"Mingyu."
"Iya, pres?" Sosok yang tengah sibuk dengan layar laptop yang penuh dengan tulisan itu sontak menoleh menatap seseorang yang memanggil namanya.
"Kajian soal RUU yang baru udah selesai? Kapan mau dipublish? Soal aksi lusa kelanjutannya gimana?"
"Soal kajian, ini gue lagi ngecek ulang kajiannya sekalian revisi supaya besok bisa di-publish. Ini kajian kedua tentang isu yang sama jadi gue nggak mau ada pengulangan informasi dari kajian yang pertama. Terus untuk aksi lusa, setelah gue follow up kemarin semua fakultas udah konsolidasi dan rencananya nanti malem kita bakalan ngadain briefing sih ke mahasiswa yang ikut aksi nanti. Sejauh ini baru itu, pres." Sosok itu tersenyum puas kemudian menepuk pundak lelaki tinggi yang biasa dipanggil Mingyu itu pelan.
"Good. I'm counting on you. Anak-anak Sospol gimana? Pada turun semua gak?"
"Harusnya sih turun semua ya. Nanti coba gue tanyain anak-anak gue lagi deh. Paling yang masih abu-abu si Naya sama Minar sih, soalnya ortu mereka tipean strict parents. Gue gak mau maksa juga kalo mereka gak bisa ikut, izin ortu bahaya kalo gak didapetin."
"Okey, nanti malem briefing jam berapa? Gue ada perlu buat ngomong gak?"
"Ohiya gue lupa. Jam 8 sih paling, lo kalo mau masuk nanti masuk aja gue minta kasih waktu buat lo. Yang mimpin briefing nanti malem itu si Ale. Gue gak bisa, soalnya gue gawe shift sampe jam 9 malem."
"Ale siapa anjir?"
"Astaga bang Mingyu itu bang Seungcheol belum tau panggilan barunya Juyeon." Tukas sosok perempuan dengan senyuman manis yang sedari tadi berada bersama mereka, Rena.
"Eh sorry pres gue lupa lo belom tau panggilan sayang baru anak Sospol buat Juyeon itu Ale." Terdengar kekehan singkat dari Seungcheol yang sedari tadi juga berada di sampingnya itu.
"Oke gue gak akan tanya kenapa harus Ale. Nanti malem online kan briefingnya?"
"Iya, online. Biar menjangkau semua mahasiswa yang bakal turun aksi. Kalo langsung di audit pasti nggak seperempat dari total mahasiswa yang turun aksi bakalan ikut briefing apalagi jam segitu."
"Oke, noted. Btw, ini lo nggak balik? Shift lo jam 4 gak sih?"
"Iya, pres. Ini gue udah baca paragraf terakhir tinggal gue komen dikit baru gue cabut. Ren, ini gue udah nambahin komen-komen revisi ya, sedikit kok. Thanks cil, emang lo sama Johan paling kece dah kalo udah buat kajian. Dah, gue udah masukin nih komennya sekarang gue mau cabut. Cil, nanti kalo ada apa-apa soal kajiannya kasih tau gue ya. Gue cabut dulu, duluan pres." Tukas Mingyu seraya menyambar tas hitam miliknya yang kemudian dilampirkan di sebelah bahunya seraya meninggalkan ruang sekretariat BEM.
"Siapa lagi Johan? Bocil kan lo tuh."
"Nama panggilan baru buat Kevin, bang."
{}
16.49
Mingyu hendak turun dari motornya setelah sampai ke mini market tempatnya menambah pemasukan untuk menghidupi keluarga kecilnya sebelum suara ponsel berdering yang membuat Mingyu sontak merogoh kantong celananya. Lelaki bertubuh tinggi itu tersenyum ketika melihat nama pemanggil dan tanpa membutuhkan waktu lama, lelaki itu pun menempelkan ponselnya di telinga dan tersenyum lebar.
"Halo?" Sapa lelaki itu lebih dulu.
"Abaaaaanggg! Abang pulang jam berapa Lia mau—IH AGAS! LIA LAGI TELPON ABANG JANGAN DIAMBIL HAPE IBUUUUU—Abang ini Agas. Nanti malem abang pulang jam berapa?" Mingyu terkekeh kecil mendengar kegaduhan kedua adik kembarnya yang pasti akan selalu merebutkan ponsel milik ibu untuk meneleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Internship | Meanie ✔️
Fanfiction"Kak, tadi kak Nonu bilang kalo anak magang yang kinerjanya bagus bisa punya peluang buat jadi pegawai tetap kan? Kalo gitu saya mau magang di hati kakak boleh?" "Ditolak. Proposal magang kamu revisi dulu." #3 in Wonwoo #4 in Minwon Comedy, Romance...