Bab 15 : [Lift]

161 11 29
                                    

"Xa, nonton yuk habis ini," ajak Rhea sembari berpangku tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Xa, nonton yuk habis ini," ajak Rhea sembari berpangku tangan. Dua jam sudah dan ia benar-benar hampir mati kebosanan di dalam perpustakaan.

Sejak keluar kelas tadi siang memang keduanya sepakat untuk mencari materi untuk bahan tugas. Namun, percayalah seorang Rhea tak akan sebetah itu di dalam sana. Perpustakaan memang tempat yang nyaman dengan AC dan wifi, tetapi larangan tentang tidak boleh berbicara keras itu sangat menyebalkan terkhusus untuknya yang tak bisa berhenti berkomentar.

"Bentar lagi, belum selesai nyatetnya," balas Oxa sembari masih menulis di bukunya.

Rhea lalu melipat tangannya di meja, matanya sudah cukup lelah melihat barisan alfabet yang tiada habisnya. Terlebih otaknya terasa sudah mengepul dengan perut yang berteriak minta diisi.

"Sepuluh menit lagi, ya Xa. Gue laper banget, tadi lembur sampai jam sepuluh pagi ngerjain tugas," ujarnya yang hanya di balas anggukan kepala dari Oxa.

Oxa sendiri masih terlihat fokus mencatat semua hal yang dikira penting. Perpustakaan dan dirinya nyatanya memang sudah berjodoh, sejak pertama menginjakkan diri di kampus Oxa sudah jatuh cinta dengan tempat ini. Rasanya perpustakaan sudah menjadi tempat ternyaman kedua setelah ruang kelasnya.

Siang ini mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan tidak terlalu banyak, terbukti dengan kursi-kursi yang kosong tanpa pemiliknya. Terhitung mungkin hanya ada sepuluh orang di lantai itu.

Tak terasa sepuluh menit yang dijanjikan terlewat begitu saja, ketika memasuki menit ke lima belas Oxa akhirnya menyelesaikan tulisannya. Diliriknya Rhea yang sudah nyenyak dalam tidurnya.

"Baru juga nunggu lima belas menit, udah molor aja nih anak. Yang katanya laper malah tidur duluan." Ia menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menumpuk tiga buku dengan tebal tujuh sentimeter itu.

Oxa lalu beranjak dari duduknya, pergi ke deretan rak tempat berkumpulnya buku-buku yang membahas tentang medis dan sains. Setelah mengembalikan ketiga buku itu, Oxa lalu berjalan ke rak tempat para novel berada. Ia butuh buku yang cukup ringan untuk dibaca di akhir pekan ini. Netranya menyorot sebuah buku dengan sampul warna-warni milik seorang komedian dan penulis terkenal Raditya Dika.

"Marmut Merah Jambu?" Entah kenapa ia merasa deja vu. Pertama kali bertemu Zhio cowok itu menyarankan buku tersebut dan terakhir kali, ia benar-benar memutuskan untuk mengabaikannya. Namun, entah mengapa, untuk saat ini ia malah membawa buku tersebut hingga kembali ke tempat duduknya.

Oxa hanya penasaran, hanya ingin tahu apakah buku yang direkomendasikan kakak tingkatnya itu cukup menyenangkan untuk dibaca atau tidak. Oxa lalu memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam ransel.

"Rhe," panggilnya.

Rhea masih tak bergeming, Oxa pun kembali memanggil temannya itu.

"Rhea bangun, gue dah selesai," ujarnya lagi.

Sense of Stability[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang