3. marah(1)

0 0 0
                                    

Aku membersihkan kamarku setelah mandi dan bersihin rumah sebelum berangkat tak lupa aku membuat sarapan pagi sebelum berangkat sekolah, biasanya aku selalu membuat nasi goreng favorite kami berdua

"dah siap sekarang aku panggilin derex lah buat makan"ujarku seraya berjalan ke kamar derex, kamar kami bersebelahan aku bernuansa biru seperti air laut sedangkan derex dia menyukai warna hitam katanya ini kamar anak gamers.

Krek!
Aku pun mendapati kamar derex yg sudah rapi tanpa debu sedikitpun dikamarnya , mataku melotot melihat derex yg sudah tidak ada dikamar nya itu " Dimana derex?"tanyaku panik.

Aku pun mencari derex di kamar mandinya, dibawah kasur, tapi tidak kutemukan batang hidungnya sedikitpun
"Eh apa itu?" Tanyaku bingung. Aku melihat ada sepucuk surat bewarna kuning di ujung meja tempat belajar derex.

Aku pun berjalan menghampiri surat yg mencurigakan itu, aku pun melihat nama yg tertera di dalam surat itu.
-untuk dera-
Maaf, aku harus berangkat duluan soalnya ada urusan mendesak yg harus aku urus aku dah berangkat dari rumah jam 6 pagi ini maaf kalo aku buat kau khawatir.

Mataku membelalak saat membaca isi surat itu"urusan mendesak?"tanyaku heran. Aku pun mencekram kertas itu dan merobek kertas tersebut.

"Awas aja kalo aku ketemu derex di sekolah, aku marahin dia seenaknya aja pergi tanpa pamit ke aku dulu" Ujarku dengan mencekram kedua tanganku.

aku pun segera bersiap siap berangkat sekolah jam menunjukkan pukul 06.27
"Ah tinggal 2 menit lagi setengah tujuh, aku harus cepat nih"aku pun segera mengambil tas ku di dalam kamar tak lupa aku berkaca dan membenarkan rambutku yg berantakan sedikit di bagian atas rambutku " Ah dah siap waktunya berangkat"ucapku penuh semangat.

Krek!
Aku pun mengunci pintu rumahku dan menyimpan kuncinya di dalam saku rok ku.

"DORR!!" teriak seseorang dibelakang ku yg membuatku terkejut setengah mati.

"BAPAK KAU HILANG" teriak ku dengan jantung yg tak beraturan. Aku pun membalikkan badanku dan ternyata itu Bima, Bima pun tertawa lepas sambil memegang perutnya akibat ketawanya itu. Aku pun memukul Bima kuat kuat dibagian tangannya.

"Au sakit tau ra?"rengeknya yg membuatnya berhenti ketawa.

" Yah, elu sih buat gue kaget aja"jawabku malas dan melipat kedua tanganku kedada.

"Yah, habisnya elu lucu sih kalo gue kagetin hahaha, dasar ternyata kebiasaan elu kagak hilang yah? Selalu aja ada kata mutiara lo setiap lo kaget"ucapnya dengan ketawa simpul di wajahnya itu. Aku pun hanya cengengesan karna malu.

" Appansih lu"jawabku dengan menyenggol tangan bima.

"Oyah? Mana derex? Kok dia gada?" Tanya bima penasaran.aku pun menghela napas berat "yah, itu dia katanya berangkat duluan" Jawabku dengan nada sedikit sedih. Bima pun yg melihat ku murung langsung memukul punggung ku"udah udah, tumben lu cemberut kayak gini kenapa?".

"I-tu kami berdua udah jarang banget berangkat bersama, padahal dulu kami sering banget waktu SMP berangkat bareng tapi semenjak sma dia katanya malu takutnya dikira pacar" Jawabku panjang lebar sambil menundukkan kepalaku kebawah dengan ekspresi sedih.

Bima pun hanya bisa diam setelah mendengar perkataan ku, aku pun melihat Bima yg hanya diam saja saat aku bicara langsung meneriaki nya "oi Bima? Kok lu diam aja sih" Teriakku dengan nada sedikit kesal.

"Eh, bukan gitu? Menurut gue mungkin dia butuh perhatian lebih dari lu soalnya kan orang tua kalian kan di luar negeri waktu kalian sma kls 1 jadi otomatis dia ngerasa kalo didunia ini dia cuma sendiri makanya dia bilang kek gitu ke elu".

Aku pun yg mendengar hal itu dari mulut Bima ngerasa bersalah " Perhatian yah?"jawabku lemas.emang sih akhir akhir ini kami berdua udah jarang makan bersama, ngobrol akrab kek dulu lagi apalagi pulang bersama "keknya hubungan aku ama derex udah sedikit merenggang" Gumamku lesu.

DERA and DEREXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang