Krieett....
Suara pintu ruang rawatnya yang terbuka otomatis membuat Seokjin menoleh. Tadinya Seokjin pikir yang datang adalah petugas kesehatan tapi dugaannya salah karena yang datang adalah Namjoon.
"Hai..." Namjoon menyapa sembari berjalan ke arah brankarnya. Tampak ia menenteng sebuah paper bag berwarna putih di tangannya.
"Presdir?" Seokjin hanya tidak bisa menutupi keterkejutannya. Selarut ini dan Namjoon datang menemuinya. Seokjin kira Namjoon tak akan seperduli itu padanya.
"Bagaimana kondisi mu sekarang?"
"Saya sudah merasa agak baik. Anda kenapa kemari?"
"Kenapa? Kau tak suka melihat ku kemari?"
"Bukan begitu... hanya saja ini kan sudah malam,"
Namjoon duduk di sebuah bangku kecil yang tersedia di ruangan tersebut.
"Tidak ada istilah jam malam untukku. Aku kan ingin melihat kondisimu,"Namjoon keceplosan sendiri.
"Ya seperti itulah...hanya ingin memastikan sih kau sudah menghubungi rekan kerja mu dan mengatakan besok kau tidak bekerja?"
"Sudah. Saya sudah menghubungi Junsu. Nanti pihak Rumah Sakit kan akan membuat surat pernyataan bahwa saya di rawat di sini."
"Lalu dokter sudah memeriksa mu lagi? Apa katanya?"
"Kondisi saya sudah baik. Sudah cek lab tadi dan di dalam perut saya tidak ada bakteri yang membahayakan. Besok kemungkinan bisa pulang."
"Pasti kau bosan ya berada di sini."
"Hmm..sangat.."
"Mau makan kue tidak? Aku membawakan mu." Lalu Namjoon membuka paper bag nya dan mengeluarkan sepotong cheese cake yang wanginya sangat menggoda.
"Ini kue nya soft banget. Aku rasa kau bisa memakannya. " Namjoon menunjukkan potongan kue mahal itu pada Seokjin. Kue yang Seokjin tidak tahu seperti apa rasanya karena sudah lama tak memakannya.
"Sebenarnya anda tak usah repot Presdir sampai membawakan saya sesuatu,"
"Kau mengerti niat baik tidak sih? Seharusnya ada yang berniat baik pada mu ya kau hargai.."
"Saya menghargai tapi di satu sisi saya juga tidak enak hati "
"Tak perlu enak hati. Ini sesuatu yang wajar Jin. Mau ku suapi tidak?"
"Saya makan sendiri saja,"
"Sudah buka saja mulut mu biar tangan mu tidak kotor." Namjoon memaksa. Akhirnya Seokjin mau membuka mulutnya dan Seokjin kemudian mengunyah kue tersebut.
Namjoon sendiri seperti merasa dejavu melakukan hal ini tapi ia tak ingat kapan pernah melakukannya." Bagaimana? Enakkan?"
"Iya Presdir ..." balas Seokjin setelah ia menelan kue tersebut.
"Bisa tidak kau memanggil ku Namjoon. Bukan presdir. Aku sedang tidak memakai jas dan dasi sekarang,"
" Terdengar aneh sebab anda atasan saya."
"Ya kalau di perusahaan. Panggil aku Namjoon."
"Pak Namjoon?"
"Namjoon. Pak itu terlalu... apa aku setua itu? Im still 28 years old. "
"Nam.. Joon..."
"Nah begitu," Namjoon tersenyum hingga dimple di pipinya terbentuk. Entah mengapa Seokjin ingin memandang lama wajah Namjoon hanya saja ia malu.