru hanya mencium pipi Seokjin. Seokjin tampak tak marah atau melawan ia hanya sedikit terkejut mungkin dari ekspresinya.
"Aku serius...aku ingin lebih dekat denganmu," ucapnya sembari membelai pipi Seokjin.
"Sudahlah.. aku merinding mendengarnya" justru itu jawaban yang Seokjin berikan . Jawaban yang membuat Namjoon agak speechless.
"Sialan... jantung ku," ya Jantung Namjoon berdegup tak karuan saat ingin mencium Seokjin walau akhirnya tak jadi mencium bibir omeganya.
"Tak bisa ku bayangkan jika dia berada di bawahku. Brengsek, pikiran mu memang benar-benar kotor Joon" umpat Namjoon pada dirinya sendiri. Ya sepertinya pikiran kotornya muncul karena sudah cukup lama ia tak melampiaskan hasratnya. Namjoon terlalu sibuk memikirkan pekerjaannya di tambah statusnya yang single sekarang. Namjoon bahkan heran kenapa sekarang ia malah lebih sibuk mendekatkan diri dengan Soekjin . Bukankah tadinya ia berencana hendak mencari seorang teman kencan.
Sesampainya di rumah susunnya, Seokjin juga tak bisa tidur memikirkan kejadian tadi. Bukannya ia tak gugup juga saat Namjoon hampir saja mencium bibirnya. Seumur hidupnya, Seokjin tak pernah terlibat hubungan yang begitu intim dengan seseorang. Terlahir sebagai omega pria, tidak ada satupun dari kaumnya yang ia temui berniat menjalin hubungan dengannya. Mungkin kalau ia kaya raya, lain cerita. Faktor wajahnya yang menurutnya tak menarik juga menjadi penentu. Zaman sekarang , penampilan dan wajah adalah yang di nilai pertama.
Hanya memikirkannya saja membuat Seokjin merasa lelah. Kemudian ia melihat chokker yang terpasang di lehernya. Ia sering melihat design chokker dan chokker pilihan Namjoon adalah salah satu design yang sangat di sukainya. Tapi Seokjin tapi bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. Meski Namjoon berkata bahwa ia memberinya secara cuma- cuma. Haruskah Seokjin menyerahkan dirinya di bawah Namjoon? Ia merasa cepat atau lambat, alphanya akan menagih hal itu darinya, sebuah penyatuan.
Tak berapa lama , handphone Seokjin berbunyi. Rupanya dari sebuah nomor yang tak ia kenal. Saat ia membukanya isi pesan tersebut adalah
'Im home.'
Di susul sebuah pesan lagi.
'Ini nomor ku. KNJ.'
'Menyenangkan bersama mu hari ini. Good Nite,'
Seokjin menggigit bibirnya saat membaca pesan dari nomor tersebut yang merupakan nomor Namjoon. Ini pertama kalinya Namjoon mengiriminya pesan sejak ia memberikan nomor handphone nya pada Namjoon.
' Iya selamat malam'
Send'
Hanya itu balasan dari Seokjin. Dan tidak ada lagi pesan masuk ke handphonenya.
Dan tak terasa sudah hampir satu bulan Namjoon menjabat di perusahaan barunya. Ia masih terus berupaya untuk membuktikan diri bahwa ia bisa memajukan perusahaan tersebut. Selama satu bulan, para karyawan terus menyesuaikan diri dengan kebijakan baru yang Namjoon buat.
Terkadang ia lembur seperti malam ini mengedit sejumlah klausul kontrak di laptopnya. Tapi ada hal lain yang juga ingin ia lakukan. Apa lagi kalau bukan mengundang Seokjin ke ruangan kerjanya. Omeganya itu datang dengan membawa makanan yang Namjoon suruh untuk ia belikan yaitu bulgogi .
"Akhirnya bulgogi ku datang. "
Ekspresi Seokjin nampak datar . Dia hanya merasa lelah seharian bekerja dan saat ingin pulang, di suruh oleh Namjoon untuk membelikan bulgogi melalui telepon.