13. sadar

0 0 0
                                    

Tiba tiba dari ujung ada yang memanggil gadis tersebut dengan sebutan lena.

"LENAAA!!"

"KAMU KOK TINGGALIN TEMPAT TIDUR KAMU? KAMU TAU GAK KAKAK PANIK NYARIIN KAMU DARI TADI?!!" teriak pria itu menahan tangis.

ia mengira jika adiknya pergi ke tempat yang ia tidak tau. Ia sangat paham apa yang di rasakan adik semata wayangnya itu. ia takut terjadi sesuatu kepada adiknya itu.

Aku melirik pria tersebut, dia sangat tinggi melebihi diriku tubuhnya sangat atletis dan juga punya mimik wajah yang bagus, pakaian nya sangat rapi dan berkelas. apakah dia artis?.

"M-maaf kan Aku kakak?!"

"Ah ya sudahlah yang penting bagi kakak  kamu gak kenapa kenapa itu sudah cukup bagi kakak"

Pria itu melirik diriku yang duduk bersama adiknya yang bernama lena itu.

"Ah kamu?"

"Ah kakak! Dia itu kakak baik berkat dia Aku udah gak takut operasi lagi" Ucap lena dengan senyum manis yang terukir di wajahnya itu.

"Lena?! T-tersenyum?!

"Pasti gadis ini udah memberikan hadiah yang tidak bisa kuhadiahkan kepada adik ku lena"

"Ah kalau begitu sebagai tanda terima kasih Aku akan mentraktirmu makan bagaimana?" Tawar pria tersebut.

"Ah tidak usah terima kasih karena aku kesini bukan tanpa alasan, aku sedang menjaga adik ku dirumah sakit ini" Jawabku dengan menolak permintaan cowok tersebut. cowok itu hanya tersenyum simpul.

"Ah begitu... " Pria itu merogoh koceknya seperti mencari sesuatu.

"Ah ini kartu namaku kau bisa meminta bantuan ku kapanpun".

Kartu nama? Padahal aku hanya membantu dalam hal kecil, kenapa dia terlalu berlebihan seperti ini? Apa aku terima saja kartu nama itu... Ah sudah lah terima saja lagi pula hanya kartu nama saja.

Aku pun mengambil kartu nama itu dan langsung menaruhnya di kocek celanaku. Pria itu dia hanya tersenyum karena aku mengambil kartu nama nya.

"Ah baiklah kalau begitu sebelum kami berdua pergi siapa namamu?"tanya pria itu yang membuat ku semakin bingung.

"Ah namaku dera"

"Kalau namaku azka senang bertemu denganmu.aku akan selalu mengingat
jasa mu ini"

Apa apaan pria ini?Aneh kali sikapnya seperti ngomong sama atasan saja.

Aku pun melirik sekali lagi style pria ini, mana mungkin ada seorang pria yg memakai jas kerumah sakit seperti nya orang ini bukan rakyat biasa apa dia benar seorang artis?

"Jangan bicara terlalu formal, Aku hanya membantu sesama jadi jangan berlebihan seperti ini", Aku sungguh tidak nyaman jika Ada orang yg membuatku merasa terbebani apalagi berbicara secara formal.

Ha? Barusan gadis ini meminta ku jangan berbicara formal? Apa dia tidak tau siapa aku? padahal banyak orang yg mengenaliku tapi gadis ini tidak? Menarik!

"Maafkan atas kel-, eh maksud saya , saya minta maaf sebelumnya kalau begitu kami berdua pamit ya, permisi"pria itu pamit kepadaku dan menyuruh adek nya lena segera pamit kepadaku.

"Ayok lena, sebentar lagi kamu harus di operasi"

Lena pun menunduk dia masih belum bisa menerima kalau sebentar lagi dia akan di operasi.

"Ah baik kakak, k-kalau begitu kami berdua pamit kakak, sekali lagi m-makasih".

Aku tau kalau Lena dia masih takut akan operasi, tapi aku harus menyemangatinya dia mengingatkan ku pada derex, masa kecil dihiasi dengan penuh ketakutan.

"Lena, lena gaboleh takut karena operasi itu hanya operasi kecil jika lena takut terus siapa yg semangatin kakaknya, kasihan kakak lena sedih terus mikirin lena.Iya kan?", aku pun berusaha membujuk gadis manis itu, dia tidak boleh takut oleh sesuatu yg belum di cobanya aku takut pas dia besar nanti dihantui oleh kejamnya rumah sakit ini seperti diriku. Cukup diriku saja yg merasakannya.

Grap!
Lena memelukku dengan erat dan membisikkan sesuatu di telinga ku"terima kasih karena sudah memberiku semangat kakak, b-berkat kakak aku jadi gak takut operasi lagi aku harap aku bisa jumpa kakak di lain waktu, terima kasih banyak kakak".

Mereka berdua pun pamit dan pergi dengan melambai lambaikan kedua tangannya kepadaku, aku hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.

Oh iya aku lupa! Sudah berapa lama aku di taman rumah sakit ini, pasti suster itu sudah lama menunggu ku aku harus bergegas!

Drap! Drap! Drap!
Aku mendapati banyak suster yang mengerumuni ranjang derex. Apa yang terjadi? Apakah derex di-

Aku langsung menepis pikiran jahat yang ada dikepalaku. Tanganku di tarik oleh salah satu suster disana. Ia memegang tanganku dengan erat seperti memberitahukan sesuatu kepadaku.

Para suster disana tersenyum dan pergi meninggalkan diriku yang masih mematung hanya tersisa satu suster dan ia berbisik kepadaku.

"Adek anda, dia tadi siuman tapi sepertinya dia tidur lagi mungkin kepalanya masih syok akibat benturan"

"Anda bisa menunggu nya sampai dia bangun" jawab suster itu pergi setelah memeriksa keadaan derex.

"M-makasih sus"

"Siuman? Itu sudah lebih dari kata cukup" bisik batinku bahagia.

aku memandangi derex yang terbaring dengan banyak perban dan juga selang itu dengan tatapan sedih sekaligus senang.

"Padahal kau masih semuda ini rex, tapi kau sudah mengalami ujian yang sangat berat" jawabku lesu berusaha tegar didepan derex.

"Sebagai kakakmu aku ngerasa gagal menjagamu" sambung ku lagi dengan perasaan yang tidak karuan.

Aku mengucek mataku sedikit ngantuk, sudah berapa lama aku tidak tidur? Sepertinya aku harus segera tidur. tapi jika aku tidur siapa yang akan menjaga derex? Huh! Lebih baik aku menahan ngantuk ku saja.

Aku meminum segelas air dan teringat dengan perkataan suster sebelumnya

"Adik anda dia kini sedang tertidur mungkin dia akan bangun beberapa saat lagi. Jadi anda harus sabar untuk menunggunya siuman"

Aku menatap keluar jendela sambil tersenyum"saat kau sadar nanti, mari kita buat lebih banyak kenangan indah bersama. Kenangan yang hanya ada hal indah untuk di kenang dan meninggalkan hal yang sudah lalu"

Setelah mengucapkan kalimat itu aku tanpa sadar tertidur di atas ranjang derex dan mengalami mimpi yang sedikit aneh, aku bermimpi bahwa derex memanggil namaku dengan lembut seakan mimpi ku terasa nyata.

Seketika aku terbangun!

aku memegangi kepalaku sedikit syok!

"Huh, cuma mimpi kukira nyata"

"D-dera?"

Deg!
S-suara itu? Aku melihat kearah derex yang sudah terbangun. Dia terlihat seperti menungguku untuk bangun.

Tanpa sadar aku meneteskan air mataku, tapi kali ini berbeda! Kali ini tangisanku bukan tanpa alasan. Kini tangisanku sebagai perasaan bahagia karena melihat derex yang sudah bisa memanggil namaku.

"D-derex kau sudah sadar?"

Derex terdiam melihat diriku  yang memasang wajah khawatir dan sangat sedih itu.

"D-dera? apa yang terjadi?"

Aku menghapus air mataku secara kasar.

"Huh! Dasar bodoh! bisa bisa nya kau tidur selama itu, kau tau menunggumu disini tanpa kepastian itu huh!"aku tidak bisa melanjutkan perkataan ku dengan lengkap karena air mata ini menganggu pembicaraan ku.

"terima kasih"lanjutku.

Aku memeluk derex dengan erat untuk melepaskan kerinduanku akan dirinya. derex terkejut namun tak bisa berkata apa apa.

DERA and DEREXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang