17. ungkapan

0 0 0
                                    

aku pun berpamitan untuk pergi ke sekolah dengan derex. Aku sudah menyiapkan makanan siang untuk dia makan dan obat yg harus dia minum 2 kali sehari semua sudah aku persiapkan. yah, walaupun sebenarnya aku dah telat 10 menit dari jam yg ditentukan tapi mau gimana lagi.

Aku pun merekatkan tali sepatuku dan bergegas pergi.

"Derex gue pergi yak! Assalamualaikum", aku pun langsung pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban salam dari derex.

" Waalaikum sala-".dasar, baru juga gue mau jawab salam nya dh pergi duluan.

aku tidak berangkat bareng mika dan bima mereka sudah berangkat dari tadi karna mereka berdua ada jadwal piket hari ini.

Kini aku sudah didepan gerbang pagar pintu sekolah, sudah kutebak pasti pagar nya di kunci seumur hidup baru kali ini aku telat. Hancur sudah aku jadi murid teladan.

Aku pun menggoyang goyangkan gembok yg ada di pagar dan berusaha membukanya namun hasilnya nihil tidak berhasil sama sekali.

Aku melirik kantor security tapi security sama sekali tidak ada, ck kemana dia? Padahal aku dah telat kayak gini malah gada security nya! Oh comn!

Aku pun mempunyai sebuah ide gilayang terpancar dari otakku"bagaimana kalo aku panjat aja nih pagar"

Aku pun menggeleng gelengkan kepalaku"dasar gila! bisa hancur mukaku karna manjat pagar. Duh gimana nih mana bentar lagi pelajaran dimulai lagi".

Aku pun duduk pasrah didepan pagar dan memegang kepalaku pusing bagaimana cara agar bisa masuk ke dalam sekolah. Manjat pagar gak bisa, cari jalan pintas aku gatau, minta tolong security tapi gada, hancur sudah!

Drap!drap! Drap!

"Lagi lagi,gue telat!"

Ujar seorang pria di sampingku setengah berlari dengan merangkul satu tas di tangannya ia cukup tinggi, dan gayanya sepertinya aku kenal.

ia mengacak rambutnya frustasi"padahal gue udah lari tapi...."ia pun menendang pagarnya frustasi dan itu membuatku sedikit kaget.

"Elo!" Teriak pria itu kaget bagaimana bisa ia bisa jumpa sama dera lagi. aku pun melirik pria itu kaget"dia siapa?"bisik batinku.

Pria itu melirik diriku dalam keadaan linglung dan sedikit kesal"jangan bilang lo lupa sama gue", ia berharap dera gak lupa atas kejadian yang menimpa dirinya akibat ulah dera.

Aku pun menunjuk diriku untuk memastikan"maksudnya gue?"

jleb!
Seperti petir di siang bolong bagaimana dia bisa lupa sama anak gangster tampan di sekolah ini dalam waktu sekejap? apa dia yg sekarang tidak tampan seperti dulu?

"Sumpah lo udah buat hati gue kecabik cabik"lirih pria tersebut semakin frustasi.

Pria itu menunjukkan bekas memar di perutnya itu dan berusaha meyakini diriku "Nih liat luka gue gara lo, masa lo lupa!".

Aku pun menepuk jidatku pelan"ah devan!"

Aku melipat kedua tanganku ke dada"oh lo rupanya yang udah buat derex koma, gak tanggung jawab lagi?" tanyaku dengan sindiran yang pedas yang membuat devan terdiam sesaat.

"Harusnya yang marah tuh disini siapa? Elu atau gue?"

"Luka segitu lo pamerin? Oh comn! Luka lo itu ga separah luka derex ngerti?!"

aku terdiam dan menatap mata devan sinis" kalau lo masih punya muka didepan derex lebih baik lo minta maaf atau kejadian ini gue laporin polisi? Lu pilih mana?"

Devan terpaku dirinya kini tidak bisa menjawab pertanyaan² dera sungguh semenjak ia mendengar kalo derex itu koma ia sungguh menyesali perbuatannya itu. Ia ingin meminta maaf tapi dirinya tidak punya muka untuk saat ini.

"Gue tau kalo gue salah, gue juga ada ni-"

"Shut! Denger lo ngomong buat kuping gue panas tau gak?" sindir diriku dengan perasaan kesal.

"Huh, gue tau jalan pintas sekolah ini"

Jalan pintas? Apa maksudnya?

"Kalo lo mau cepat masuk kelas dan gamau ketinggalan mapel kelas lebih baik lo ikutin gue. Sebelum security liat kita berdua disini"

"Follow me"

Aku terpaksa harus mengikuti perkataan devan karena aku tidak mempunyai pilihan lain. Setelah aku mengikutinya aku baru tau jika sekolah ini mempunyai jalan pintas dan disini sepertinya sudah dilewati banyak orang.

Pantes dia mengetahui banyak jalan pintas di sekolah ini.. Namanya juga preman sekolah.

Devan berhenti saat dirinya kini sudah ada dibelakang sekolah atau lebih tepatnya ini kantin. aku sedikit kaget karena jalan pintas ini menuju kantin tapi berkat dia aku sedikit tertolong.

"Kita sudah sampai"

tatapanku masih sinis seperti tadi"untuk yang ini gue makasih. Tapi ingat perkataan gue barusan gue tunggu permintaan maaf lo yah walaupun itu ga berarti apa apa buat gue" lanjut ku seraya meninggalkan devan yang sedikit sakit hati akan perkataanku namun ia memaklumi nya.

Drap! Drap! Drap!
Aku setengah berlari menuju kelasku, aku mendapati kelas itu masih rame seperti nya tidak ada guru, aku pun mengelus dada lega"syukurlah gak telat".

Saat aku memasuki kelas aku merasakan hawa yg mencekam dan membuat bulu kuduk ku merinding" Hawa apa ini?".

aku melirik semua orang di dalam kelasku. Mereka semua melihat ke arah diriku dalam posisi terkejut dan tidak percaya, aku tidak peduli dengan tatapan mereka dan langsung duduk dibangku disamping mika, mika dan bima sangat senang karna mendapati diriku sudah masuk sekolah seperti biasa.

mika langsung memelukku tidak percaya, didepan nya sekarang adalah dera sahabat yg ia rindukan di sekolah. Kini mereka bisa berkumpul seperti dulu menjadi sahabat yg utuh.

Aku hanya bisa tersenyum simpul dan membalas pelukan mika aku tau apa yg dirasakan oleh mika pasti ia merindukan saat kami berdua bercanda gurau dan berantam satu sama lain, aku melirik bima dan ia tersenyum lebar tanda selamat telah datang ke sekolah aku hanya bisa membalas senyuman bima sebagai tanda terima kasih.

aku sangat senang bisa sekolah seperti dulu lagi yah walaupun gak sama derex tapi setidaknya aku bisa mengobati rinduku dengan bersekolah.

Saat aku merapikan buku pelajaran yg akan dibahas rombongan anak cewek centilsemua nya datang menghampiri diriku. aku yg melihat itu sedikit terkejut siapa lagi kalau bukan tentang derex.

Salah satu ketua geng bernama vanya ia melirik diriku sedikit sinis tertampang dari sorot matanya dia enggan melihatku.

"Bagaimana keadaan derex?" Tanya vanya memastikan. ia menunggu jawaban dariku tapi aku hanya diam tak bergeming.

"Jawab dong!"tegas nesa dari samping.

Aku pun menghela napas kasar" Dia baik sekarang dalam proses pemulihan".sungguh berat Aku mengatakan hal ini kepada mereka, memangnya seganteng apa derex sampai bisa memikat anak cewek di kelasku.

"Oh begitu"vanya lega akhirnya setelah menunggu satu bulan kabar dari derex akhirnya dia bisa melihat derex seperti dulu.

"Emmm itu....", vanya menyodorkan sebuah surat bewarna biru laut dengan stiker love diatasnya kepadaku tiba tiba yg membuatku sedikit terkejut untuk kedua kalinya.

Aku melihat nama yg tertera di dalam surat itu *derex*

Untuk apa vanya memberikan surat kepada derex? Apa ini surat cinta? Tapi mana mungkin seorang vanya anak tercantik di kelas ini tidak bisa memberikan secara langsung surat kepada derex itu sangat mustahil.

Aku pun menerima sepucuk surat itu dalam keadaan hati masih linglung.

"Surat apa ini?" Aku ingin memastikan kalau ini bukan surat cinta kepada vanya.

Vanya hanya diam tak merespons.

"Itu surat penting kasih aja ke derex pasti derex tau" Jawab vanya lesu dan pergi meninggalkan diriku yg masih bingung dengan perkataan vanya.

Rombongan geng vanya dia mengikuti kemana vanya pergi dan aku masih diam tak bergeming oleh surat yg di kasih oleh vanya untuk derex.

DERA and DEREXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang