Tak banyak yang dibicarakan ketika menyantap makanan, Yunho nampak santai tadi, tidak ada emosi yang terlihat di wajahnya. Jika ia pandang-pandang, Yunho memanglah pria tampan. Jaejoong bukan berarti langsung menjatuhkan hati pada pria itu. Ia mungkin akan mengiyakan setiap perkataan Yunho bak sebuah perintah agar tidak terjadi kekacauan, namun ia belum bisa sepenuhnya bisa percaya bahwa Yunho adalah pria tepat untuknya.
Mungkin bisa dikatakan Jaejoong mencari moment tentang perasaan Yunho lebih, apa benar pria itu mencintainya. Tapi, kenapa? Maksudnya, mereka bertemu pertama kali ketika di klub, ciuman itu menyebalkan menurutnya, membuat ia marah. Sekarang mungkin sudah biasa saja, entah barangkali karena ia selalu dengan Yunho dan kebaikan pria itu juga membuat penilaian berubah. Ya, tidak bisa Jaejoong pungkiri bahwa Yunho memang baik. Seperti tidak membahas tentang ia ingin ini dan itu. Hanya saja, pria itu tidak bisa diganggu dengan statement bahwa dirinya pacar pria itu.
Ya, saat ini anggap saja begitu, meski ia tidak menerimanya dengan sepenuh hati mengenai status yang diberikan Jung Yunho, Jaejoong pun tak bisa berkelit. Kembali kepada pernyataannya tadi, bahwa ia takut terjadi kekacauan karena dirinya. Lagi pula, ia rasanya tidak bisa lepas begitu saja dari kungkungan Yunho. Apakah memutuskan menerima Yunho adalah pilihan bijak agar semua orang menjadi lebih baik?
Satu sisi sepertinya itu benar, satu lagi adalah ketidak mengertiannya. Mengenai Namgil adalah inti dari semuanya. Ia tidak tahu apakah kelak Namgil akan menjodohkannya lagi, ataukah ia harus bicara agar Namgil berhenti. Misalnya bahwa ia tidak ingin memancing kemarahan Yunho, well sebagai pacar yang diakui pria itu didepan umum, ia seharusnya malu kepada Lee Donghae tadi. Ia bahkan merasa tertohok saat Yunho mengatakan ia nakal.
Tapi apakah Namgil bisa mengerti? Sulit dimengerti apa yang diinginkan oleh orang tua angkatnya itu. Ia memang merasa bahwa saat ini keberadaannya seperti sedang dimanfaatkan lebih tepatnya bagai ditawarkan kepada tiap pria kaya agar mau menikahinya. Ini terdengar tidak baik. Sangat tidak baik. Mereka menyebut ini perjodohan. Sementara itu ada pria yang sangat ingin memilikinya, mengapa tidak sesimple ini saja, terima saja Yunho dan semua selesai bagi mereka meski baginya tidak. Ia tahu balas budi, jadi ia tidak ingin mengecewakan banyak.
"Kau ingin aku kemari, kapan?"
Pertanyaan itu membuat Jaejoong terjengit. Ia sedang sibuk sendiri, dan langsung menatap Yunho. Ah, ia mengatakan agar Yunho bertemu orang tuanya nanti. Maksudnya agar pria itu membahas lebih keseriusan. Ia sudah menyerah tentang rasa ingin dicintai dengan tulus dengan keadaan yang serba membuat ia bagaikan diujung tanduk.
"Uumh, kau bisa lakukan itu sekarang jika berani," semakin cepat semakin baik. Jaejoong tidak ingin menunda-nunda hal ini supaya semua ini cepat selesai.
"Boleh saja, jadi aku akan mengklakson depan rumahmu hmm?"
"Iya, aku akan mengirim pesan kepada penjaga agar membukakan pintu pagar," Jaejoong mengambil ponselnya, ia langsung mengirim pesan kepada penjaga pintu pagar rumahnya. Lantas Yunho pun tak lama dari itu tiba di depan rumah dan membunyikan klakson.
Kala pagar terbuka lebar, mobil Yunho cepat masuk ke dalam. Pria itu memarkirkan mobil di area yang memang semestinya. Jaejoong melepas seatbelt dan langsung keluar, disusul Yunho dan ia memandang kepada pria itu yang berada selangkah dibelakangnya.
"Kau terlihat tidak seberani tadi, Darl," senyuman tipis tercetak dibibir Yunho, dan ia menangkap tangan Jaejoong untuk digenggam.
