Donghyuck tidak pernah tidur nyenyak, terutama ketika ia tahu Johnny ada di dekatnya.
Kali ini Johnny pergi jauh, tapi kebiasaan tidurnya tidak berubah. Donghyuck nyaris tidak menutup matanya karena ia peka terhadap setiap suara di sekitar rumahnya. Tepat ketika Donghyuck akhirnya tertidur, ia bermimpi mendengar langkah kaki. Ia bangun dan secara naluriah melihat ke arah pintu kamar, yang terdapat kursi sebagai penanda seperti biasanya. Posisinya tidak berubah sedikit pun dan Donghyuck menjadi tenang.
Namun Donghyuck membeku ketika melihat cahaya senter mengintip dari jendelanya. Awalnya, ia mengira itu adalah lampu jalan, tetapi kemudian menyadari bahwa jendelanya menghadap ke halaman belakang, bukan ke jalan. Selain itu, cahayanya bergerak ke dalam ruangan.
Donghyuck diam-diam menyelinap dari tempat tidurnya dan berjongkok di lantai. Ia kemudian merangkak ke jendela dan perlahan mengintip di atas ambang jendela. Tidak butuh waktu lama baginya untuk melihat siluet hitam, bersembunyi di balik bayangan sambil melihat sekeliling halaman belakang. Bocah itu mencoba melihat wajah orang itu tetapi hanya melihat masker hitam di wajahnya.
Donghyuck akhirnya tahu bahwa orang berbaju hitam itu bukan penduduk setempat. Tidak ada yang berani merampok rumah Taeyong karena mereka tidak ingin menghadapi Johnny setelah itu. Tetapi jika seseorang berani mengendap-endap, berpakaian hitam dan bahkan memakai masker, Donghyuck tahu bahwa orang itu kemungkinan besar tahu apa yang mereka lakukan.
"Kau pintar, menyerang ketika kau tahu Johnny tidak ada di sini," bisik Donghyuck dan berjalan menjauh dari jendela. "Apa yang tidak kau ketahui adalah kami tidak sendirian."
Donghyuck menendang kursi dari pintunya dan berlari menuruni tangga, siap untuk menyuruh Mark ke halaman belakang. Ia berharap untuk melihat si mafia masih terjaga, yang sudah mengetahui tentang keberadaan penyusup di halaman belakang bahkan jika tempat tidurnya cukup jauh darinya. Apa yang Donghyuck tidak pikirkan adalah si mafia sama sekali tidak menyadari situasinya. Mark tidur dengan sekantong keripik di perutnya seolah-olah ia pingsan karena memakannya, sementara video di ponselnya masih terputar dengan keras.
"Mafia terampil apanya," geram Donghyuck saat ia berjalan di sekitar sofa untuk membangunkan Mark.
Donghyuck berdeham dan menghangatkan suaranya, mendapatkan nada yang lebih baik untuk suara Dongsook. Ia kemudian berlutut dan setelah menghela napas panjang, ia mulai mengguncang tubuh Mark.
"Oppa, bangun!" Donghyuck berteriak ke telinga Mark.
"Apa? Ada apa?" Mark dengan cepat melompat dari sofa dan menoleh ke arah Donghyuck.
"Seseorang ada di halaman belakang kita. Dia terus mengarahkan senter ke jendelaku."
"Apa itu pria berbahu lebarmu?" Mark memutar matanya dan berdiri, melemparkan selimut ke lantai.
Mata Donghyuck mengalir dari kepala Mark ke kakinya, membuat ia menelan ludah ketika ia menemukan si mafia itu cukup seksi dengan kaus dan celana pendek sederhana. Donghyuck diam-diam menatap wajah Mark tetapi tetap memerah ketika ia menyadari bahwa Mark juga sedang memandangnya.
"Apa yang sedang kau bicarakan?" Donghyuck bertanya, berusaha menyembunyikan bahwa ia memang frustrasi.
"Sumpah, jik ternyata itu adalah si bahu lebar, aku akan memintanya untuk melawanku," jawab Mark enggan mengalihkan pandangannya dari piyama pink Dongsook.
"Bukan Renjun hyung, maksudku o-oppa," Donghyuck semakin frustrasi. "Dia pasti sedang tidur saat ini."
Mark mengangkat bahu dan mengambil sesuatu dari ranselnya. Donghyuck menebak apa yang diambil si mafia, tetapi tidak bisa berkata apa-apa ketika Mark berdiri lagi dalam sedetik tanpa pisau yang terlihat di tangannya. Bocah itu tahu Mark masih memiliki sesuatu, itu hanya caranya untuk mendapatkan senjata dengan terampil tanpa ada yang memperhatikan. Mungkin Mark memiliki pisau di bawah lengan bajunya?
KAMU SEDANG MEMBACA
[Terjemah] MASQUERADE | Markhyuck Mafia
FanficTerkadang Donghyuck harus berpura-pura menjadi Dongsook, gadis lemah dan rapuh, agar Paman Johnny tidak memilihnya sebagai penerusnya untuk menjadi pemimpin mafia. Itu layaknya sebuah pesta topeng, sungguh. Semua orang menyembunyikan jati diri dibal...