"Xa, lo sore ini ada kelas nggak?" tanya seorang mahasiswi pada temannya yang tengah sibuk melihat layar persegi panjang itu.Yang ditanya pun menatap jam di layar lalu berpikir selama seperkian detik sebelum akhirnya menggelengkan kepala.
"Ngosong gue, kenapa emangnya Rhe?" tanyanya balik.
"Oh, gak. Kalau ngosong gue mau ngajak balik bareng gitu, sekalian makan seblak di tempat biasa," jelas Rhea sembari bersandar di tembok di belakangnya.
"Boleh tuh, gue juga lagi laper banget udah lama juga nggak nyeblak."
Setelah keduanya setuju, dengan cepat mereka memasukkan barang-barangnya ke dalam ransel, air minum, buku catatan, tisu, alat tulis, dan barang lainnya dengan segera dimasukkan secara acak.
Rhea yang sudah lebih dahulu selesai memasukkan barangnya kemudian berkata, "Yok, udah belum?"
Sedangkan siempunya yang ditanya menatap Rhea sekilas. "Lo gak liat Rhe, gue masih beberes? Pake nanya lagi, bantuin kek," tukasnya.
Rhea menyengir dengan wajah polosnya. "Hehehehe, maklum gue gak peka, sini-sini gue bantuin."
Dalam sekejab buku dan barang-barang lainnya pun sudah masuk ke dalam ransel, dengan meninggalkan sebuah name tag yang bertuliskan nama Tamara Aricia Oxa.
Sembari berjalan keluar kelas, keduanya aktif bertegur sapa dengan anak fakultas kedokteran lainnya. Jam yang sudah menunjukkan pukul empat sore nyatanya tak membuat gedung utama fakultas yang paling diincar sejuta umat itu sepi. Masih banyak para mahasiswa dan mahasiswi dengan jas labnya, pun yang sekadar duduk dengan buku tebal berada di pangkuan.
"Lo bawa mobil, 'kan?" tanya Rhea menoleh ke kanan menatap Oxa.
Oxa terdiam sejenak, ia berhenti berjalan di mana Rhea sontak ikut berhenti.
"Gue tahu kenapa lo ngajak gue bareng, motor lo ke mana emangnya, hm?" Netra cokelat Oxa menatap Rhea menyelidik.
Rhea sendiri mengaruk belakang kepalanya disertai cengiran khas. "Ketahuan, ya? Motor gue dipake Dimas, Xa. Adek gue, sih, mau ngajak jalan ceweknya tapi gak modal," gerutu Rhea masih dengan cengiran yang sama.
"Kok bisa anak dosen sama perawat senior motor aja saling pinjem, gak modal banget, sih," tandas Oxa dengan komentar pedasnya.
"Ya gimana, dong. Gue kan bukan anak dari dokter bedah saraf dan psikiater kayak lo yang kalau digabungin gajinya jauh banget dari gaji bokap mokap gue," balas Rhea tak mau kalah.
"Oh, jadi ceritanya merendah, nih. Oh, mau bikin gue ngerasa nggak enak hati?"
"Au ah, bodo amat. Jadi gak, nih? Kalau nggak, gue pergi sendiri bareng Mas Ojol," ancam Rhea sembari bersiap melangkah pergi. Oxa yang melihat itupun seketika merangkul tangan Rhea cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense of Stability[END]
Romansa"Bener, ya, anak kedokteran itu pada jomlo." "Kata siapa?" "Emang lo nggak?" Tamara Aricia Oxa, sang Virgo harus menerima ketika kehidupannya yang penuh tentang ambisi dan gelar dokter terusik dengan kehadiran sang Gemini yang entah bagaimana men...