Ya, memang Jaejoong akui bahwa dirinya tidak seberani saat berdebat dengan Yunho. Ada alasan mengapa ia demikian. Jaejoong tidak menjawab, ia hanya terus melangkah bersama Yunho dengan tangannya yang terus digenggam pria itu. Kala membuka pintu, ia tidak terkejut saat melihat Namgil dan Ahjoong ada di ruang tamu. Hyunbin mengatakan kepadanya di pesan singkat yang dikirim kepadanya bahwa pria itu memberitahu orang tua angkatnya mengenai ia bersama Yunho dan menyatakan tidak ingin terlibat dalam perjodohan mendatang Namgil karena ternyata kekasihnya adalah Yunho.
Ya, ia paham andai menjadi Hyunbin, malu. Lee Donghae ternyata teman Yunho. Ia juga malu kan ada di sana tanpa tahu fakta kedekatan Yunho dan pria itu.
"Jeje..." Ahjoong memanggil namanya dengan pelan.
Nampak terlihat bahwa Ahjoong ragu untuk menghampirinya karena ada Yunho. Sementara Namgil, terdiam bak kehabisan kata-kata kala Yunho muncul bersamanya. Jaejoong mengumbar senyum kepada kedua orang tua angkatnya.
"Aku tidak tahu bahwa akan bertemu Oppa di sana, aku juga tidak tahu bahwa Ayah dan Mama sedang menjodohkanku dengan pria bermarga Lee itu, teman Yunho Oppa, aku cukup malu karena dikira sedang menyeleweng dari Yunho," Jaejoong berucap dengan polos. Ia tahu mengatakan ini berarti ia mengiyakan tanpa berkata langsung bahwa ia dan Yunho dalam hubungan, meski terpaksa.
Namgil menggeleng pelan, "Bukankah wajar jika Ayah mengkhawatirkan anaknya? Bukan apa-apa Nak, layaknya Ayah katakan padamu bahwa Ayah ingin mencarikan yang terbaik untukmu."
"Jawabannya aku bukan yang terbaik untuk Jennifer?" Yunho nyaris tertawa setelah mengatakan ini, ia merasa lucu.
"Aku tidak ingin anakku dipermainkan Yunho, aku tidak tahu apakah kau dan Jeje akan menikah meski kalian berkencan, dan siapa tahu jika kau dan anakku tidak bersama maka kau akan menghancurkan J-One, aku bagaikan berada ditengah jurang," Namgil pandai berbicara, ia bisa mencari alasan dengan cepat dan cermat.
Bukankah ucapan Namgil ada benarnya. Pria itu tersenyum, merasa sedikit mengungguli Yunho dalam hal perdebatan ini.
"Aku sudah katakan bahwa aku siap menikahinya, kau lupa? Atau kah kita harus mengulang lagi ketika aku memberikan sign untuk investasi? Bagaimana jika karena kelakuanmu itu aku menarik investasiku di J-One. Ah, tentu ini tidak akan berefek kepada Jennifer, aku tidak akan membiarkan dia kekurangan sedikit pun, tapi denganmu aku berbeda. Jennifer bisa kapan saja membatalkan adopsi yang kalian lakukan kepadanya, bukankah dengan begitu maka Jennifer bukan siapa-siapa bagi kalian lagi?"
Wajah Namgil berubah menjadi berang. Beraninya Yunho mengungkit tentang adopsi Jennifer dan mencoba mengancamnya kali ini. Ia tidak terima dan menunjuk Yunho.
"Sudah lah Ayah, jangan berdebat dengan Yunho. Ayah jangan mempermalukan diri dengan tidak tahu diri kepada investor terbesar perusahaan Ayah saat ini, aku bukannya melawan, tapi aku tidak ingin Ayah seperti ini. Coba Ayah ingat lagi, jika Yunho tidak memberikan investasi di perusahaan Ayah, apakah saat ini Perusahaan akan baik-baik saja? Aku tidak mau menjadi orang tidak tahu diri. Aku tegaskan kali ini, Ayah dan Mama jangan mengganggu hubunganku dengan Jung Yunho. Aku tidak akan datang ke pesta atau acara manapun selain dengan Yunho!"
Jaejoong rasanya tidak percaya bahwa ia bisa setegas ini kepada keluarga angkatnya ini. Ia bukan tidak tahu diri, tapi mereka mempermalukan diri, sudah jelas Yunho berkuasa penuh atas perusahaan mereka. Mencari investor untuk perusahaan nyaris runtuh sangat sulit sekali. Harusnya Namgil banyak berterima kasih kepada Yunho bukan membelakangi dan membuat pria itu marah besar. Mengenai dirinya, ia tahu sudah tidak ada jalan untuk menjauh dari Yunho.
Ya, Jaejoong sepenuhnya sadar ia suka rela menjatuhkan diri kepada pria itu tanpa banyak perlawanan.
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.
Rules, 40 komentar.
Btw, aku akan membuka PO FF ini yaaa ~ .
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love
FanfictionYunJae / GS / DLDR / Lil bit ANGST. Jaejoong = Jennifer = Jaejoong! No War.