"Zhio!" panggil seorang laki-laki berkemeja hitam kotak-kotak. Kedua bahunya yang membawa tas abu sontak membuat tas tersebut bergoyang mengikuti langkah sang pemilik.
Zhio berhenti berjalan, menoleh ke arah datangnya suara yang memanggilnya. Ia menatap jarum jam dipergelangan tangan sembari menunggu Dimas yang berjalan cepat ke arahnya.
"Kesiangan lo?" tanya Zhio sesampainya Dimas di hadapannya.
"Biasalah, kayak nggak tahu gue aja lo," jawab Dimas, keduanya lalu berjalan bersamaan. Memasuki gedung belajar dua yang diperuntukkan anak-anak dari fakultas pertanian.
Di kampusnya tiap fakultas memiliki gedung belajar sendiri, entah itu berdekatan dengan gedung lainnya ataupun tidak. Aturan dan suasana tiap gedung pun berbeda, tergantung dari fakultas mana gedung itu ditempati. Seperti layaknya bangunan tiga tingkat di hadapannya ini, dari awal kedatangan saja sudah dapat ditebak gedung ini diperuntukkan untuk fakultas mana.
Rambut gondrong, dengan biasanya dikucir ataupun di gerai serta baju yang walaupun tak berkerah tetap diperbolehkan masuk. Dua hal itu adalah ciri kecil dari khasnya mahasiswa fakultas pertanian dan Zhio, laki-laki berparas cukup tampan itu adalah bagian dari fakultas ini.
Zhio dan Dimas adalah mahasiswa semester empat dari program studi ilmu tanah, keduanya telah bersahabat lama sejak dari SMA. Bahkan mendaftar kepenguruan tinggipun bersamaan.
Keduanya lalu tiba di ruang 13, tampak keadaan kelas sudah dipenuhi teman-temannya yang lain, waktu menunjukkan dua menit lagi perkuliahan akan dimulai. Biasanya Pak Bambang Wardoyo selaku dosen mineralogi tanah akan datang tepat ketika jam di angka 08.00 dan tidak mengizinkan mahasiswa masuk setelah lima menit kedatangannya.
Seperti dugaan Pak Bambang benar-benar memasuki ruang perkuliahan ketika jam menunjukkan pukul 08.00 tepat. Alhasil Zhio sebagai komti dari mata kuliah ini pun langsung meminta izin untuk mengambil presensi dan remot tv untuk pembelajaran.
Jarak antara ruang staff TU dengan kelasnya sedikit jauh, membuat laki-laki yang berkemeja biru itu berjalan sedikit santai. Maklum saja, jam kuliah pagi tidak menyenangkan, apalagi saat mata kuliah itu cukup berat seberat mata yang masih sanggup terpejam.
"Asalamualaikum permisi, Pak. Izin mau mengambil presensi dan remot untuk TV di ruang kelas, Pak," terang Zhio sesaat setelah memasuki sebuah ruangan yang cukup penuh dengan tempat-tempat map yang berisikan presensi tiap kelas.
"KTP kamu ada?" tanya seorang bapak dengan rambut kepala yang sudah menipis.
Zhio sontak meraba bagian belakang celananya, mengambil dompet hitam serta mengeluarkan KTP-nya. "Ini, Pak," ucap Zhio lalu meletakkan KTP di meja yang langsung diambil sang penjaga sembari meletakkannya di dalam laci.
Tak berapa lama barang yang ia perlukan sudah berada di tangannya, dengan segera laki-laki bertubuh tinggi tegap itu membawanya ke ruang kelas. Setibanya di kelas Zhio segera melakukan tugasnya sebagai komti, laki-laki itu mengatur layar di televisi yang telah tersambung dengan laptop milik Pak Bambang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense of Stability[END]
Romance"Bener, ya, anak kedokteran itu pada jomlo." "Kata siapa?" "Emang lo nggak?" Tamara Aricia Oxa, sang Virgo harus menerima ketika kehidupannya yang penuh tentang ambisi dan gelar dokter terusik dengan kehadiran sang Gemini yang entah bagaimana men...