Bab 20

836 162 34
                                    

Sekerasnya ia menolak agar tidak bertemu dengan orang tua Yunho. Sekeras itu juga Yunho memaksanya. Ia langsung dibawa ke sebuah butik, memilih pakaian yang menurut Yunho cocok untuk bertemu dengan keluarganya. Kemudian, dibawa ke sebuah salon di dandani senatural mungkin, Jaejoong tidak bisa berkutik. Ia bukannya tidak ingin bertemu mereka, hanya saja ini terlalu tiba-tiba. Mengapa Yunho tidak mengatakan di pesan tadi sehingga ia bisa mempersiapkan hati.

Benar, persiapan diri dari penampilan bukanlah yang membuat Jaejoong gentar, melainkan persiapan tentang hatinya. Bagaimana jika ketika ia tiba dan mendapat penolakan? Yunho bisa saja mengatakan mereka merestui hubungan mereka di depannya, tidak ada yang tahu saat ia tiba nanti di saja. Wajah sinis, perlakuan kasar dan ah ia tidak tahu harus menjelaskan bagaimana lagi tentang penolakan.

Bahkan sekarang tangannya dingin, ia memegang tas yang dibawanya sejak dirumah dengan erat. Ia tahu bahwa mesin mobil Yunho baru saja berhenti, bertanda mereka sudah tiba di rumah keluarga Yunho. Jaejoong menunduk, ia tidak berani memandang, sejak memasuki gerbang utama saja ia masuk lebih dalam, itu berarti rumah pria ini sangat besar dan tentu saja mewah.

"Kita sudah sampai, Darl," ujar Yunho dan tersenyum memandang Jaejoong. Tidak ada rasa bosan memandangi wanita bak bidadari ini baginya.

"Sebentar Yun!" Jaejoong menahan tangan Yunho, kala pria itu hendak turun dari mobil. Ia menatap lekat wajah Yunho dan nampak sekali bahwa ia grogi.

"Tidak akan terjadi apa-apa, aku jamin!"

Menggeleng, Jaejoong tidak bisa menelan itu bulat-bulat. Ia berucap dengan suara sedikit lebih pelan, "Kita tidak tahu bagaimana ke depan, bagaimana reaksi mereka saat melihatku, dan aku? Aku tidak ingin menaruh harapan sehingga rasa sakit itu tidak ada. Tapi, sekeras-kerasnya aku berusaha agar tidak menggantung sedikitpun harapan, namun tetap saja secercah pengharapan itu ada. Meski kecil, namun berdampak sangat besar andai kekecewaan itu datang menyapa."

Mengarahkan tubuhnya ke dekat Jaejoong, Yunho mengusap lembut surai wanita itu. Ia mengerti mungkin Jaejoong tidak sedang percaya diri, dan memang hal ini bak sedang berada di ruang ujian. Ia pun mengatakan dengan tiba-tiba dengan maksud agar Jaejoong tidak bisa menolak. Ya, Yunho takut jika ia memberitahu lebih dahulu maka kekasihnya ini akan banyak alasan. Sementara dirinya ingin cepat memamerkan kepada seluruh dunia bahwa wanita ini adalah wanitanya.

"Tidak ada kekecewaan, aku serius. Ayo turunlah, aku akan genggam tanganmu terus, kau tahu aku bahkan rela menukar bumi dengan mars asal bisa denganmu, hmm?"

Kelakar Yunho membuat Jaejoong sedikit tergelitik. Jaejoong tertawa kecil, dan Yunho mengusap pipinya sebelum turun dari dalam mobil. Pria itu berkitar dan membuka pintu mobilnya. Jaejoong langsung melihat beberapa wanita berlarian keluar dari dalam rumah. Ia terpana sejenak melihat deretan wanita memakai seragam yang ada tepat di teras rumah besar Yunho. Ya, sudah seperti dugaan Jaejoong, rumah ini mewah sekali. Berbentuk mansion dengan ada bangunan-bangunan anak disekitarnya.

Yunho langsung menggenggam tangannya yang dingin. Jaejoong menoleh kepada pria itu, grogi semakin menjadi-jadi setiap kali langkah Jaejoong berayun, genggaman hangat tangan Yunho memang cukup membuat ia sedikit lebih baik, tapi ia pun semakin merasakan perasaan konpleks seiring mendekatnya memasuki kediaman Yunho.

"Tuan Muda, Nyonya besar dan Nyonya senior serta Tuan Besar sudah menunggu di ruang keluarga," pemberitahuan ini diberitahu oleh seorang pria yang mungkin setara usia ayah Jaejoong.

"Terima kasih Pak Nam," sahut Yunho dan menyunggingkan sebuah senyum.

Lagi, Jaejoong dibawa masuk ke dalam rumah, melewati ruang tamu yang mewah dan besarnya bukan main, ia lantas dibawa berbelok sedikit dan pintu besar langsung dibukakan oleh seorang asisten rumah tangga yang berdiri di sana. Serius, Jaejoong nyaris tercengang, ini bak istana yang setiap tempat ada orang yang dipekerjakan.

Tatkala langkah kaki Yunho terhenti, Jaejoong tahu mungkin di depan sana ada keluarga pria itu. Ia sejak tadi hanya berani menunduk sembari melirik kecil, tetapi kali ini Jaejoong tidak berani menilik ataupun melirik je depan. Ia tidak berani.

"Jadi ini orangnya?"

Pertanyaan itu terlontar dari suara pria. Jaejoong tahu, itu pasti ayah Yunho. Ia tiba-tiba semakin grogi meningkat dari sebelumnya, bahkan tangannya terasa lebih dingin dan kakinya ingin segera melarikan diri.

"Benar, dia orangnya Woosung-ah, kau berhasil menemukannya Yunho, Nenek senang sekali," wanita tua itu tersenyum lebar seraya memandangi Jaejoong. Meski wanita itu menunduk, tapi wajah Jaejoong bisa dilihatnya dengan jelas, bahkan ia pun sudah melihat photo wanita ini dari Yunho sebelumnya, maka dari itu sang nenek tanpa ragu membenarkannya.

"Darl, coba lah angkat kepalaku sedikit, mungkin ibuku ingin menyandingkan kecantikannya dengan kecantikanmu, hmm?" Yunho berbicara dengan Jaejoong, ia mengangkat dagu Jaejoong agar wajah sang kekasih terlihat jelas di depan keluarganya. "Dia grogi sekali, tangannya sangat dingin bak es batu," ujar Yunho, ia tidak ingin membuat Jaejoong semakin gugup, toh memang keluarganya menerima wanita ini dengan tangan terbuka.

"Astaga, Nona manis, kau tidak ingat denganku?"

Jaejoong terkejut mendengar panggilan itu ditujukan untuknya, ia memang tidak biasa dipanggil demikian, namun kalimat yang menanyakan bahwa dirinya tidak ingat membuat Jaejoong terkejut sekali. Spontan ia mengangkat kepalanya lebih dan memandang sekitarnya. Ada tiga orang yang duduk di sofa dan ia cukup terkejut saat melihat wajah sang nenek yang tersenyum kepadanya.

"Nenek?" Jaejoong berucap dengan pelan, ia ingat wajah nenek itu. Nenek yang ditemukannya tergeletak di pinggir jalan lalu dengan panik ia membawa sang nenek ke hospital, menunggui hingga nenek itu terjaga dan membayar semua administrasi yang ada. Lalu, saat ia hendak kembali menemui sang nenek, ia mendengar bahwa mereka sudah bisa menghubungi keluarga sang nenek.

"Jadi kau masih ingat aku, iya kan Nona manis yang membantuku saat aku tidak sadarkan diri," Nenek Young Ok sangat senang ketika Yunho mengatakan berhasil menemukannya sang penolongnya. Entah mengapa ia jatuh hati pada wanita ini sejak melihat wajahnya pertama kali. Tidak bisa Young Ok lupakan kala mimik wajah cantik itu terlihat tidak baik-baik saja, ada ketulusan yang dirasakan Young Ok di kedalaman manik mata Jaejoong.

"Yun-Yunho—"

"Benar, dia Nenekku. Nenek sangat ingin dekat denganmu karena membantunya, dia sangat berterima kasih dan setiap hari mengatakan andai aku menikah dengan wanita baik dan cantik seperti penolongnya. Jadi, aku meminta agar mengecek CCTV serta bukti pembayaran administrasi, ditanda tangani oleh Jennifer dan rekaman CCTV memperlihatkan wajahmu dengan jelas. Aku berusaha mencari-cari nama Jennifer, tapi tidak menemukan dirimu, kebetulan sekali kita bertemu di sana Darl, aku pun langsung mengenali wajahmu!"

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Loncat bab? Hmm, lets see bab 18 dulu kenapa jadi loncat.

Open Pre-order Crazy Love, masih ya genk, berminat cus wa atau dm aja!

.
.
.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang