Keringat dingin mulai menguap dari permukaan kulit Jaejoong. Ia menatap takut kepada Yunho, pria itu hanya menatapnya dengan dingin. Lantas mengalihkan pandangan kepada Lee Donghae. Sementara itu Hyunbin terlihat kebingungan dan Donghae dengan berani membalas tatapan Yunho. Ya, benar seharusnya pria itu berani kepada Yunho. Meski ia sendiri sedang gemetar takut jika Yunho marah dan membuat semua kacau.
"A-aku bisa jelaskan, ayo kita bicara diluar!" Jaejoong dengan segenap keberanian mengatakan ini, ia hendak menahan dada Yunho agar pria itu mundur, namun terlambat, Yunho sudah maju dan kini ada ditengah antara dirinya dan Donghae, lalu sedikit berkitar untuk berhadapan dengan Donghae.
"Kau serius dia wanitamu?" Donghae bertanya dengan mimik serius, pria itu nampak tak gentar menghadapi Yunho.
"Kau pernah mendengar aku mengklaim sesuatu dengan bercanda?"
"Oh Jung, kau selalu serius dan ambisius jika sudah mengklaim sesuatu, baiklah aku tidak akan mengganggu!" Donghae mengangkat tangannya, pria itu melempar senyum kecil kepada Yunho.
Mendengar ucapan Donghae, Jaejoong terkejut. Ia menatap pria yang tadi menurutnya sosok pemberani, namun sekarang bak terlihat ciut di depan Jung Yunho. Apa pria itu sangat luar biasa dengan kekuasaan otoriter dan ancamannya? Sialan, Jaejoong seolah jengkel disertai kesal.
"Long time no see, Donghae. Kau baru kembali dari L.A?" Yunho membalas senyuman Donghae dan kemudian mereka berpelukan bak teman lama.
Lagi-lagi Jaejoong terkejut melihat hal itu. Ia terperangah hebat. Jung Yunho mengenal Lee Donghae sedekat ini? Ia merasa atmosfer terasa panas. Pantas saja Donghae langsung menyerah begitu saja. Ya, pria itu bukankah sedang terpesona padanya tadi.
"Iya Yun, aku baru kembali beraktifitas di Seoul. Aku lupa menghubungimu karena terlalu sibuk membenahi perusahaan ayahku," Donghae dengan santai berbincang dengan Yunho, ia melirik Jaejoong sekilas dan tersenyum miring. "Sudah kuduga, kau pandai memilih wanita."
Yunho menoleh ke belakang, ia menarik tangan Jaejoong dan kemudian melingkarkan tangannya ke sekitar pinggang Jaejoong. "Dia cantik kan? Tapi nakal sekali!" ujar Yunho dengan penuh penekanan.
Hyunbin tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Jika Yunho pacar Jaejoong, kenapa Namgil berkeras menjodohkan Jaejoong dengan pria lain, apa lagi sekarang terlihat memalukan bagi keluarga Kim. Lee Donghae adalah teman Jung Yunho, pria yang tadinya dipilih Namgil agar bisa dekat dengan Jaejoong. Sebenarnya Hyunbin pun heran, mengapa Namgil mengambil sikap begini, padahal jelas sekali Jung Yunho konglomerat dan pria itu yang berani investasi di perusahaan mereka.
"Ah, aku diminta berkenalan dengan Nona Kim, Ayahku mengatakan untuk bertemu putri temannya siapa tahu cocok untukku, aku sungguh tidak tahu dia pacarmu," Donghae menjelaskan keadaannya dengan Jaejoong, ia tidak ingin hubungan baik dengan Yunho hancur karena wanita.
"Dia tidak mengatakan akan kemari dan bertemu pria untuk dijodohkan ayahnya, nampaknya Kim Namgil tidak yakin bahwa aku akan serius dengan Jennifer!" ini sindiran, sengaja Yunho berkata demikian agar Jaejoong dan Hyunbin mendengar.
"Jennifer? Maksudmu Jaejoong?"
"Benar, nama lainnya Jennifer, aku suka memanggilnya Jennifer," Yunho terkekeh, ia mendekatkan lebih Jaejoong kemudian berdeham. "Permisi dulu Hae, nampaknya aku harus bicara berdua saja dengan Jennifer, aku akan menghubungimu, kurasa Yoochun harus mengadakan pesta."
Yunho melempar senyum seraya menarik pergelangan tangan Jaejoong. Ia menoleh, nyaris melupakan Hyunbin. "Hyung, biar aku yang mengantar Jennifer nanti, nikmati lah pestanya."
Segera setelah mengatakan itu, Yunho melanjutkan berjalan membawa Jaejoong. Ia cukup marah karena Jaejoong mau-mau saja disuruh Namgil untuk menemui pria lain, padahal ia sudah memberi peringatan kepada wanita ini.
"Ke-kemana kau membawaku?" Jaejoong mulai takut, bulu romanya meremang, ia juga menunjukan mimik takut yang kentara. Yunho menariknya keluar gedung, dan ketika tiba di dekat parkiran, pria itu melepas tangannya dan menatapnya dengan tajam, ia mundur ke belakang hingga punggungnya sedikit membentur dinding. "A-apa ini Yun? Aku bisa jelaskan!"
Yunho menatap lekat Jaejoong, ia lantas menumpukan tangannya ke dinding untuk mengurung Jaejoong dalam kungkungan badannya. "Kubilang apa? Jangan bermain-main denganku Jennifer!"
Jaejoong tahu, peringatan Yunho tapi ia pun tidak bisa menghindar dari ini semua. Ia bahkan sudah menegaskan pada Ahjoong sebelumnya, walau terbesit niat mencari pria lain yang bisa melawan keotoriteran Yunho.
"Aku tidak melawanmu, aku tidak tahu bahwa ayahku melakukan ini, aku baru tahu ketika Hyunbin mengatakan bahwa aku diminta dikenalkan kepada anak rekan bisnisnya. Sungguh, andai sejak awal aku tahu, aku tidak akan mau."
Jaejoong berhasil menemukan pembelaan yang menurutnya cukup bagus. Ia menghindar kala wajah Yunho cukup dekat dengan wajahnya.
"Kau milikku, sudah kukatakan bahwa kau milikku maka mulai sekarang belajarlah untuk hanya memandang kepadaku!"
Ucapan Yunho terdengar sangat kuat, namun Jaejoong tidak begitu senang mendengarnya. Ia bagaikan barang seenak hati diklaim oleh pria itu. Wajahnya mulai memerah karena berang. "Bagaimana bisa kubuat debaran dihatiku menjadi begitu indah saat melihatmu saja? Bagaimana bisa kuberikan hatiku kepadamu? Bagaimana bisa aku jatuh cinta padamu? Kau tahu bagaimana cara melakukan yang kutanyakan ini padamu?"
Rahang Yunho mengeras mendengar pertanyaan berani Jaejoong. Ia menarik tangan wanita itu dan meletakan di dadanya. "Pahami debaran hatiku, maka kau juga akan jatuh cinta padaku!"
Pandangan mereka bertemu, Jaejoong segera membuang mukanya dan menarik tangannya dari dada Yunho. Pria itu mulai menjauhkan dirinya, mundur selangkah dari tempatnya tadi. Ia menunduk, entah apa yang harus ia katakan, wajah Yunho nampak jelas sekali marah kepadanya. Semestinya ia tidak mengatakan hal tadi.
"Apapun jawabanmu tentang ini, kau adalah milikku. Aku akan menculikmu dari pria manapun yang berani menentangku!" Yunho memberi penegasan lagi, ia memandang Jaejoong kali ini pandangan lembut dengan penuh perasaan. Berharap saja wanita itu paham bahwa ia serius, bukan untuk bermain dengan Jaejoong.
Mendesah, Jaejoong tidak ingin membahas itu. Entah, ia selalu meleleh kala Yunho memandangnya dengan cara seperti ini. "Aku ingin pasta dengan potongan daging sapi premium cincang serta milkshake vanilla, boleh?" meminta dengan suara pelan, ini cara Jaejoong mengalihkan perdebatan berat mereka tentang cinta.
Mengangguk, Yunho mengiyakan. "Apa saja, aku bisa memberikannya kepadamu, ayo masuk mobil."
Melangkah lebih dahulu menuju mobilnya yang terparkir, Yunho membukakan pintu untuk Jaejoong. Wanita itu segera masuk dan ia pun segera berkitar untuk masuk ke dalam. "Kau ingin kita kemana? Atau kau ingin aku tentukan tempat?"
"Terserahmu saja," sahut Jaejoong. Ia sudah tidak marah lagi kepada pria itu. Dari sekian orang, Yunho termaksud pria tidak banyak debat jika ia mengutarakan hal seperti ini menghindari perdebatan lebih. Pria itu mengutamakan kehendak pribadinya tentang sesuatu yang mungkin tidak terlalu penting ditengah perdebatan mereka tadi.
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.
Rules 40 komentar, bab sebelumnya belum sampe 40, ga akan upd dulu sampe bab sebelumnya dan ini sesuai rules!
Buat yang malas komen, dasar medit semoga tarawehmu 100 rakaat.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love
FanfictionYunJae / GS / DLDR / Lil bit ANGST. Jaejoong = Jennifer = Jaejoong! No War.