Pengertian

646 71 7
                                    




















Mengulang pertemuan mereka yang ke sekian kalinya. Tidak ada acara special  , hanya sebuah pertemuan biasa di mana kebetulan Seokjin ingin belanja bulanan jadi ia menyuruh Namjoon langsung menemuinya di salah satu Supermarket  terbesar di Seoul.  Seokjin sudah menunggunya di salah satu bangku di food court yang ada di Supermarket tersebut.

Saat Namjoon melangkah untuk mendekatinya, ia bahkan bisa merasakan debaran di dadanya karena menatap Seokjin padahal Seokjin berpenampilan biasa saja. Ia hanya mengenakan kaos bergambar minion di padukan cardigan biru dan celana jeans yang kerap ia gunakan . Namjoon sendiri, ia juga berpenampilan casual sama seperti Seokjin.  Tidak ada pakaian bermerek yang melekad pada tubuhnya. Mau bertemu pun hanya mandi, dan menyemprotkan parfum ke badannya ia rasa sudah cukup. Ya Namjoon bukan pemuja gaya kelas atas  meski sebenarnya ia adalah salah satu bagian dari kaum tersebut.
Sebenarnya ibunya membelikan ia macam-macam poduk perawatan wajah sayangnya Namjoon kadang terlalu malas untuk menggunakannya. Toh begini saja sudah tampan, batinnya.

"Lama menunggu tidak?" Tanya Namjoon saat ia sudah berada di hadapan Seokjin.

"Tidak kok, " balas Seokjin dengan santai.

Jam sudah menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit. Namjoon dan Seokjin pulang kerja di jam yang sama dan setelahnya mereka berganti pakaian dan kemudian bertemu di Supermarket tersebut.

"Jadi berbelanja? Ayo,, " ajak Namjoon.

"Ehmm... tunggu di sini kalau begitu. Saya berbelanja dulu,"

"Ku temani lah.."

Seokjin mengerutkan alisnya. Salah satu kebiasaan  Seokjin yang kini Namjoon sadari.

"Tunggu apa lagi? Ayo..."

"Terserah saja..." kemudian Seokjin berdiri dari bangkunya  di ikuti oleh Namjoon.

"Mau beli apa?"

"Aku hanya mau membeli peralatan mandi , itu saja. Mungkin juga bahan makanan untuk ku masak ,"
Tidak ada rencana ia akan makan malam dengan Namjoon. Seokjin tak berani mengajak Namjoon makan bersamanya sebab ia tahu selera mereka berbeda. Ia juga tak ada pikiran Namjoon akan mengajaknya makan bersama.

"Memasak? Kedengarannya menarik. Ku kira kau akan membeli makanan,"

"Ya sekali kali memasak perlu sih. "

"Kau bisa memasak?"

"Bisa dan harus bisa. Apa kata orang kalau sudah miskin tidak bisa memasak pula pengecualian untuk anda,"

"Kenapa aku?"

"Uang anda kan banyak. Tidak bisa masak ya beli saja, tidak ada yang akan berani berkomentar ,"

Namjoon tertawa mendengar sarkas Seokjin untuknya.

"Aku bisa memasak. Jangan meremehkan ku."

"Aku tidak meremehkan anda. Salah jika mau meremehkan anda."

"Kau ini... kalau begitu masakkan aku ya,"

"Memasakkan anda? Lebih baik anda pesan makanan saja."

"Ck...tidak mau. Ayolah ... mau mencoba masakan buatanmu,"

"Mau masak di mana tapi? Saya tak mengundang anda untuk memasak di tempat tinggal  saya."

"Ya sudah di apartemen ku saja,"

Seokjin terkejut dengan penawaran yang Namjoon berikan padanya.

"Apartemen ku sepi, tidak ada siapa-siapa,"

Aku yang tak di inginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang