Mempelajari bisnis bukan hal yang mudah, Jaejoong sudah beberapa kali diajak bertemu klien baik itu dengan Hyunbin atau Namgil. Ia sampai mengeluh bahwa mengurus perusahaan itu susah. Apa lagi sekelas perusahaan J-One yang sangat besar. Bukan ia tidak paham atau tidak memiliki skill, hanya saja ia terlalu terkejut langsung dihadapkan dengan praktek lapangan. Sejujurnya juga Jaejoong tidak berminat menjadi CEO, ia tahu bahwa sang paman-Hyunbin lebih mampu daripada dirinya.Sekarang ia harus bertemu dengan klien yang dikatakan oleh Namgil penting, Jaejoong bagaikan asisten dua orang kakak beradik ini dalam bisnis mereka. Namun, ia jelas tidak bisa menghindar. Mendapat kasih sayang di keluarga ini benar-benar sesuatu yang sangat berharga bagi Jaejoong. Kasih sayang tulus bak orang tua sebenarnya yang diidamkannya di dapat dari orang lain yang tidak memiliki pertalian darah dengannya. Orang bilang bahwa darah lebih kental dari pada air. Tapi, Jaejoong merasakan sebaliknya.
Ia menyeruput kopinya yang baru saja tiba. Pertemuan dengan klien satu ini ada di ruang meeting sebuah hotel. Kedua belah pihak sepakat untuk bertemu di luar bukan di kantor masing-masing. Ia melihat ada dua gelas kopi yang juga sudah disajikan, namun sang empunya belum juga tiba. Bukankah terlambat akan mempengaruhi bisnis?
"Ayah, klien Ayah terlambat, apa Ayah yakin akan terus berbisnis dengan mereka?"
Namgil terkekeh, ia melirik arloji dan kemudian berucap, "Belum Nak, kita saja yang datang lebih awal."
Jaejoong terkejut, mengapa mereka datang lebih awal? Ia menggigit bibir bawahnya, kemudian tatkala pintu terbuka, Jaejoong mengangguk pelan seraya membenarkan pakaiannya.
"Apa aku terlambat Tuan Kim?"
"Belum, silahkan duduk, Tuan Jung!" sahut Namgil dan tersenyum lebar.
"Aku sudah membaca... Jennifer?"
Ketika nama lainnya disebut, Jennifer terkejut. Ia segera memandang ke arah suara yang memanggilnya dan wajahnya lebih terkejut dari yang tadi seraya tangannya menunjuk ke wajah pria itu dengan sangat marah. "Kau!"
"Ah... Hahahaha!" tawa terdengar dari mulut Jung Yunho, tidak menyangka akan bertemu wanita ini di sini, apa lagi Jennifer mengabaikan pesan yang dikirimnya, bahkan memblokir nomornya. Namun, Yunho terheran apa yang sedang dilakukan Jennifer di sini.
"Kau mengenal putriku, Tuan Jung?" Namgil memahami situasi lebih cepat. Ia memandang Yunho dengan wajah penuh harap.
Putri? Nah, Yunho tersentak. Jadi, Jennifer adalah putri dari Kim Namgil? Wah, kebetulan sekali. Tadinya ia sempat mengira bahwa Jennifer wanita panggilan Namgil untuk menemaninya dan merasa sedikit kesal. Tetapi, ia sekarang semakin dibuat tertarik dengan sosok wanita klub yang jual mahal kepadanya.
"Jadi dia adalah putrimu, Tuan Kim?"
"Benar, ini putriku Kim Jaejoong, kau mengenalnya dengan nama Jennifer, apa kalian dekat?" sejujurnya Jennifer adalah nama lain Jaejoong ketika di klub. Namgil membedakan nama anaknya ketika berbisnis sehingga image buruk tentang klub hilang. Tapi, Yunho mengenali Jaejoong dengan nama itu, berarti pria ini kenal Jennifer di klub.
"Dia memblokir nomor ponselku, padahal aku hanya ingin semakin dekat dengannya," Yunho memasang mimik sedih dan blak-blakan, ini akan menjadi moment kesempatan untuknya.
"Apa?" Namgil terkejut, ia memandang Jaejoong dan berucap, "Nak mengapa kau memblokir nomor Tuan Jung, dia adalah klien penting kita, buka lah blokir atas nomornya, kau akan berhubungan bisnis dengannya mulai sekarang."
Jaejoong bagaikan tersudut. Ia mendesah pelan, sangat ingin menjelaskan bahwa pria itu mencuri ciuman darinya, tapi ia tidak ingin membuat keributan. Bisa saja masalah terjadi, dan tadi ayahnya bilang bahwa Jung Yunho ini adalah klien penting mereka kan? Jujur, Jaejoong tidak ingin merusak bisnis ayah angkatnya. Ia memaksa senyum dan menatap tajam Yunho, sungguh sangat kontras.
