"Xa, lo denger omongan gue nggak, sih?"
"Eh, iya denger."
"Nah, kalau gitu jawab dong. Kalian emang pacaran? Kok lo nggak ngasih tahu gue?" desak Rhea di seberang sana.
Oxa menatap langit dari taman samping rumah, bintang saat itu hanya ada dua yang bersinar amat terang, seolah menegaskan bahwa cahayanya lebih indah daripada rembulan yang kini tertutup awan. Mungkin nanti malam akan turun hujan, jangan terlalu dipercaya ia hanya mengada-ngada.
"Nanti gue ceritain." Tanpa berbasa basi lebih lanjut sambungan telepon itu di lurus secara sepihak dan tentu ia lah tersangkanya.
"Huh! Tuh kating lama-lama ngelunjak, ya! Ngapain coba ngaku-ngaku jadi pacar segala," geramnya sembari menggenggam erat ponsel dengan lambang apel digigit itu.
Jari lentiknya dengan cepat mengetikkan sebuah nama iya lalu mengklik sebuah kontak dan mengirimkan sebuah huruf p di sana. Bukannya mendapat balasan yang wajar ia malah semakin kesal sekarang.
T.A. Oxa
PZhio
Yang chat p doang atheis
T.A.Oxa
Apa, sih!Zhio
Yang marah, pacarnya Zhio!
(>y<)Langsung saja ia menekan icon telepon, tak lewat dua detik teleponnya pun diangkat.
"Asalamualaikum, halo? Dengan Surya di Semarang. Mau jasa pinjam online berapa, ya bu?
Oxa berdecak sebal. "Nggak lucu!"
Setelah itu ia mendengar sebuah tawa dari Zhio. Lipatan di dahi Oxa semakin bertambah, ia tak suka Zhio yang selalu bercanda seperti ini dan merasa tak melakukan kesalahan apa pun.
Setelah dua menit tak mendengar suara dari Oxa sepertinya Zhio cukup peka bahwa gadis yang meneleponnya di jam sepuluh malam ini tengah kesal, ah tidak ... tepatnya Oxa sedang marah padanya.
"Oke gue serius, kenapa?"
"Nggak nyadar," balas Oxa singkat dan datar.
"Kayaknya gue butuh belajar ke Professor Snape buat bisa masuk ke otak lo biar tahu maksud lo apa, Xa."
Oxa kembali berdecak. "Lo beneran nggak nyadar salah lo apa, saudara Zhio!"
Oke sepertinya Oxa memang benar-benar marah, ia beranjak dari kursinya berjalan sedikit jauh dari pintu yang menghubungkan ke taman. Takut Aran ataupun Amanda tiba-tiba datang. Ia tidak ingin kedua orang tuanya itu terlalu ikut campur dalam kehidupannya, bagaimana pun Oxa adalah perempuan yang sudah cukup umur dan ia rasa ia sudah bisa memilih mana yang baik dan buruk untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense of Stability[END]
عاطفية"Bener, ya, anak kedokteran itu pada jomlo." "Kata siapa?" "Emang lo nggak?" Tamara Aricia Oxa, sang Virgo harus menerima ketika kehidupannya yang penuh tentang ambisi dan gelar dokter terusik dengan kehadiran sang Gemini yang entah bagaimana men...