Bab 3

1.1K 235 42
                                    

Menatap nyalang si pria, Jaejoong langsung mengayunkan tangannya dan tepat mengenai pipi pria itu. Ia tidak suka diolok-olok, apalagi tadi dilecehkan, body guardnya dengan sangat gesit langsung menariknya dan menyembunyikannya ke belakang punggung. Siap siaga melebihi yang tadi.

Sementara itu, si pria yang barusan menerima tamparan Jaejoong hanya menyentuh pipinya yang mungkin terasa panas dan terkekeh pelan. Teman-temannya yang duduk di sofa terkejut sekali, Yoochun langsung berdiri dan menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan?" nampak jelas dari nada suara Yoochun, pria itu sedang panik.

Terkekeh, pria itu menatap Jaejoong dengan lekat, "Menciumnya, sekarang sudah bisa dikatakan kepada orang lain kan, bahwa aku sudah menciumnya!"

"Sinting!" teriak Jaejoong tidak terima, ia benar-benar geram dan menatap tajam kepada si pria.

Mengendik, pria itu mengedipkan sebelah matanya kepada Jaejoong, seolah menggoda wanita itu tanpa rasa malu.

"Jung Yunho, kau serius?!" pria yang bertanya tentang tarif Jaejoong bertanya dengan wajah serius namun kemudian terkekeh seraya menggeleng pelan. Memang perbuatan temannya ini sudah melampaui ekspetasi mereka semua. Seunghyun cukup takjub.

Pria bernama Jung Yunho itu kembali menyeringai, "Dia si untouchable kan? Aku hanya penasaran."

"Wah!" Yoochun benar-benar terkejut, ia menatap tak nyaman kepada Jaejoong dan meringis sejenak, "Aku minta maaf atas tingkah temanku Je, aku akan membayar dua kali-"

"Kau kira membayar semua selesai, Yoochun? Kau tahu aku bukan sebulan dua bulan, kau tahu aku sama sekali tidak pernah menjual diriku!" Jaejoong marah sekali, ia tidak terima namun semua sudah terjadi.

Yoochun tahu, Jaejoong tidak pernah disentuh pria karena dijaga ketat body guard, Yunho pria beruntung. Ah sial, Yunho bisa mencium tangan wanita itu saja ia pasti mengiri, bukan hanya ia saja tapi semua pria di klub ini yang menyanjung Jaejoong, apa lagi pria itu mencium Jaejoong. Luar biasa!

"Aku tahu, Je. Kalau begitu terima permintaan maafku, aku akan jamin ini tidak akan terulang lagi," ujar Yoochun dengan serius.

"Aku bahkan ingin mengulangnya lagi, Chun. Bagaimana? Apa aku harus menaikan tawaran menjadi 2 milyar won?"

Jaejoong terkejut sekali mendengar itu ia marah, wajahnya merah padam dan tangannya tergenggam. Pria itu kira ia adalah barang yang bisa di beli.

"Kau bisa mendapat berlusin-lusin wanita dengan uang sebanyak itu!" ujar Seung-hyun dengan gelakan tawa.

Yunho tersenyum, ia mengisap rokoknya kembali, "Tapi ini berbeda kan? Aku ingin merasakannya, uang bagiku tidak masalah, bagaimana hmm Je?"

Benar-benar Jennifer merasa dilecehkan, apa pria ini memiliki uang sebanyak itu? Kebanyakan pria di sini hanya bermulut manis dan tinggi tetapi uang sebanyak itu hanya lah sarkas untuk menawarnya dan seolah merendahkannya. Ia berbalik, tidak ingin menanggapi pelecehan terhadap dirinya. Ini adalah klub dan ia semestinya sudah biasa, mungkin mereka mabuk. Namun, ia tidak mencium alkohol pada Yunho, hanya bau tembakau yang ada pada pria itu.

"Hey aku serius! 2 milyar won, bersama denganku!"

Tidak menanggapi ucapan pria itu, Jaejoong bergegas keluar ruangan VVIP ini, ia menggosok bibirnya dan marah sekali. Ya, memang ada baiknya ia menuruti perintah ayahnya agar bekerja di kantor dan tidak mengurusi klub lagi. Agar dirinya tidak direndahkan oleh orang-orang.

---

Teringat hal yang dilakukannya di klub tadi, Yunho tertawa singkat. Wanita itu benar-benar tidak pernah disentuh? Bukankah itu wanita yang salah tempat? Di klub tiap wanita memiliki gairah sendiri apa lagi di dance floor, ia tadinya meragukan wanita itu dengan gelar sebagus itu. Tapi, kilatan marah matanya tidak dibuat-buat dan tangisan wanita itu ingin pecah saat ia menawar dengan harga 2 milyar.

Yunho menjilat bibirnya dan duduk di single sofa ruang kamarnya, ia tersenyum dan bergumam, "Menarik!"

Ya, ia tertarik dengan sosok wanita itu, biasanya wanita hanya jual mahal di depan kepadanya tetapi menggoda lebih setelahnya. Tapi wanita dengan nama Jennifer itu berbeda. Ia tidak pernah melihat wanita sepolos itu dan senaif itu ketika di olok di klub. Pemilik klub seharusnya lebih bisa menangani situasi seperti tadi, namun wanita itu benar-benar terlihat berbeda.

Mengambil ponselnya, Yunho mendial nomor telepon Yoochun. Pria itu paling kenal si wanita kan? Menunggu beberapa saat hingga Yoochun mengangkat teleponnya. "Chun, kau bisa memberiku informasi tentang wanita tadi?"

"Wanita mana?"

"Jennifer!"

"Hah?"

"Aku ingin meminta maaf dengannya, aku serius!"

"Ck, kau akan berulah lagi, aku tidak-"

"Aku serius, Chun. Aku merasa tidak enak kepadanya, berikan aku nomor ponselnya!" Yunho menyudahi sambungan telepon, ia tidak mau tahu pria itu harus memberikan nomor ponsel Jennifer kepadanya.

---

Melihat Jaejoong dengan pakaian rapi, Namgil puas sekali, tanpa perdebatan ketika kembali ke rumah anaknya ini mengatakan akan ikut dengannya ke kantor. Sebagai ayah tentu Namgil senang sekali. Jaejoong adalah anaknya, meski ia hanya mengangkat wanita itu sebagai anaknya beberapa tahun silam tetapi semua dokumen tentang adopsi Jaejoong sangat lengkap. Well, mengadopsi anak dengan usia dewasa adalah hal yang menurut sebagian orang terlihat lelucon. Tapi tidak baginya. Ia dan istrinya sangat menyayangi Jaejoong sebagai mana mestinya anak sendiri.

Dan tentu saja senang sekali ketika Jaejoong mau bekerja di perusahaannya bukan di klub miliknya yang dianggap bisnis selingan. Lagi pula Jaejoong sudah ia kuliahkan dengan jurusan bisnis lagi, itu agar Jaejoong bisa mengelola perusahaan miliknya kelak.

"Ayah akan memberikan jabatan CEO padamu jika-"

"Tapi bukankah Paman Hyunbin adalah kandidat CEO Ayah? Aku tidak ingin Paman menjadi kesal karena aku akan merebut posisinya," Jaejoong menyela, ia tahu bahwa adik ayahnya adalah CEO di perusahaan sang ayah.

"Ayahmu berniat pensiun, Je. Jadi, dia ingin kau mengurus perusahaan dengan Pamanmu," ujar Ahjoong, wanita yang sangat cantik dan baik hati bagi Jaejoong.

"Pensiun?"

"Iya Sayang, wajar kan? Ayah sudah cukup tua!"

"Astaga, tidak Ayah, aku akan mengambil jabatan dari bawah mungkin sebagai manager atau lainnya!" tidak setuju sang ayah pensiun cepat, Jennifer rasa ia belum siap menjabat sebagai CEO tanpa pengalaman. Ia pasti akan kikuk.

Ahjoong memandang Namgil, kemudian tersenyum dan mengangguk, nampaknya mereka berdua sudah memiliki rencana untuk hal ini.

"Kalau begitu selama awal-awal di kantor hingga kau mampu menjadi CEO, kau akan ikut dengan Ayah atau pamanmu dalam pertemuan klien!" Namgil akan mendidik Jaejoong menjadi calon pebisnis handal. Ia akan menyerahkan semua asetnya kepada wanita ini kelak.

Jaejoong tercengang, ia menatap kedua orang tuanya sekarang. Kemudian mendesah dan terlihat tak berdaya, ia tahu tidak akan ada perubahan apa pun jika ia protes keras. Mereka pasti akan terus memaksanya, dan lagi mereka sudah terlalu baik padanya yang bukan siapa-siapa, sudah sepantasnya bagi Jaejoong membalas semua kebaikan mereka.

"Baiklah, aku akan menuruti ucapan Ayah," sahut Jaejoong dan tersenyum tipis lantas memeluk Ahjoong dengan hangat. Akhirnya, ada seorang wanita yang bisa benar-benar sayang kepadanya tanpa dibandingkan. Jaejoong terharu dan senang sekali karena menemukan keluarga yang menurutnya hangat.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules deh sekarang, 30 komentar.

.
.
.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang