Bab 23

1.4K 164 50
                                    

Menyeringai, Yunho menurunkan sedikit wajahnya dan berbisik di telinga Jaejoong. "Kita hanya perlu ke catatan sipil, Sayangku. Lalu semua beres dan kau tidak bisa menolakku seperti tadi, iya kan?"

Jaejoong berusaha melawan dirinya yang aneh, ia mendorong tubuh Yunho dan melangkah masuk ke dalam berusaha mengabaikan pria itu, tetapi Yunho meraih tangannya dan pria itu langsung menangkup pipinya. Jaejoong menegang dengan sempurna, bayangan ketika pria itu menciumnya di klub mulai lagi. Ia semakin tegang karena dugaannya menjadi nyata. Yunho menyatukan bibirnya dengan ringan ke bibirnya. Kedua mata Jaejoong terbelalak lebih lebar. Ia menekan dada Yunho, berusaha menjauhkan pria itu. Namun, Yunho mulai memindahkan tangannya ke pinggang dan memeluknya dengan sangat erat. Bibirnya terasa disedot Yunho, Jaejoong tidak paham apa perasaan ini, ia merasa terpacu membalas perlakuan Yunho dan matanya mulai meredup dengan bibir yang bergerak mengikuti ritme gerakan bibir pria itu.

Yunho menggigit bibir bawahnya pelan, sehingga ia tanpa sadar membuka mulutnya dan lidah pria itu menjejal masuk ke mulutnya. Melilit lidahnya, bak mengajak bertempur, ia rasa air liurnya menetes disela-sela bibir, Jaejoong meremang serta darahnya lebih berdesir ada yang bergelenyar didalam dirinya dan ia mulai mengubah tekanan yang tadi di dada pria itu menjadi mengelus dengan perlahan.

Merasa menang atas respon Jaejoong. Yunho tepat melancarkan serangan kepada wanita ini. Tatkala tidak ada penolakan saat ia mendekap Jaejoong tadi, ia tahu bahwa wanita itu mulai melunak, meski Jaejoong tadi mendorongnya menjauhkan tapi ia bisa menilai bahwa Jaejoong sudah menikmati skinship dengannya. Ia mempertaruhkan setengah kepercayaan Jaejoong kepadanya dengan memutuskan mencium wanita ini. Dan well, rasanya lega saat ia mendapat respon balasan dari yang tercinta. Yunho tidak akan menyia-nyiakan hal ini dengan begitu saja. Ia akan membuat Jaejoong lemah tak berdaya dan menjadikan semua tentang mereka cukup mudah.

Melepas sejenak ciuman kelewat panas tadi, Yunho memandang wajah Jaejoong. Dada wanita itu yang naik turun serta tatapan sayu Jaejoong membuat ia merasa belum puas. Ia kembali mencumbu bibir Jaejoong, seolah ciuman ini adalah candu baru baginya. Setidaknya, tembakau yang biasa ia cumbu kalah dengan rasa manis bak permen karet bibir Jaejoong. Ia mulai memanas, hingga ciuman itu menimbulkan kecipak basah dengan bunyi yang tidak pantas mulai lebih terdengar dari yang tadi.

Memeluk lebih Jaejoong ke dalam pelukannya, Yunho mengusap punggung Jaejoong. Ia serius jika ada kesempatan ingin rasanya melahap seluruh tubuh sang pacar. Tapi, Jaejoong sudah menetapkan tidak akan ada seks sebelum mereka menikah. Ia harus mencari cara agar wanita ini segera menjadi miliknya meski resepsi belum disusun dengan baik.

Jaejoong merasa ini sudah lebih dari batasan, ia ingin menolak Yunho, pria itu semakin brutal dengan ciuman mereka. Tetapi, ada rasa yang menurutnya bahwa ini pas baginya dan Yunho ada. Ia merasakan perasaan mendamba dan haus akan kasih muncul dan membenarkan apa yang sedang mereka lakukan saat ini. Jaejoong lepas kendali semua yang tadi membuat ia bingung seakan hilang. Jaejoong hanya tahu bahwa ia haus rasa Yunho. Ciuman pria itu membuat ia mabuk, lebih nikmat dari wine termahal yang pernah ia sesap. Lebih candu dari apapun yang pernah ia rasakan dan lebih menyenangkan dari pada angka-angka yang dimilikinya di rekening atas namanya. Tidak bisa ia deskripsikan betapa ia menyukai cara pria itu menciumnya.

"Jennifer..."

Bisikan Yunho ditelinganya membuat Jaejoong ingin melenguh. Ia sadar bahwa pria itu sudah melepas ciuman mereka. Dan sekarang Yunho mencium pipinya dengan lama. "Jennifer..." lagi pria itu berbisik, dan hal itu membuat Jaejoong merasa candu, mendengar suara pelan nan berat bagaikan panggilan terseksi atas namanya.

"Uungh?" gumam Jaejoong, ia terbawa suasana yang menggairahkan diantara mereka.

"Ayo kita menikah, aku serius."

Tertawa, Jennifer reflek memeluk tubuh Yunho, rasanya nyaman dan hangat. Ia terpejam sejenak, merasakan betapa menyenangkan berada dalam dekapan pria ini. "Hmm, ayo menikah."

Jaejoong sendiri tersenyum saat mengatakan itu. Ia tersadar sejurus kemudian bahwa ia dengan mudahnya mengiyakan ajakan menikah Yunho. Tapi, saat ini ia seolah tidak peduli. Ia meresapi dekapan hangat mereka yang terjadi. Yunho memandangnya dengan lekat setelah sedikit melonggarkan pelukan. "Kau ingin mampir ke apartemen yang akan kita tempati?"

Nah! Alarm dalam diri Jaejoong berbunyi. Ia tahu harus menjawab apa, dan hal apa yang mungkin akan Yunho lakukan padanya. Segera ia menjauhkan tubuh dari pria itu dan berdeham, "Lain kali, aku rasa cukup untuk saat ini."

"Hmm?" Yunho bergumam dan pria itu mencoba mencium Jaejoong lagi.

"Jung Yunho, hentikan!" Jaejoong sedikit membentak dan menjauhkan Yunho. Astaga, seharusnya ia tidak mudah terlena. Ia baru menyadari dengan penuh sedang berada di rumah keluarga Yunho dan mereka berciuman untuk pertama kalinya. Ya, bagi Jaejoong ini ciuman pertamanya dan Yunho. Sebelumnya ia tidak menganggap ada karena itu benar-benar paksaan namun yang tadi berbeda. Ia seolah suka rela dicium Yunho. Entah, ia sendiri pun tidak memahami mengapa ia bersedia. Barangkali karena alasan-alasan yang dikemukakannya saat ciuman itu berlangsung.

"Sekali saja, please!"

Jaejoong mengedik, apa yang tadi tidak cukup. Ia menggeleng kemudian, dan melangkah menuju ke anak tangga. "Kita harus kembali ke tengah keluargamu."

"Ah kau benar," Yunho tersenyum lebar. Ia menarik pinggang Jaejoong, dan ketika wanita itu menoleh dengan beraninya, Yunho mengecup bibir Jaejoong. "Bibirmu, lipstiknya berantakan Darl."

Mendengar itu, Jaejoong terkejut. Ia menatap lekat Yunho dan berucap dengan cepat, "Aku harus merapikan penampilanku!"

"Mau ke kamarku?"

"Sinting! Kau langsung ingin mengajakku melakukan itu padahal sudah kukatakan bahwa—"

"Aku memang ingin, tapi saat ini kita selesaikan dahulu urusan dengan orang tua, hmm?"

"Kau bisa merapikan penampilanmu di dalam, aku tidak punya lipstik dan semacamnya, apa aku harus mengambil tasmu di bawah?" sepengetahuan Yunho, wanita selalu membawa make up di dalam tas kecil mereka.

"Unggh, tolong Yun. Katakan pada mereka bahwa aku...aku..." Jaejoong harus mencari alasan yang bagus agar mereka tidak mengira ia dan Yunho macam-macam.

"Aku akan mengambilkannya, kau tenang saja!" Yunho tersenyum, ia kembali mendekat wajah Jaejoong, dan wanita itu refleks menghindar, ia terkekeh sebelum menyugar rambut sang kekasih. "Tunggu sebentar, Sayang!"

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana", no edit.

Buat part kemarin oke lah responnya. Lihat respon part ini dulu.

.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang