Yunho menunggu Jaejoong di depan teras rumah wanita itu, ia sebenarnya dibolehkan masuk oleh penjaga pintu depan, hanya saja rasanya tidak etis jika ia masuk, jadi ia memutuskan menunggu Jaejoong di depan teras saja. Mengirim pesan kepada wanita itu bahkan menelepon Jaejoong, tapi hasilnya nihil. Teleponnya di tolak, pesannya tidak dibalas. Ia tidak tahu apa lagi sekarang yang harus dilakukannya, apa ia harus bertingkah kasar? Tidak, ia harus sabar. Jika mengambil sikap kasar ia takut saja Jaejoong tidak menyukainya.
Berusaha terus mengirim pesan kepada Jaejoong, Yunho memutuskan tidak akan kembali andai wanita itu tidak keluar menemuinya. Ia tidak akan menyerah begitu saja, permasalahan tadi harus selesai sekarang juga bagi Yunho. Dan, kala mendengar langkah kaki menyentak dari dalam, Yunho tersenyum, itu pasti pacarnya yang sedang marah.
Benar saja, kala pintu dibuka sosok cantik itu lah yang ada di depannya. Wajah masam dan terlihat acuh tak acuh sangat terpampang dengan jelas. Yunho tersenyum lebar, ia mendekat kepada Jaejoong dan meraih tangan wanita itu, ditepis. Tangannya ditepis Jaejoong, ia tidak berhenti begitu saja dan meraih tangan wanita itu lagi.
"Kau marah? Marah sekali? Aku minta maaf," ucap Yunho segera.
Jaejoong sendiri tidak paham mendapati dirinya semarah ini dengan Yunho. Berulang kali ia memperingati diri agar tidak mempedulikan apa yang dilakukan pria itu diluar sana, tapi tetap saja tidak bisa, malah ia semakin marah ketika membayangkan adanya wanita di sana menemani Yunho. Amarah itu seketika meluap menjadi-jadi.
Tadinya, ia tidak mau menemui pria ini namun membaca pesan bahwa Yunho tidak akan kembali sebelum bertemu dengannya membuat Jaejoong terpaksa keluar. Ia tidak mau ada keributan yang terjadi.
"Maaf untuk apa? Kau tidak melakukan salah iya kan?" niat Jaejoong ingin berkata demikian sesantai mungkin, tapi hasilnya ia malah telak sekali sedang ketus dengan Yunho.
Yunho memegang tangan Jaejoong dan mengusap-usap tangan putih nan bersih Jaejoong, ia memandang wajah cantik yang sedang marah kepadanya ini dengan lembut. "Aku tidak melakukan apa-apa sungguh, aku hanya minum cola, aku tidak tahan minum alkohol, Sayang aku—"
"Kau tidak perlu menjelaskan kepadaku, kita tidak dalam hubungan yang sedalam itu, aku hanya lah wanita yang kebetulan kau klaim sebagai pacarmu dan ingin kau nikahi, itu saja, iya kan?"
Semakin ketus, Jaejoong sadar betul semestinya pembawaannya tidak demikian. Ia tidak menyukai Yunho, tidak juga merasa mencintai pria itu. Ah, berbicara cinta ia saja tidak tahu bagaimana perasaan yang digadang-gadangkan tiap orang indah itu, Jaejoong hanya tahu bentuk cinta itu menyakitkan.
Sungguh, ia tahu diri bahwa ia tidak berhak bersikap seperti ini kepada Yunho. Ia menyerahkan diri pada pria itu dengan alasan tidak ingin membuat kekacauan lebih dan menyelamatkan orang tua angkatnya sebagai bentuk cinta yang diberikannya kepada mereka. Karena alasan demikian, ia tahu bahwa pemegang kendali kuat adalah Yunho, akan tetapi tetap saja ia tidak suka dan merasa marah karena pria ini ke klub.
"Kau cemburu?"
"Cemburu?!" Jaejoong terbelalak kemudian tertawa kering menolak persepsi Yunho atas tindakannya. "Tidak! Sama sekali tidak, meski kau berduaan dengan wanita mana saja aku tidak peduli!"
"Serius?"
"Ya!"
Yunho tertawa, ia gemas dengan tingkah Jaejoong. "Sudah semarah ini masih bicara yang tidak-tidak? Sayang, ayo aku antar kau ingin kemana tadi?"
"Tidak perlu! Aku tidak marah! Pergi lah!" Jaejoong merasa intonasi suaranya meninggi dengan sendirinya. Apa ia masih marah sekali dengan Yunho?
"Kemana, Darl?"
Menatap sekilas Yunho, Jaejoong menarik tangannya dari pria itu. "Terserah kau, mencari wanita untuk menghiburmu di klub!"
"Astaga," Yunho bukannya marah, ia malah tertawa. Puas sekali melihat wajah memerah karena marah Jaejoong. Tadinya, ia mengira bahwa cinta ini sepihak saja, namun ia berhasil mengakhiri cinta sepihak yang sejauh ini ia lakukan. Dengan kemarahan Jaejoong adalah bukti bahwa wanita itu cemburu, bukankah cemburu menandakan bahwa Jaejoong memiliki perasaan padanya juga. "Sayangku, aku ingin berduaan denganmu saja, bagaimana?"
Jaejoong menatap Yunho dengan tajam dan menjawab dengan lebih ketus. "Banyak wanita yang bisa kau dapatkan aku—"
"Aku akan mencium bibirmu jika kau bicara yang tidak-tidak," sela Yunho, dan hal ini efektif. Jaejoong langsung mengatup bibirnya rapat, sungguh lucu sekali. "Dengar, aku tidak dengan wanita manapun, tidak ada wanita di ruangan kami, seperti saat itu, wanita yang ada hanya kau. Aku tidak tahu jika mereka memanggil wanita setelah aku keluar, tapi percayalah aku bersih. Aku juga tidak mabuk, tidak ada bau alkohol dariku kan? Serta tidak ada parfum wanita."
Menjelaskan, Yunho rasa ini bagian pentingnya agar Jaejoong tidak marah. Wanita itu menatapnya sedikit menurunkan emosinya. Ia mendekat kepada Jaejoong dan memperhatikan Jaejoong, wanita itu nampak mulai membauinya. Ia tersenyum, karena memang tidak ada jejak wanita manapun dipakaiannya.
"Tidak ada, iya kan?"
Dari yang dicium Jaejoong, memang tidak ada bau mencurigakan, ia menatap lekat Yunho. Rasa percaya kepada pria itu muncul dan meredam emosinya saat ini. "Tunggu di sini," ujar Jaejoong, ia kemudian masuk ke dalam rumah dan berlari kecil.
Sejujurnya, ia baru menyadari bahwa ia menemui pria itu hanya dengan celana pendek serta tank top, ia segera menuju ke kamarnya, mengambil salah satu dress secara acak dari dalam lemarinya. Tadinya, ia hendak mengambil dompet dan ponsel, tapi ia mengurungkan niat itu dan mengambil lipstik lantas menyapukan ke bibirnya, sedikit bedak serta parfum. Ia kemudian meraih dompet dan ponsel, lalu keluar, Jaejoong menghentikan langkahnya dan menuju ke walk in closet milik Ahjoong, sebagian ia menyimpan barang miliknya di sana. Namun, ia berhenti lagi di depan pintu walk in closet dan menggeleng, ia tidak boleh memakai high heels, toh ia baru saja marah dengan pria itu, Jaejoong memutuskan akan memakai sandal yang ada di depan saja.
Menuruni anak tangga, ia berusaha bersikap biasa saja saat menghampiri pria itu dan mengambil sandal yang ada di rak sepatu depan.
Yunho memperhatikan Jaejoong, pacarnya dengan cepat mengganti baju, dan parfum wanita itu juga tercium. Ia tersenyum miring, wanita ini sudah berhenti marah iya kan?
"Kita kemana Sayang? Ada sesuatu yang kau inginkan?"
Jaejoong selesai memakai sandalnya, ia menatap Yunho dan menjawab dengan polos, "Aku lapar, aku juga ingin ke supermarket membeli keperluan pribadiku, tapi aku tidak berani keluar sendirian sekarang."
"Aku juga melarang kau keluar sendirian, kan?"
Jaejoong mengangguk, "Kau mau mengantarku?"
"Kemana saja, Darl. Keliling duniamu akan kulakukan, bahkan jika manusia bermigrasi ke Mars dan kau ikut ke sana, maka aku juga akan ikut denganmu."
Jaejoong ingin tertawa mendengar rayuan gombal Yunho. Ia menggeleng pelan dan menjawab, "Aku tidak mau ke Mars, ke rumahmu saja dan perkenalkan kepada orang tuamu jika kau menganggap aku pacarmu dengan serius!"
Nah, ini tantangan Jaejoong kepada Yunho, pria itu mengatakan ingin menikahinya tapi tidak mengenalkan kepada orang tuanya. Ia bukannya ingin sekali dinikahi Yunho, tapi ia sedang menyelamatkan harkat dan martabatnya. Ia tidak mau pria itu bermain dengannya. Meski ia menyerah pada pria itu, tapi ia tidak mau menyerah pada diri sendiri, ia ingin diperlakukan denga layak sebagai seorang wanita, bukan sekedar mainan dan penghibur bagi pria itu saja. Jika Yunho ingin bermain-main dengannya, maka pria itu memilih mainan yang salah, ia tidak akan diam andai Yunho mempermainkan dirinya.
"Aku sedang menunggu kau mengatakan ini, Sayangku. Kukira kau akan lama memintanya dariku, baiklah aku akan memberitahukan orang tuaku bahwa mereka akan kedatangan calon menantu mereka, bersiaplah!"
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana", no edit.
So sorry karena loncat. Udah ditungguin biar komen pas, tapi ya pada pelit.
Rules 40 komentar.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love
FanfictionYunJae / GS / DLDR / Lil bit ANGST. Jaejoong = Jennifer = Jaejoong! No War.