One Step Closer ?

651 75 18
                                    











Hingga ketika pagi menjelang, Namjoon masih nyaman memeluk Seokjin sebagai gulingnya.

"Ayo bangun..." desak Seokjin. Tak ia pungkiri semalam tidurnya sangat nyenyak. Ia bahkan tak keberatan sama sekali ketika Namjoon terus memeluknya sepanjang malam.

"Sebentar lagi Jin..." ujar Namjoon.

"Ini sudah setengah tujuh , presdir..."

" Ya memangnya mau kemana? Kau masih izin hari ini.."

"Tapi kita pulang kan sekarang? Aku tak ingin berada di sini,"

" Ya hari ini kita pulang.."

Namjoon pun  membuka matanya dengan terpaksa . Seokjin bisa melihat muka bantal Namjoon dengan rambutnya yang mencuat ke mana mana .

"Tidurmu nyenyak tidak semalam?" Tanya Namjoon.

"Lumayan.." jawab Seokjin sembari merenggangkan tubuhnya.

Ibu nya mengirimi Namjoon pesan bahwa akan ada supir yang menjemputnya untuk pulang.
Seokjin sendiri tanpa berlama-lama  tampak sibuk membereskan pakaian Namjoon, juga merapikan meja makan. Jujur saja pinggangnya terasa sakit karena ulah Namjoon semalam.

"Kita makan di luar saja, bagaimana?"

"Terserah anda. Yang penting pulang. Mau saya atau anda duluan yang mandi?"

"Bersama saja. Lebih baik dan menghemat waktu kan?" Seokjin memasang wajah datarnya sedangkan Namjoon hanya terkekeh setelahnya.

Tak berapa lama Yoonjung datang ke dalam ruang rawat tersebut.

"Apa kau sudah melakukannya?" Tanyanya sambil menggerakkan jarinya membentuk tanda kutip.

"Menurut paman?"

"Menilik kondisi mu yang sesegar ini tentunya sudah. "

"Dan tentang obat yang paman beri itu.."

"Oh pil itu? Itu memang untuk mencegah kehamilan. Siapa tahu baik kau atau omega mu belum siap dengan hadirnya seorang anakkan?"

"Iya.. aku sudah memberinya kemarin.

Seokjin tak mendengar pembicaraan mereka sebab ia sedang mandi.

"Sampai berjumpa di mansion mu .  Bibik mu sudah  berada di sana  . Dan paman akan secepatnya menyelesaikan sampel dari feromon milik omegamu,"

"Terimakasih paman untuk bantuanmu,"

Sebuah Alphard berwarna hitam  yang menjemput Namjoon sudah standby di depan lobi klinik tersebut.  Dengan sigap pula supir yang menjemput menaruh perlengkapan Namjoon di bagasi di lanjutkan Seokjin duduk di sebelah Namjoon di kursi belakang.

"Kenapa Jin?" Tanya Namjoon yang melihat Seokjin seperti sedang berpikir.

"Anda tidak membayar biaya perawatan kan tadi?" Rupanya itu yang ia pikirkan.

"Ya bayar lah." Balas Namjoon.

"Tapi di urus oleh paman ku,"lanjutnya.

"Oh.." balas Seokjin."sepertinya enak ya tidak harus pusing-pusing memikirkan biaya Rumah Sakit."

"Ngomong apa sih?" Tanya Namjoon. 
"Lebih enak sehat terus biar tidak berurusan dengan Rumah Sakit."

Setelahnya Seokjin memilih diam dan melihat pemandangan di sepanjang jalan melalui kaca jendela mobil.
Seokjin tengah memikirkan ia yang sudah dua hari ini tidak bekerja dan alasannya tidak bekerja   karena ia bercinta dengan pemilik  tempatnya bekerja. Entah kegilaan apa lagi yang akan terjadi setelah ini. Kalau dia mengingat percintaannya kemarin dengan Namjoon, ia mengingat bagaimana pria itu memperlakukannya dengan lembut dan menatapnya seolah dalam pancaran mata itu penuh dengan cinta. Seokjin merasakan kehangatan saat mereka saling mendekap. Setahunya ketika Alpha sedang rut, mereka akan terus bercinta dengan omeganya hingga benar-benar merasa kan kepuasan namun tidak dengan Namjoon. Melihat Seokjin lelah, ia tak memaksakan kehendaknya lagi.

Aku yang tak di inginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang