The Truth Untold

159 16 5
                                    

Di pukul 11 malam, dengan satu kaleng soda juga 2 batang rokok yang sudah gue habiskan tadi, pikiran gue di jam segini selalu berkecamuk seakan semua hal di dalam kepala meminta untuk di luruskan satu persatu, gue menghembuskan nafas kasar sebelum membuang semua sampah kedalam kotak sampah di balkon.

Gue keluar kamar dan menatap pintu kamar Jaesha, kamar gue dan dia bersebrangan, sementara kamar bang Jaehyun berada tepat di samping kamar gue, dan kamar bang taeyong yang berada di lantai 3, Jaesha mungkin sudah tertidur jam segini, gue dengar bang Jaehyun masih mengobrol dengan seseorang yang mungkin satu dari puluhan wanita yang dekat dengan dia, gue berjalan ke kamar Jaesha dan membuka nya.

Dia tertidur dengan telfon genggam yang masih menyala dengan wajah Haechan disana, gue berdengus sebal karena bisa kapan saja telfon genggam ini meledak akibat terlalu sering di pakai sleepcall dalam keadaan di charger seperti sekarang.

Gue melepas Charger dari hp Jaesha, membiarkan panggilan keduanya masih tersambung, karena baik Haechan dan Jaesha pasti akan memborbardir gue habis-habisan kalau panggilan mereka gue putus seenaknya.

Gue berbaring tepat di sampingnya, menarik selimut sampai menutupi setengah badan gue dan menghadap ke arah Jaesha yang membelakangi gue, gue selalu suka tidur di kamar ini, aroma vanilla khas Jaeshamira, juga kasur empuk miliknya, gue selalu tidur lebih nyenyak jika disini.

Gue mengusap surai nya, tersenyum dan mengatakan, "selamat tidur".





Langit sudah terang saat bang Jaehyun membangunkan gue di jam 06:30, gue mengerjap perlahan, Jaesha sudah tidak lagi di samping gue, mungkin dia mandi atau turun ke bawah untuk sarapan, atau mungkin juga sudah pergi lebih dulu bersama Haechan, gue gatau.

"na? sekolah dulu ya hari ini? abang yang anter" kata dia kemudian menutup pintu kamar.

Gue masih terdiam mengumpulkan nyawa, beberapa menit kemudian gue masuk ke dalam kamar mandi milik Jaesha walau gue tau dia benci kalau gue mandi di kamar mandinya, gue sengaja ingin membuat Jaesha marah hari ini.

15 menit kemudian gue keluar kamar memakai handuk bersih yang selalu tersedia di kamar mandi Jaesha, gue membuka kulkas yang ada di dalam kamarnya, masih ada beberapa makanan yang langsung gua ambil beberapa, gue keluar kamar nya tanpa membereskan kembali tempat tidur, Jaesha benar-benar akan marah besar jika masuk ke dalam kamarnya nanti, gue yakin 100%.

Gue turun ke bawah, ada papa juga bang Taeyong yang sedang makan di meja makan, ada juga Renjun dan Jeno disini, gue langsung duduk di hadapan mereka yang ngebuat mereka semua langsung menoleh ke arah gue, "mama mana pa?" tanya gue karena ngga ngeliat mama pagi ini.

"di kamar sama abang, nana makan dulu ya? sekolah nya dianter bang jae nanti bareng Renjun sama Jeno juga" kata papa kemudian mengusap kepala gue sebelum dia bangkit dan pergi ke kamar, gue panggil papa, "Jaesha sudah berangkat?"

🥀🥀🥀

Di sekolah gue ngga keluar kelas sama sekali dan hanya menghabiskan waktu dengan menutup dua telinga gue dengan earphone dan memutar musik sekencang mungkin, Jeno di samping gue juga ngga banyak ulah dari tadi, dia hanya membiarkan gue yang memang terkadang bersikap acuh dengan sekitar, Jaesha paling benci jika gue sudah dalam mode 'Jaemin si aneh' kalo kata dia.

Pulang sekolah, gue langsung kerumah dan berjalan ke lantai atas dengan membawa mogu mogu anggur kesukaan Jaesha, gue menghiraukan panggilan mama dan bang Jaehyun yang beberapa kali memanggil gue tadi, gue berjalan ke kamar Jaesha dan ngga menemukan dia disana, kamar nya sudah bersih dan rapi ngga seperti pagi tadi saat gue dengan sengaja meninggalkan kamarnya dengan berantakan.

"na?!" panggil bang Jaehyun yang menyusul gue masuk kedalam kamar Jaesha.

"siapa yang beresin?" tanya gue.

Bang jaehyun hanya menatap gue dengan pandangan yang gue sendiri ngga ngerti, "abang suruh mbak ita tadi" jawabnya singkat.

"padahal gue lagi pengen buat Jaesha ngamuk, dia belum pulang?" tanya gue lagi.

"na" kali ini panggil mama dengan satu air mata yang jatuh membasahi pipinya, jantung gue berdegup lebih cepat dari tadi saat mama menangis di hadapan gue sekarang, Bang Jaehyun mengusap wajahnya dengan kasar, mama menarik tangan gue yang masih mengenggam satu kantung kresek besar berisi belasan mogu-mogu anggur yang gue beli tadi.

"belum ikhlas ya?" tanya mama dengan suara parau, demi tuhan gue seakan di hantam oleh ribuan batu, sesak seakan ngga ada satupun oksigen yang bisa gue hirup sekarang, sakit, hati gue sakit luar biasa.

Mama langsung menarik gue untuk masuk ke dalam pelukannya, gue menjatuhkan kantung plastik yang membuat beberapa mogu-mogu anggur itu keluar dan mengelinding entah kemana.

Gue memejamkan mata, ternyata mimpi buruk kemarin masih belum selesai, gue masih berusaha keras untuk bangun dari mimpi sialan ini, ketika gue membuka mata dan melihat bang Jaehyun yang menangis, gue langsung melepas pelukan mama dengan tubuh gue yang sudah bergetar.

"semalam dia disini ma, nana tidur sama dia, dia sama nana semalem ma" ucap gue dengan hati yang masih sakit luar biasa, mama menggeleng kuat beberapa kali, "dia sudah ngga ada na, udah ya" kata mama dan mengusap wajah gue dengan dua tangannya.

"Haechan dimana? Jaesha pasti lagi sama Haechan sekarang, mama ngga usah nangis Jaesha di-"

"Na!" sentak bang Jaehyun ketika gue dengan heboh bicara omong kosong.

Gue belum ngungkapin banyak hal ke Jaesha.

Gue masih belum ikhlas.

Sampai kapan pun gue ngga akan pernah ikhlas.

Gue hanya mampu diam setelah bang Jaehyun bicara, menatap segala arah untuk menghindari tatapan dua pasang mata yang menatap gue dengan pandangan mereka yang gue benci.

"dia benci banget sama gue ya bang?" tanya gue dan bang Jaehyun hanya diam.

"dia ngga bilang ke nana kalau dia sakit ma" dan mama juga diam.

Gue tertawa tanpa kendali, memukul kepala gue dan mengatakan bahwa gue adalah manusia paling tolol di bumi, seharusnya gue yang mati, bukan Jaesha.

Gue belum bilang ke dia kalo gue sayang sama dia bang, ma.

Gue belum bilang ke Jaesha tentang perasaan gue ke dia.

Gue belum bilang ke Jaesha tentang kenapa gue benci dia ikut campur dengan semua urusan gue.

Gue belum bilang ke Jaesha tentang sehebat apa dia di hidup gue.

Gue belum bilang ke Jaesha bahwa gue cinta dia lebih dari siapapun, gue belum bilang ke Jaesha bahwa gue cinta dia,

Melebihi rasa yang Haechan punya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1] Day After Day|Haechan ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang