"Hei, Rhea!" teriak Dimas tepat ketika cewek itu turun dari mobil."Yo, Kak Dimas!" Rhea lalu menghampiri kelima kakak tingkatnya itu, diikuti Oxa yang mengikuti di belakangnya.
Sambutan hangat langsung menghampiri Rhea walaupun ia baru datang ke basecamp itu minggu lalu. Rasanya syarat untuk dapat akrab di perkumpulan itu hanyalah satu, cukup menjadi milik salah seorang dari mereka.
Oxa yang berjalan mengekori Rhea terus merasakan tatapan yang memandangnya tepat ketika ia turun dari mobil. Ia melirik sekilas, netra keduanya bertemu, Oxa langsung membuang muka setelahnya berusaha tidak mempedulikan Zhio.
"Siapa, nih cewek cantik yang bareng lo Rhe?" tanya Tansen seraya menyambut tos dari Rhea.
Rhea melirik Oxa lalu menjawab pasti. "Yang pasti bukan tipe cewek yang bakal ke makan rayuan lo, Kak."
Jawaban cewek itu lantas disambut tawa dari mereka, kecuali Oxa tentunya. Ia sendiri hanya bersalaman biasa seraya memperkenalkan dirinya.
"Asem cewek lo, Fik. Udah bisa ngejekin gue aja," keluh Tansen dengan tawa yang masih melekat di bibirnya.
Rhea yang baru saja duduk di samping Fikri lantas disambut sang pacar, genggaman tangan mereka bertaut. Kedua saling melempar senyuman sebelum Fikri membalas ucapan Tansen.
"Namanya juga cewek gue, pasti beranilah." Fikri lalu menoleh pada Rhea, dengan gemas ia merapikan anak rambut sang pacar yang menghalangi wajah cantiknya, "udah makan belum?" tanyanya.
"Belum, Kak. Belum makan nih dua tahun, laper banget." Belum juga Rhea menjawab, Dimas sudah lebih tahu membuat drama.
"Saya juga Kak, belum makan satu tahun, laper banget, niccch!" Tansen dan Dimas lantas bersorak riang ketika otak keduanya kompak mengejek Fikri yang lantas dibalas delikan tajam cowok itu.
Sisa dua cowok lagi yang sama-sama masih diam, walau bukan diam dalam arti sebenarnya. Lihat saja Zhio, matanya sedari tadi tidak pernah terlepas dari Oxa, sudah dapat dipastikan pikiran cowok itu penuh dengan berbagai rencana yang ia susun selama masa PDKT. Sedangkan Afsil? Jangan harapkan dia, mahasiswa akuntansi itu lebih suka berceloteh ria di balik sosial media sembari menawarkan barang-barang danusnya.
Oxa yang masih canggung dengan suasana itu hanya terdiam, sesekali ia melempar senyuman tipis saat pandangannya beradu dengan salah seorang kakak tingkatnya itu.
"Diem banget, Dek. Nama lo tadi Oxa, kan?" ucap Dimas sembari menghidupkan korek dan membakar rokoknya. Kepulan asap lantas berembus, membuat Oxa langsung menahan napas.
"Tolong, ini kenapa juga harus ngerokok, sih! Gak bisa napas," batinnya berteriak, berbanding terbalik dengan senyuman beserta anggukan kepala yang ia berikan.
Zhio sendiri yang sedari tadi mengamati Oxa langsung sadar ketika cewek itu menahan napas sejenak. Zhio lantas mengambil rokok Dimas dan mematikan apinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense of Stability[END]
Romance"Bener, ya, anak kedokteran itu pada jomlo." "Kata siapa?" "Emang lo nggak?" Tamara Aricia Oxa, sang Virgo harus menerima ketika kehidupannya yang penuh tentang ambisi dan gelar dokter terusik dengan kehadiran sang Gemini yang entah bagaimana men...