Bab 6

951 210 46
                                    


Pernyataan Yunho tadi membuat Jaejoong menjadi bimbang. Apakah benar atau itu hanya lah modus Yunho agar dirinya dengan senang hati jatuh ke pelukan pria itu. Ia menggigit bibirnya, tidak mungkin kan Namgil dan Ahjoong seperti itu? Mereka sudah ia anggap bak penolong serta keluarga sendiri.

Masih teringat jelas bagi Jaejoong bagaimana ia dan Namgil bertemu hingga diangkat menjadi anak keluarga ini. Kala itu ia hanyalah pekerja klub milik Namgil, well pekerjaan apa saja akan dilakukannya untuk bertahan ketika melarikan diri dari rumah. Dan tidak disangka ia mendapat perhatian khusus dari pasangan suami istri itu. Dalam bekerja, Jaejoong tidak pernah menggubris permintaan pelanggan untuk dilayani khusus di kamar, ia sangat menjaga dirinya. Memang kontras dengan pekerjaannya, namun bagi Jaejoong di sana hanyalah tempat ia bekerja bukan menjual harga dirinya.

Sehingga saat-saat itu tiba. Ia dipanggil ke ruangan kantor klub dan betapa mengejutkan ketika mereka menanyakan lebih tentangnya, kemudian diangkat menjadi asisten Ahjoong hingga ke posisi sekarang menjadi anak angkat keluarga Kim. Panjang ceritanya jika harus ia ingat lebih.

Dan sekarang, dengan mudahnya Yunho mengatakan hal yang tidak bisa diterima Jaejoong. Ia geram, marah, kesal, semua menjadi satu. Dan yang membuat ia semakin marah sekarang adalah ia sedang merenungkan ucapan pria pencuri ciuman serta membuat kebohongan yang ada. Jaejoong merasa cukup percaya bahwa Namgil tidak akan bersikap demikian, kasih sayang diterimanya dari orang tua barunya adalah tulus dan kasih sayang yang selama ini ia impikan.

Menggeleng, ia segera keluar kamarnya, niat Jaejoong tentu ingin menemui Namgil dan juga Ahjoong, ia rasa kedua orang tua angkatnya sedang bersantai di belakang rumah mewah ini dengan teh dan juga kudapan. Ia melangkah dengan cepat menuruni anak tangga dan ketika pintu ruangan kerja Namgil sedikit terbuka, Jaejoong menghentikan langkahnya. Ia sedikit grogi dan hendak mengintip dari celah kecil yang ada.

"... Kudengar saham perusahaan sudah mulai naik, Namgil. Apa krisis yang terjadi di perusahaan sudah berhasil ditangani dengan baik?"

Itu adalah suara Ahjoong. Jaejoong semakin dibikin tak bisa bergerak, saat ini mereka sedang membahas perusahaan.

"Belum semua ditangani dengan baik, tapi segera akan kuselesaikan, kau tenang saja!"

Sahutan Namgil terdengar biasa saja, dan bak pemimpin perusahaan yang benar-benar sangat bertanggung jawab.

"Aku benar-benar berharap kau bisa mengatasi semuanya. Terutama bagian keuangan, apakah perusahan TVXQ menandatangani kontrak dengan lancar?"

"Ada sedikit kendala, kau tahu Jennifer ternyata berkencan dengan CEO Jung Yunho? Aku benar-benar dibuat syok!"

Nah, Jaejoong terjengit, ia menggigit bibir bawahnya. Topiknya kali ini membuat dirinya sebagai umpan. Ya, Jaejoong sebut saja begitu untuk saat ini.

"Jeje? Berkencan dengan Jung Yunho?"

Jelas nada terkejut nampak terdengar dari Ahjoong. Lalu, wanita itu terkekeh yang dengan telak bisa Jaejoong dengar.

"Benar, kau tidak perlu mencarikan kandidat pria kaya raya untuk dinikahkan dengan Jennifer, Jung Yunho nampak sangat menyukainya, kita beruntung!"

"Kau yakin Yunho menyukainya?"

"Kenapa tidak? Jennifer cantik! Lagipula ini menguntungkan bagi kita dan perusahaan, kau tahu isi kontrak yang ku tandatangani? Aku akan menyerahkan perusahaan kepada TVXQ Group jika investasi yang diberikan tidak menghasilkan uang serta tidak bisa mengembalikan pinjaman. Itu berarti jika kesempatan kedua mengelola perusahaan gagal, kita akan bankrut!"

Jaejoong terkejut. Ia memundurkan langkah dengan pelan, apa maksud ucapan Namgil tadi? Dan pembicaraan mereka bahwa dirinya akan dicarikan pria kaya. Ia tahu bahwa Namgil ingin menjodohkannya, tapi sampai di sini menurutnya deduksi Yunho nyaris benar. Apa yang mereka cari hanya keuntungan saja. Menikahkannya dengan pria kaya raya apakah agar bisa menyokong dirinya kelak.

"Kita tidak akan bankrut selagi klub bisa berjalan lancar. Lagi pula, klub sudah bukan namamu, kau sudah memindahkan nama kepada Jennifer, paling tidak kita masih memiliki penghasilan kelak. Tetapi aku tidak mengerti mengapa Jung Yunho tertarik dengan Jeje?"

"Apa kau meragukan kecantikan Jennifer?"

"Bukan begitu, aku tidak ingin pria itu kecewa ketika menyadari status Jennifer bukan anak kandung kita. Dan lagi, Jennifer memang tameng terbaik kita selama ini, mengapa tidak kita nikah kan saja mereka, dengan begitu kontrak bisnismu akan sedikit lebih longgar dan kalau pun..."

Jaejoong menutup telinganya. Hatinya hancur mendengar ini. Jadi dirinya diangkat menjadi anak hanya untuk dimanfaatkan. Ia mundur beberapa langkah, kemudian melangkah pelan seraya menutup mulutnya agar isak tangisnya tidak keluar. Apakah mereka benar-benar memiliki sikap seperti itu?

Berlari kembali menaiki anak tangga dan masuk ke kamarnya. Jaejoong terlintas ingin kembali lari dari keluarga ini. Namun, nampaknya ia tidak akan mudah lolos. Karena urusan bisnis dengan perusahaan Yunho. Ia terisak dan meratapi nasibnya. Mengapa tidak ada yang bisa dengan tulus mencintainya? Apakah sangat sulit mendapat kasih sayang dari orang yang dicurahkannya kasih sayang.

Dering ponselnya mengejutkan Jaejoong. Ia tidak ingin berbicara dengan siapapun, namun melihat nomor ponsel dengan nama Brengsek di sana, Jaejoong segera mengambilnya dari atas meja nakas. Ia langsung menghapus air matanya dan mengangkat panggilan pria itu, ya ini adalah Yunho.

"Keluar sekarang, aku ada di depan pagar rumahmu, aku bosan, sebagai kekasih kau harus menurutiku!"

Rasa sedihnya mulai bercampur dengan amarah, pria ini sekehendak hati mengaturnya. Mengakui sebagai kekasih dan sekarang memerintahnya. Ia lebih terkejut ketika pintu kamarnya diketuk dan kemudian terbuka, sosok Ahjoong ada di depannya sekarang sedang memergokinya habis menangis dan mengangkat telepon.

"Penjaga diluar mengatakan Jung Yunho sedang menunggu, kau kenapa Sayang?" Ahjoong terkejut melihat Jaejoong.

"A...aku tidak apa-apa, sedang bertengkar dengan Yunho! Aku akan menemuinya!" dengan cepat Jaejoong berucap seperti itu. Entah mengapa saat ini ia merasa jauh lebih tidak nyaman dengan Ahjoong.

Segera mengambil tas, Jaejoong memasukan dompet dan ponsel ke dalam sana. Ia tersenyum dan langsung melangkah keluar kamar. Ada baiknya ia keluar sebentar dan menemui Yunho adalah alasan terbaik. Toh, pria itu berhasil meyakinkan Namgil tentang hubungan mereka yang diada-ada pria itu.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules 40 komentar ya.

Niatnya sih mau Hiatus dulu selama puasa ~ .

.
.
.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang