"Aku tidak tahu!"
Jawaban itu lah yang mewakili segenap perasaan bingung dan berkecamuk atas asumsi sendiri. Jaejoong menjauh, ia melangkah ke balkon yang terbuka dan memandang keluar dengan liar. Rumah Yunho besar sekali, sekeliling dipenuhi dengan taman-taman dan beberapa bangunan yang masih menjadi bagian dari rumah mewah ini.
Bisakah benar-benar keluarga ini menerima dirinya dengan sangat baik, atau hanya baik di depan saja? Nah! Ia mulai lagi dengan berbagai hal yang ingin segera ia pecahkan. Satu-satunya cara agar mengetahui ketulusan keluarga Yunho hanyalah menikahi pria itu, tapi ia tidak mau dengan cepat. Ia ingin tahu sebelum pria itu menikah dengannya, andai bisa. Atau juga, apakah ketika menikah nanti ia diminta mengurus Nenek Young Ok? Astaga, hal ini terlintas begitu saja. Ia menggigit bibir bawah, dan terkejut ketika mendapati tubuhnya didekap dari belakang dan parfum pria itu langsung menyapa penuh indera penciumannya. Sejurus kemudian, tubuh Jaejoong rasanya meremang saat tengkuknya merasakan kecupan basah.
Yunho, pria itu dengan berani mendekapnya, dan sialnya tubuh Jaejoong diam saja tidak menolak kehadiran pria itu dan seolah memberi sinyal bahwa ia menerima dekapan Yunho. Ajaibnya, ia menyandarkan tubuh ke tubuh pria itu.
"Aku tidak ingin banyak berjanji dan memberimu banyak pengharapan atau pun ucapan manis, tapi aku bersungguh-sungguh, aku akan menjadikanmu satu-satunya, mendudukanmu dalam tahta tertinggi yang kupunya. Kau tahu, saat ini prioritasku adalah membuatmu membalas perasaanku, jadi aku ingin kita saling membuka diri satu sama lain, Darl. Kata aku mencintaimu saja tidak akan pernah cukup bagi wanita sepertimu iya kan? Lalu bagaimana lagi aku harus menunjukan cintaku padamu, katakan padaku agar aku bisa menggapaimu, hmm?"
Ucapan Yunho cukup dalam membuat aliran darah Jaejoong berdesir hebat. Bulu romanya pun semakin meremang. Ia menoleh dan hidungnya menabrak hidung mancung pria itu. Dalam jarak sedekat ini, Jaejoong mulai berdebar, ia rasa belum pernah merasakan debaran yang seperti ini. Cukup menenangkan dan bersemangat saat bersamaan. Ia dan Yunho bertatapan, dan Jaejoong merasakan bahwa kedua tangan Yunho menarik pinggangnya lebih menempelkan tubuhnya kepada pria itu. Lalu, pelukan itu semakin erat. Bisa kah ia mempercayai Yunho tentang yang diucapkan pria itu?
"Apakah ucapan cinta harus dikatakan dengan perkataan?" ini adalah tanggapannya kepada Yunho.
"Kebanyakan wanita kata aku mencintaimu adalah hal yang wajib, disamping itu juga diperlukan usaha untuk menunjukannya. Aku melakukan keduanya agar semua jelas bagi kita, aku juga menunjukan keseriusanku, membawamu kekeluargaku, apa aku harus menyiarkan kepada seluruh warga Korea bahwa aku mencintaimu, jika itu yang kau mau maka aku akan memasang iklan baik di media cetak ataupun media elektronik, bagaimana?"
Jaejoong terbelalak, apakah harus seperti itu. Ia tidak perlu sampai harus seheboh itu. Maksud Jaejoong, Yunho bisa membuktikan tentang niat penuhnya, andai mereka benar menikah pria itu memperlakukan dirinya dengan baik. "Kau tidak perlu membuat heboh seluruh Korea!"
"Lalu bagaimana?"
"Aku ingin kau menuliskan sejumlah poin di hadapan pengacara saja, misalnya ketika J-One tidak bisa mengembalikan investasi penuh, dan kau mengambil alih perusahaan J-One, maka aku ingin kau menjadikanku salah satu pemegang kursi bagus di J-One, aku tidak ingin melihat orang tua angkatku hancur, lalu aku tidak bersedia kau dua kan, jika itu terjadi kau harus menyerahkan J-One padaku dengan penuh. Aku tidak akan menuntutmu untuk memberiku uang bulanan dengan jumlah kisaran, tapi aku ingin kau perlakukan dengan baik. Tidak ada metode perbudakan selama kita menikah, harus berkompromi dalam mengambil keputusan. Menurutku, menikah bukan lah ajang perlombaan. Tetapi, aku ingin menikah dengan pria yang satu visi dan misi denganku."
Ini adalah perbincangan panjang bagi Jaejoong. Ia tidak mau mengiyakan menikah begitu saja. Apalagi, nampaknya orang tua Yunho akan menuntut membahas itu sesegera mungkin. Ia harus memastikan bahwa Yunho memang menunjukan aksi cintanya dengan sungguh-sungguh.
Tersenyum, Yunho harus akui bahwa Jaejoong pandai bernegosiasi. Apa yang diinginkan wanita itu dan tertulis di depan pengacara, sungguh poin luar biasa. Jaejoong tidak membicarakan tentang tunjangan yang akan diberikannya, tetapi poin pelanggaran yang tertulis kelak sangat menguntungkan Jaejoong, melepaskan J-One jadi milik wanita itu dan memberi kedudukan besar di J-One ketika ia menguasai perusahaan itu bukanlah hal main-main. Ini bak terencana. Ia patut memuji wanita ini ahli strategi.
"Apa visi dan misimu dalam pernikahan hmn?"
"Pertama, aku tidak ingin adanya perbedaan kasih sayang kelak andai aku melahirkan anak-anakmu, maksudku aku tidak ingin kau lebih sayang si a ketimbang si b, semua harus sama!"
Mengangguk, bagi Yunho itu bukan masalah besar. Tetapi, pria itu tidak tahu bahwa hal semacam itu adalah problematik bagi Jaejoong.
"Okay, lalu?"
"Semua urusan rumah tangga harus kita bicarakan berdua. Dan, aku ingin tinggal terpisah dari orang tua kita masing-masing agar kita lebih mandiri dan—"
"Aku punya apartemen yang menghadap ke Sungai Hangang, apa itu cukup?"
Jaejoong memandang Yunho sejenak, ia tidak mengerti dirinya sekarang. Mengapa mereka malah membicarakan tentang poin pernikahan? Astaga...
"Uungh baiklah, lalu aku berhak memutuskan kapan aku ingin memiliki anak serta—"
"Aku tidak bisa menerima poin ini, aku ingin kita memiliki anak sesegera mungkin ketika menikah. Lalu, setelahnya aku bisa mentolerir jika kau ingin mengatur jaraknya lebih dahulu, aku ingin kau sedikit menimang keinginan keluargaku, kau dengar bahwa Nenekku ingin melihat cicitnya, aku ingin membuat dia senang dengan cicit yang akan dimilikinya."
Nah, Jaejoong tidak menyangka bahwa Yunho seblak-blakan ini, ia tidak tahu harus menanggapi apa sekarang. Tapi, ia paham maksud Yunho. Ia ingin melihat membuktikan sendiri Yunho benar mencintainya sebelum ia mengandung anak pria itu. Well, ternyata pengharapan tentang cinta itu masih tidak padam.
"Kita bicarakan itu nanti, lagi pula kita tidak menikah secepat itu."
"Kau salah besar, Darl. Justru pertemuan ini kita akan membahas pernikahan. Orang tuaku akan mengurus semuanya, kau dan keluargamu duduk santai saja, semua akan beres tanpa kau bersibuk ria."
Mendengar itu, wajah Jaejoong berubah. Ia mengubah posisi sedikit sehingga menghadap Yunho dan pelukan pria itu terlepas. Jaejoong baru sadar kembali bahwa tadi ia dipeluk mesra pria itu. Tiba-tiba pipinya memerah seperti tomat, dan ia menunduk. Apakah ia dan Yunho akan menikah secepat itu?
"Kau manis sekali ketika sedang bersemu merah, rasanya aku tidak sabar untuk memakanmu!"
Terbelalak, Jaejoong tidak tabu mendengar istilah itu. Ia mengurus klub dan hal semacam itu acap kali ia dengar. Ia meremang lebih dari yang tadi, kemudian ia terkejut ketika pinggangnya dipeluk Yunho lagi. Apakah pria itu akan memakannya dengan serius.
"Tidak ada seks sebelum menikah!" dengan cepat, Jaejoong mengatakan ini, ia hendak menjauhkan tubuh Yunho darinya tapi tubuhnya kembali berkhianat, ia malah semakin menempelkan dadanya di bagian tubuh Yunho antara dada dan perut pria itu.
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.
I'm seriously, kalau bab ini ga capai penargetan 40 komen dan ga pake cara spam sampe ke 40 ( lebih dari 5 gitu dan biar cepat sampe ke 40 ga keitung!) dengan berat aku ga lanjut wp lagi ini FFnya, lengkapnya cuma bakal ada di pdf aja sudah.
Sorry, not sorry. Baru tahu aja sesusah itu ternyata buat leave comment sama voted.
Better FFN dulu jadi kan, jujurly sejak di wattpad emang yang comment itu paling dikit. Di FFN we can collect comment sampe ribuan cuma dalam belasan chapter.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love
FanfictionYunJae / GS / DLDR / Lil bit ANGST. Jaejoong = Jennifer = Jaejoong! No War.