"Aku akan membuka blokir nomor ponselnya," ujar Jaejoong dengan tidak rela.
"Aku akan menandatangani kontrak bisnis kita, Tuan Kim. Tetapi, aku ada syarat, bagaimana?" Yunho menyeringai tipis, ia benar-benar akan membuat si cantik ini tidak berkutik. Balasan dari memblokir nomor ponselnya.
"Syarat?" Namgil mengernyitkan keningnya, ia menatap lekat kepada Yunho.
"Benar, jadi persetujuanku-"
"Pak Jung, kau-"
Yunho mengangkat tangannya menandakan agar asisten pribadinya berhenti bicara. "Aku akan mengatakan syaratnya."
"Katakanlah," Namgil memasang wajah serius, kontrak kerja sama dengan perusahaan ini sangat penting bagi perusahaan mereka.
"Aku ingin jaminan Jennifer tidak memblokir nomor ponselku lagi, karena kau ayahnya ada di sini, aku ingin menyampaikan padamu bahwa aku tertarik dengan Jennifer, aku ingin dia bisa menjadi partnerku, ah maksudku mungkin kah jika kau tak keberatan aku ingin mengencani Jennifer."
Terkejut, bukan hanya Jaejoong tapi Namgil juga sangat terkejut. Pria itu menatap tak percaya kepada sang anak. Jaejoong? Syarat utama pria itu adalah Jaejoong? Ini sulit dipercaya dan disetujui, karena ia tidak bisa semena-mena terhadap anaknya. Meringis, Namgil serba salah.
Sementara itu, Jennifer murka sekali. Apa maksud pria ini? Mengajukan syarat bisnis demi kepentingan pribadi. Ia tidak bisa terima, dan ingin menggebrak meja sebagai aksi penolakan, namun ekspresinya seolah berubah saat melihat wajah bingung Namgil.
"Mengapa kau memanfaatkan situasi, Jung Yunho?" tanya Jaejoong dengan suara lantang.
Yunho tersenyum lebar, ia menatap dengan pandangan berbinar kepada Jaejoong. "Karena kau membuatku kacau sejak ciuman kita saat itu, Nona!"
"Ciuman?!" Namgil bagaikan diserang dua arah. Jadi selain sudah saling mengenal Jaejoong dan Yunho sudah melakukan ciuman? Ia benar-benar tidak percaya hal ini.
Mendengar hal itu, Jaejoong marah sekali. Apa mau Jung Yunho darinya. Ia menggeleng pelan, dan melirik Namgil. "Itu.. Itu... Apa maumu sebenarnya!"
"Berkencan denganmu!"
"Sinting!" kesal Jaejoong dan ia menatap penuh emosi kepada Yunho.
"Terserah, aku akan kembali sekarang jika syarat mutlak bisnis tidak dipenuhi."
"Kau menyalahi aturan!" teriak Jaejoong dengan marah sekali.
"Aturan? Bisnisku adalah aturanku. Jika J-One tidak mampu, aku bisa berbisnis dengan perusahaan lain!" Yunho menggertak, ia berdiri dan menatap Namgil dengan datar. Pria itu harus memutuskan hal yang baik.
"Pria sepertimu hanya menginginkan tubuhku saja dan ajakan berkencan adalah-"
"Aku memintaku berkencan dengan tujuan pernikahan! Kau kira aku hanya pria nekat hmm? Aku tidak akan sembarang mencium wanita!" Yunho menyela, ia tidak terima dihujat suka mencicipi tubuh wanita, meski melakukan seks pun Yunho pemilih sekali. Ia ingin bersih jadi mungkin ia akan mencari wanita polos untuk dijadikan simpanan ketimbang mencari wanita diluar sana yang sudah sering digunakan.
Namgil benar-benar bingung. Nampaknya anaknya dan Yunho sebelumnya memang sudah saling kenal atau juga sudah berkencan sehingga Yunho berani berucap seperti ini. Toh, ia dan istrinya pun hendak mencarikan pria baik-baik untuk Jaejoong, dan pria yang mapan dan bisa menjamin Jaejoong dengan baik.
"Aku terima kontrak dan syaratnya, Tuan Jung. Aku tidak tahu apa masalah kalian, tapi nampaknya kau dan putriku sudah saling kenal dengan baik, atau mungkin pernah berkencan dan sedang bertengkar?"
"Keputusan yang bagus Tuan Kim, kau benar Jennifer dan aku sedang bertengkar, pertengkaran kekasih, kami memang sedang berkencan sebenarnya!"
Terbelalak, Jaejoong terkejut berkali lipat atas kebohongan yang dibuat Yunho. Ia mengangakan mulutnya dan menatap tajam penuh amarah kepada Yunho. Kurang ajar sekali pria ini.
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.
Rules, 30 komen berdasarkan username wkwkwk.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love
FanfictionYunJae / GS / DLDR / Lil bit ANGST. Jaejoong = Jennifer = Jaejoong! No War.